Shell on Your Ears (5/5)

124 10 7
                                    

Yaowen duduk di ruang tunggu rumah sakit dengan plester yang memenuhi wajahnya, serta perban dan gips yang terikat di lengannya.

Namun ia tak peduli.

Yang ia pedulikan kini adalah sosok yang ada di dalam sana...- Di dalam ruang UGD dengan kondisi tak sadarkan diri.

Ia tak tau apa yang terjadi dengan Yaxuan karena ia jatuh pingsan di TKP. Ketika ia bangun, ia sudah terbaring di ranjang rumah sakit. Dan kini ia memaksa sang suster untuk duduk menunggu di depan ruang UGD karena ia amat sangat menghawatirkan Yaxuan.


Resah.


Panik.


Ia bahkan sampai tak bisa memikirkan hal lain lagi sekarang. Yang ia tau pun pada akhirnya orang-orang yang menyerangnya itu digiring polisi, dan ia diselamatkan oleh warga sekitar.



CKLEK



Pintu ruang UGD terbuka, dan Yaowen langsung menegakkan tubuh begitu seorang dokter berjalan keluar.

"Kenapa kau di sini? Kau masih butuh istirahat." seru sang dokter saat melihat Yaowen.

"Itu...-"

Yaowen menunjuk ke arah kamar Yaxuan.

"Kau kerabatnya?"

Ditanya begitu, Yaowen tak ada pilihan lain selain menggeleng.

"Bukan."

"Kalau begitu, bisa kau hubungi kerabatnya?"

Yaowen meremat tangannya dengan resah. Ia tak dekat dengan Yaxuan...- ya, setidaknya ia belum sedekat itu.

Jangankan nomor keluarganya...- apa ia punya nomor Yaxuan di ponselnya?


Tidak.


Ia tak memilikinya.


Ia belum sempat menanyakannya. Tapi ia kini hanya bisa mengangguk di hadapan sang dokter.

"Ngomong-ngomong... boleh aku tau bagaimana kondisinya?"

Mendengar itu, sang dokter terlihat mendesah berat.

"Cukup parah...- Gendang telinga kirinya rusak parah...-"

"Ru- rusak?"

"Beruntung yang kanan masih baik-baik saja meski mungkin tak akan senormal sebelumnya."

Yaowen tanpa sadar jatuh lemas di kursinya. Ia menutup wajahnya, dan air mata yang terasa panas langsung membasahi tangannya.

Sakit.

Hatinya terasa sakit.

"Apa dia pernah mengalami benturan sebelumnya?"

Yaowen mengangguk lemah.

"Kecelakaan."

"Pantas saja...- sekarang berdoalah saja yang terbaik untuk temanmu."

Sang dokter berjalan menjauh, dan Yaowen semakin hanyut dalam emosinya.

Ia benar-benar merasa bersalah. Jika saja sore itu Yaxuan tak mengantarnya...- jika saja hari itu ia tak datang...- Yaowen perlahan meremat wajahnya sendiri, tak peduli lukanya akan kembali berdarah.

Roomates 18 | TNT & TF FAMILYWhere stories live. Discover now