Em11 \\ he was the one who made her smile

529 113 59
                                    

SATU tahun menjadi psikiater di sebuah lapas, Jaehyun belum juga menemukan perubahan yang berarti dari pasien yang amat ia nanti kesembuhannya, dari tahanan yang amat ingin ia nanti kebebasannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SATU tahun menjadi psikiater di sebuah lapas, Jaehyun belum juga menemukan perubahan yang berarti dari pasien yang amat ia nanti kesembuhannya, dari tahanan yang amat ingin ia nanti kebebasannya.

"Tidak ada."

Masih, dua kata itu yang menjadi jawaban atas pertanyaan, "Siapa yang membuatmu tersenyum hari ini?" yang tak pernah Jaehyun lewatkan tiap kali tiba sesi rehabilitasi mental.

Selebihnya, tiada. Pertanyaan-pertanyaan lain justru tiada jawabnya.

"Morfin! Beri aku morfin!"

Masih, perempuan itu memohon hal yang sama setiap harinya, di saat tahanan satu sel-nya telah berhasil lepas ketergantungan dari jenis narkotika yang mereka konsumsi, beberapa bahkan telah dibebaskan meski masih harus dalam pengawasan.

Perubahan yang nyaris tiada sama sekali itu menyebabkan ia harus membui lebih lama dari yang lain. Ia tidak pernah sungguh-sungguh mengikuti proses rehabilitasi;

hanya berdiri dalam lamunan ketika yang lain menggerakkan badan di lapangan, hanya duduk dalam diam ketika yang lain sibuk berinteraksi dengan sesama tahanan, hanya menatap kosong pendeta yang melantunkan siraman rohani ketika yang lain sibuk meratapi dosa-dosa,

hanya mengatup bibirnya rapat ketika Jaehyun—sama seperti kepada pasien lainnya—mengajukan banyak tanya dan menyuruhnya bercerita.

Namun demikian, atas cerita yang tak pernah diceritakan, Jaehyun telah cukup paham.

"Ini buku sketsa milik Rose. Dia meninggalkannya di barku. Barangkali dengan melihatnya, kamu bisa memahami mengapa dia mengambil jalan ini."

Barang yang diterima dari Junheo, di hari ketika Rose diadili, membawakan Jaehyun serangkaian asumsi. Sebuah lelembaran buku sketsa berisi gambar-gambar alakadar hasil goresan pena, meski tanpa kata, telah berhasil menceritakan banyak hal tentang pemiliknya pada Jaehyun.

Tentang siapa yang membuat perempuan itu tersenyum.

Juga, tentang siapa yang merenggut senyuman itu darinya.

Sebagai seorang pakar jiwa, seharusnya asumsi yang Jaehyun punya tidak perlu dipertanyakan kepada yang bersangkutan. Namun, sebagai seorang yang pernah mencinta dan masih mencinta, Jaehyun ingin mendengar manusia tercintanya secara langsung mencerita.

Dan, hari itu, tiba.

"Dia ... seperti seseorang yang tidak mampu kugapai. Terasa sangat jauh. Mungkin karena dia pemilik bangku pojok kiri depan, sedangkan aku pemilik bangku pojok kanan belakang. Mungkin juga karena ini tentang si pintar dan si bodoh, atau si tong kosong dan si sedikit omong. Hampir mustahil, kami menjadi dekat. Sampai akhirnya ...."

SERENADE IN E MINOR [END]Where stories live. Discover now