Em6 \\ she was the one who invited him to witness the explosion

1K 143 29
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


MENJELANG seleksi ujian masuk universitas, sebagai salah satu siswa berprestasi di SMA-nya, Jaehyun didapuk sebagai tutor pada program tutor sebaya.

"Kamu mengerti?"

Mengajari teman-temannya yang kesulitan belajar. Satu kelompok terdiri dari lima siswa, dan perempuan itu menjadi satu di antaranya.

"Rose?"

"Hah? Apa?"

Perempuan yang tidak tertarik dengan belajar, kerap bosan, mengantuk sampai mencuri kesempatan untuk memejam mata pada setiap sesi belajar bersama. Jika itu terjadi, Jaehyun hampir selalu tidak peduli sebab mereka tidak begitu saling mengenal, dahulu.

Namun, ketika belajar bersama sudah seringkali dilakukan, dan ketika mereka sudah cukup saling mengenal,

Tuk!

Jaehyun berani mengetuk dahi Rose dengan pensil di tangan, seperti sekarang, membuat perempuan itu mengaduh meski ketukan Jaehyun terbilang pelan.

"Belajarlah dengan benar! Perhatikan baik-baik! Biar kita bisa cepat pulang."

Sudah diberi peringatan, Rose malah secara terang-terangan menguap di depan wajah Jaehyun, suaranya begitu mengganggu sampai Jaehyun menautkan alis merasa tidak suka.

"Apa kita masih harus tetap belajar, padahal besok libur tahun baru?

Sore itu, mereka duduk berhadapan di sebuah kafe belajar. Hanya berdua. Jaehyun sedang dalam rangka memberikan tutor tambahan kepada siswa peringkat nomor lima paralel dari bawah, siswa paling lambat belajar ketimbang siswa lain di kelompok belajar Jaehyun.

"Harus! Ujian sebentar lagi, dan kamu bahkan masih belum mengerti materi dasar ini."

Sudah pula diberi penegasan, Rose masih tetap nampak malas-malasan. Kadang menumpu dagu, kadang meletakkan kepala di atas lipatan tangan di meja, kadang mendengarkan penjelasan, tapi lebih seringnya hanya melihat Jaehyun yang tengah serius menjelaskan.

"Wah! Aku baru sadar."

Jaehyun berhenti menjelaskan, "Sadar kalau kamu ini bodoh?"

"Mmm. Bukan." Rose bergumam, menggeleng, "Kalau itu, aku sudah sadar dari dulu."

"Lalu apa?"

Senyum manis, Rose sumbangkan, "Sadar kalau aku punya teman kelas setampan kamu."

Akan tetapi, pujian tidak ditelan Jaehyun secara mentah. Tidak ada senyum ramah. Ia hanya memutar bola mata jengah. "Kamu sedang merayu?"

"Mmm. Bukan." Rose bergumam, menggeleng, lagi. "Aku memuji."

Apabila benar demikian, maka Jaehyun persilakan hatinya menggembira. Meski apa-apa yang tersemat di muka masih sama. Tidak tersenyum. Tidak pula tertawa. Hanya biasa saja.

SERENADE IN E MINOR [END]Where stories live. Discover now