Kalimat Lengkap di IGD

57.4K 4.9K 251
                                    

Dan kemudian hening.

Tapi, aku sadar kalo bazooka sedang dipersiapkan untuk memborbardirku.

"Huhuhu.., be-go hiks,da-sar ce-wek bar-bar, gak tau atu-ran...hiks," cewek pirang dan aneh bin ganjen ini masih menyenderkan kepalanya di dada Agil. Menangis tersedu-sedu. Mengadukan perbuatan 'pintar'ku dengan suara yang terbata-bata.

Aku bingung, dari mukanya kayaknya dia seumuran denganku, tapi tingkah lakunya kenapa kayak sepertiga umurnya gitu ya? Mana gigi gingsulnya itu keliatan kayak vampir lagi. Rambut pirangnya udah kayak ular di mataku. Dasar vampir medusa.

"Dia ja-hat...hiks...Aku ke-sa-ki-taan...hiks," katanya lagi masih dengan menempel erat di dada Agil. Bosku itu kelihatan menghela napas kemudian melepaskan cengkeraman si vampir medusa. Dih...ingusnya sampai berleleran. Dasar, udah tua, ganjen, jorok pula!

"Maaf...saya minta maaf untuk semua ketidaknyamanan ini," kata Agil akhirnya dengan nada datar spesialisasinya. Mungkin berharap meredakan perang dunia ketiga yang terjadi di IGD.

Bukannya mereda, ucapan Agil justru seperti menarik pelatuk pada bazzoka, seluruh peluru berhamburan keluar tanpa ampun.

"Sialan...dasar lo cewek sialan! Nggak tahu diuntung!" makinya padaku. Kali ini tepat terarah padaku. Grrr...ni cewek emang rese, coba saja gak lagi di IGD bakal kuladeni kemarahannya. Sabar...sabar...calm down, Ghea. Rugi nantangin si medusa ini.

"Ehem...kayaknya gue tau kok untung rugi," jawabku akhirnya. Keadaan yang tadi hening mulai memanas lagi. "Buktinya otak gue tahu kalo cuma sekedar sakit kuku begitu doang gak perlu ampe dibius dokter spesialis apalagi sampai minta rawat inap begitu," cibirku. "Lo aja yang keganjenan," rutukku pelan. Namun, sayangnya masih kurang pelan untuk ukuran telinga si vampir medusa ini. Ohoh...jangan-jangan gosip kalo vampir punya pendengaran super benar adanya.

"Maksud lo? Dasar cewek maniak! Psycho! Kurang ajar!"

"Yah...setidaknya gue maniak matematika kok," balasku lagi. "Gue pinter berhitung, asal lo tau. Dan kayaknya otak gue lebih pinter daripada otak lo yang gak bisa ngitungin cost perawatan rumah sakit. Yang gak mesti dirawat minta dirawat inap. Gatel!"

"Asal lo tau ya, gue sanggup bayar! Bahkan, gue sanggup bayar buat nutup mulut lo yang busuk," katanya sambil mendelikkan mata.

Aku mengangkat tanganku tepat ke depan mulut.

"Hah...hah," kataku sambil menghembuskan udara dari dalam mulutku. "Gak busuk, malah enak, bau bubur ayam," balasku lagi. "Emangnya lo, kuku item kayak gorila!"

Si vampir medusa kini turun dari bed-nya, melupakan kukunya yang perlu penanganan. Siap siaga menyerangku, "Lo tau, kuku-kuku gue terpelihara oleh ahlinya. Gak kayak lo, mulut busuk dan isi perut aja yang dipentingin!" bentaknya. "Bukannya rumah sakit bakal untung kalo yang dirawat berani bayar tinggi? Gak kayak lo! Jelas! Miskinnya keliatan," semburnya sambil berkacak pinggang.

"Penting tau, Pir! Lo tau berapa orang yang antre di luar sana cuma buat berobat dan bener-bener harus dirawat inap, eh?" tanyaku. Panas. Kuabaikan remasan tangan Agil di bahuku.

Sekeliling IGD terlihat menonton. Beberapa dokter dan perawat lain mulai mengerubungi kami. Untungnya si vampir ini ada di bed paling ujung. Perawat pendamping Agil menutup tirai pembatas antar bed dan mengusir kerumunan penonton, termasuk seorang security yang terlihat bersiaga.

"Lo panggil gue apa tadi?," bentaknya keras. "Duit-duit gue, napa lo yang repot ngurusin gue makenya gimana!"

"Vampir! Puas lo? Dasar vampir medusa," teriakku sambil mengacungkan jari tengah tepat di hidungnya. "Oh ya, kalo duit lo emang banyak, mending disedekahin. Daripada dibuang nggak jelas!" sambungku.

Anesthetized [Terbit]Where stories live. Discover now