Em7b5 \\ she was his lover who disappeared amidst the splendor

619 123 17
                                    

MASIH rumah ini, rumah yang di dalamnya berisi satu perempuan jelita, tempat yang Jaehyun pilih untuk menghabiskan malam-malam tenang di kotanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

MASIH rumah ini, rumah yang di dalamnya berisi satu perempuan jelita, tempat yang Jaehyun pilih untuk menghabiskan malam-malam tenang di kotanya.

Belanda dibiarkannya menunggu seminggu. Laprak-laprak dibiarkannya mangkrak. Kedua orang tua dan adik perempuan yang sebetulnya bisa ditemui dalam hitungan jam, ia biarkan tanpa kabar kepulangan.

Nanti. Jaehyun tuntaskan semua kewajibannya sebagai mahasiswa semester akhir pendidikan dokter spesialis jiwa, nanti, kalau rindunya yang sangat menumpuk pada pemilik rumah ini sudah tuntas.

Sebetulnya, dalam setahun, Jaehyun hanya punya kesempatan dua kali pulang. Dan, tahun ini, Jaehyun sudah menghabiskan semua jatahnya. Semester lalu untuk pulang ke rumah orangtuanya. Semester yang lalunya lagi untuk pulang kemari.

Kepulangan yang satu ini adalah upaya nekat, guna menemui perempuan yang entah mengapa membuat hari-harinya di Belanda sana serasa tidak tenang. 

Padahal ketika dilihat, perempuan itu memang baik-baik saja sebagaimana kabar yang terdengar. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jaehyun lega, tetapi juga tidak.

"Aku sudah dewasa. Tidak akan mungkin hilang."

Sebab, setiap kata penenang, tidak pernah sepenuhnya membuat Jaehyun merasa tenang.

Maka, pada perempuan yang barusan bicara, dan yang tengah ia pasangkan mantel di badan, syal dileher, kacamata di wajah, dan topi di kepala, Jaehyun serius katakan,

"Berjalanlah pelan-pelan! Tetap waspada dan jangan lengah! Jangan matikan GPS-mu! Tekan tombol satu kalau kamu dalam kondisi darurat! Dan, satu lagi, tenang dan percayalah, karena aku akan selalu ada di sekitarmu."

Tersenyum, Rosé mengangguk. Meski demikian, tatap kekhawatiran masih betah mendekam di dalam bola mata laki-laki yang berdiri di depannya, memegang kedua sisi wajahnya.

Jelas saja. 

Tidak ada alasan untuk Jaehyun tidak khawatir sebab perempuan yang malam ini mengajaknya menonton festival budaya dan pesta kembang api di pusat kota sekarang sudah bukan lagi gadis SMA, bukan orang biasa, tidak lagi leluasa bepergian, dan—bahwa benar—berkencan telah menjadi hal yang merepotkan.

Mereka tidak lagi bisa berjalan di trotoar berdampingan. Tidak bisa lagi bersinggah-singgah di penjual jajanan. Tidak bisa lagi menonton ledakan kembang api sambil bergandeng tangan. Tidak seperti dahulu.

Maka Jaehyun katakan, ia tidak menyesal dahulu telah menyusul Rosé pergi ke pusat kota, sebab kesempatan semacam itu saat ini sudah seperti barang langka. 

Jaehyun tidak menyesal atas semua hal-hal yang pernah ia lakukan bersama Rosé, sekalipun dahulu, banyak di antara hal-hal itu tidak berangkat dari sebuah keyakinan yang utuh.

Tapi, lihat!

Segalanya utuh sekarang.

Jaehyun utuh, mencintai perempuan yang berdiri di seberang sana; perempuan yang dipisahkan dengannya oleh sebuah jalan raya lebar yang menjadi laluan peraga, penari, dan pemusik pada arak-arakan fesitival budaya di pusat kota; perempuan yang tengah terpana oleh gebyar nyala kembang api meledak-bercahaya di langit sana.

Berdiri di sini, di antara ramai manusia bahagia di pinggir jalan raya, Jaehyun, dengan tidak bahagia, melihat Rosé yang tersenyum di seberang sana. Entah mengapa, senyuman itu terlihat menyedihkan di matanya. 

Benar. Sebab, bersama-sama agaknya dapat menimbulkan masalah terkhusus bagi aktris Rosé, maka, dalam menuju pusat kota, mereka berjalan secara terpisah.

Jaehyun gunakan trotoar kanan, Rosé gunakan trotoar kiri. 

Dalam menonton festival budaya dan pesta kembang api pun mereka berdiri dalam jarak, tapi Jaehyun tetap mengupayakan agar Rosé selalu tertangkap oleh matanya: melangkah pelan, menembus kerumunan, menoleh ke seberang, mencari tempat berdiri yang selurusan.

Namun, sial!

Sudah berupaya sangat, tetapi tetap saja, pada saat kembang api utama meledak dan pusat kota menjadi begitu semarak, mata Jaehyun kehilangan sosoknya.

Kirab budaya belum selesai. Jaehyun yang bersumpah panik bukan kepalang itu sekarang tengah berusaha menerjang arak-arakannya, menggapai trotoar kiri setelah terseret aliran beberapa kali.

Mata mencari-cari. Kaki berlari-lari. Badan dibawa kesana-kemari. Pun, Jaehyun sudah berusaha menghubungi.

Tetapi, nihil.

Maka, Jaehyun katakan jangan percaya kalau orang dewasa itu mustahil hilang.

Karena kenyataan bicara, beserta koneksi dan navigasinya, kekasih Jung Jaehyun malam itu menghilang.

[]

                []

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Em7b5
//  she was his lover who disappeared amidst the splendor  //


[SERENADE IN E MINOR]
by linasworld

***

SERENADE IN E MINOR [END]Where stories live. Discover now