Tuan Eskimo

60.3K 4.8K 94
                                    

Cinta itu sakti.

Gak percaya? Liat aja bos baruku.

Bos baru? Yep, bos baruku yang kurang dari dua puluh empat jam yang lalu kumaki dengan suara membahana. Nekat? Jelas, tapi kan aku gak tau kalo dia lah bos besarku. Siapa suruh kalo ngomong kayak orang ngajak ribut. Datar dan dingin banget. Jadi, kan aku bawaannya pengen nimpuk. Ah...tapi dia tetap bos, Ghea. Sementara aku cuman kucing kurap belaka.

Keberuntungan atau otaknya yang udah gak bener kali jadi aku masih tetep bisa kerja di sini setelah memakinya. Tapi, karena sikapnya gak mudah ditebak maka aku harus bersiap diri seandainya dia mendepakku dengan mudah sewaktu-waktu. Balik lagi jadi mahasiswi yang menyediakan kepalanya cuma buat dikemplang dan ditoyor Pak Ali Busro, bukannya makai otaknya untuk berdiskusi di meeting tim marketing pagi ini.

Saat ini, kami bertujuh sedang berdiskusi seru mengenai proyek bulan 'musim kawin' di depan mata. Sepuluh jika bocah-bocah hiperaktif di dalam sini juga dihitung.

Ada Ian, atasan langsungku yang baik hati. Pernah kusebut kan kalau dia ini tipe pria sejati, cakep, gagah dan sekaligus ramah dalam satu paket. Lalu ada Vania, mimpi buruk setiap gadis namun menjadi mimpi indah setiap pria. Berjalan dengan Vania yang cantiknya bagai boneka Barbie 3D membuat gadis mana pun bakal berpikir bahwa dipandang sebelah mata aja udah syukur. Berikutnya ada Erick, usil jelas, berkacamata tebal, rambut kribo. Jago di bidang desain dan hobinya menggoda wanita. Lain lagi dengan Ell, single parent yang dekat banget sama anak semata wayangnya. Kontak telepon dengan putranya itu udah kayak orang kentut. Tiga puluh menit sekali paling tidak. I bet she's a great Mom.

Meet Kalila, kayaknya sih dia ini otaknya tim marketing. Penuh inovasi dan kreatifitas level tertinggi. Mungil, seksi, agak montok, dan terlihat sangat sangat sangat bersemangat. Terbukti dari caranya menggelontorkan ide saat presentasi. Berapi-api. Nah, Kalila inilah saksi hidup bahwa cinta itu sakti yang mau kubahas tadi.

Dan tentu saja, bos besar yang selama seminggu ke belakang ini menjadi tumpahan teriakan ketika aku mengabsen penghuni kebun binatang—bagian ini dalam hati sih, Si Papa Pestisida. Bertambah julukan jadi Tuan Eskimo sekarang, spesialisasi nada datar dan dingin, irit ngomong, terkesan cuek, dan tidak peduli. Namanya jadi panjang kalo ditambah julukan dariku. Padahal nick namenya cuma empat huruf: Agil.

Kata Ian, Si Tuan Eskimo ini profesinya dokter anestesi alias tukang bius, tapi kayaknya gak perlu obat bius juga kalo ada dia sih. Dikasih nada datar dan dinginnya aja mungkin pasien lebih memilih pingsan. Yah, meskipun ada saja yang pasti memilih sadar karena tampilan fisiknya yang di atas rata-rata. Tapi, yang jelas bukan aku salah satunya. Kayaknya.

Di dalam otakku, dia itu masih terlabeli dengan embel-embel datar, dingin, irit ngomong, buta nada berbahasa dan lain sebagainya. Oh ya, tambahin dia itu suka mengungkit bahwa aku punya kesalahan besar kepada motor gedenya. Padahal berapa sih harga motornya itu? Paling juga aku...tetap gak sanggup beli. Hidih!

Nah, masalahnya adalah... dia ini akan seketika berubah seratus delapan puluh derajat saat menghadapi Kalila. Gak ada nada datar dan dingin, bahkan gak ada lo-gue atau pun saya-Anda seperti cara Agil bicara sama anggota tim lainnya. Yang ada adalah aku-kamu. Cieee...so sweet. Lah jelas, Kalila kan istrinya!

Aku memandangi Kalila, yang masih terlihat muda banget untuk ukuran ibu-ibu yang punya tiga anak. Dua puluh lima tahun umurnya kata Ell. Begitu lihat yang dua kembar, dan si Princess Aluna yang setidaknya berumur lima tahun, berarti paling tidak Kalila nikahnya di kisaran umur dua puluh tahun. Seperti impian dan rencana aku dulu. Bikin ngiri ngeliatnya. Cantik, punya anak-anak yang oke, plus suami yang kaya raya. Aw...ini harta tujuh turunan juga gak bakal abis kali, bisa jadi malah berkembang pesat kalo ngeliat manajemennya sebagus ini.

Anesthetized [Terbit]Where stories live. Discover now