99 Sebenarnya

7K 1K 256
                                    

Suasana di meja makan terlihat ramai dan hidup. Berbagai jenis makhluk sedang menyantap hidangan makan malam mereka.

Gilbert memiliki ekspresi lembut di wajahnya melihat keharmonisan yang terlihat di meja makan. Sudah lama dia tidak merasakan hal seperti ini.

Meskipun, Gilbert merasa aneh dengan keberadaan mereka.

Jamur hidup, kucing, rubah, burung, dan monster slime yang makan dengannya. Tak lupa makhluk tidak kasat mata yang memakan buah-buahan.

Jangan lupa para dark elf dan half ork yang berada di luar kediaman.

'Sebenarnya apa yang dilakukan Curran selama tinggal di wilayah ini?' batin Gilbert tertekan.

Gilbert menghela napas. "Jadi-" Gilbert memandang ke arah mereka yang berada di hadapannya. "Jelaskan padaku, mengapa kalian berada di sana?" ucap Gilbert datar.

Tubuh Zeil menegang. Nada suara Gilbert hampir sama dengan Zryan, meskipun suaranya sedikit terasa lembut. Tapi, tetap saja menakutkan.

Farenzo menelan makanannya, lalu menjawab. "Sebenarnya ...."

Zeil menoleh ke samping. Dia melihat wajah Farenzo yang terlihat tenang saat menjelaskan semuanya pada Gilbert.

Zeil tidak pernah mengira bahwa Farenzo akan terlihat dewasa dan berani seperti ini, padahal adiknya selalu penakut sebelumnya.

'Adik ku sudah besar,' batin Zeil tersenyum tipis.

"Begitu ceritanya," ucap Farenzo mengakhiri penjelasannya.

Farenzo mengusap keringat dingin di telapak tangannya. Dia merasa gugup dan tertekan saat memberikan penjelasan, dengan tatapan tajam yang di arahkan Curran untuknya.

"Hm." Gilbert melirik ke arah Rein. Sedikit terkejut bahwa anak kecil itu dapat menguasai teknik operasi pada tubuh manusia.

'Sepertinya Rein mewarisi ilmu yang diturunkan oleh Elena lewat roh air,' batin Gilbert menyimpulkan.

Dia pernah diberitahu tentang keberadaan roh air, tapi karena tidak bisa melihatnya. Dan roh air tersebut tidak berbahaya untuk istrinya, jadi dia menghiraukan hal itu.

Sudut mulut Gilbert membentuk senyuman tipis. Tangannya terulur ingin mengelus kepala Rein, tapi pergerakan tangannya terhenti karena di halangi oleh tangan Curran.

"Dia putraku," ujar Curran datar.

"Aku tahu, aku hanya ingin mengelus kepala Rein," balas Gilbert.

"Tidak boleh."

Gilbert menatap wajah Curran yang memberikan tatapan permusuhan padanya. "Aku kakeknya," ujar Gilbert.

"Aku tidak bertanya," balas Curran datar.

Gilbert menghela napas. Dia menarik kembali tangannya, lalu menatap ke arah kakak beradik dari keluarga Rexxon. "Aku memiliki kabar buruk untuk kalian," ucap Gilbert.

Zeil dan Farenzo menatap satu sama lain, lalu memandang ke arah Gilbert.

"Kalau boleh saya tahu, kabar apa yang anda maksud Tuan Duke?" tanya Farenzo.

Gilbert terdiam sejenak, lalu menjawab. "Duke Rexxon, ayah kalian telah tewas."

Zeil dan Farenzo terkejut mendengar kabar itu. Begitu juga dengan mereka yang berada di meja makan. Semua mata tertuju pada Gilbert menunggu untuk memberi penjelasan, tapi penjelasan yang mereka inginkan datang dari Curran.

"Aku mendapat surat dari kediaman Rexxon yang memberitahu bahwa putra ku telah mati." Tatapan mata Curran menggelap saat mengingat kalimat di surat itu.

Suddenly Became A ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang