Bab: 29

858 121 36
                                    

Hari kelulusan telah tiba. Aera bahagia akhirnya masa putih abu-abu telah berakhir. Di sisi lain, ia juga merasa sedih, ia akan berpisah dengan teman-temannya yang menemaninya dan mewarnai masa SMA-nya.

Acara sudah selesai, sekarang mereka sedang berfoto-foto bersama teman-teman dan keluarga yang datang.

"Ciye yang sudah bukan anak SMK lagi. Duh, gak kerasa sudah gede aja anak bunda ini. Nanti gak kerasa lulus kuliah terus tiba-tiba mau nikah aja," ucap Airin menatap putrinya dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tidak menyangka si kembar yang dulunya kecil dan menggemaskan sekarang sudah besar.

"Waktu terasa begitu cepat berlalu ya, Rin ..." ucap Reyhan.

Airin mengangguk setuju. "Iya, Mas. Gak nyangka anak sudah sebesar ini."

"Airin, kita foto bareng yuk!" ajak Rania menghampiri keluarga Aera.

"Cuma sama aku, Mbak?" tanya Airin.

"Sama Aera jugalah, kita sekeluarga. Kapan-kapan lagi kita foto bersama, apalagi ada Amel sama Reyhan."

"Panggil Abang kamu gih," titah Amelia menatap Aera.

"ABANG!" panggil Aera berteriak membuat mereka meringis malu karena banyak yang menatap ke arah mereka.

"Punya anak suaranya kek toa ya kek gini," ucap Reyhan.

Aiden yang sedang sibuk ngobrol dengan teman sekelasnya langsung menghampiri mereka.

Arga, Rania dan Salman berfoto bersama dengan keluarga Aera. Aera berdiri tepat di samping Arga, disisi kirinya ada abangnya, ia ditengah-tengah pria tampan.

"Sekarang kalian berdua!" pinta Rania menatap putranya dan Aera.

"Kami foto berdua?" tanya Aera.

"Iya, Sayang ... Kenang-kenangan."

"Kamu jangan sok malu deh, ini bukan pertama kalinya kalian foto bersama. Dah sana berdiri di samping Arga," ucap Airin.

Aera menurut, ia berdiri di samping Arga. Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman yang manis sambil menatap kamera.

"Sudah!"

"Aera ... Siapa nih yang datang?" ucap Amelia.

"Sia ... Eh, Kak Febian?" Aera kaget melihat Febian datang menghampirinya dengan buket bunga ditangannya.

Febian tersenyum manis, Aera dibuat tertegun melihatnya, selama ini Febian tidak pernah tersenyum padanya, ia selalu bersikap cuek jika ia mendekatinya.

"Selamat ya ..." Febian menyodorkan buket bunga itu.

"Wah, aku dapat buket nih? Terima kasih, Kak!" ucap Aera langsung mengambilnya.

"Ciye ... Ciye ..." Airin dan Amelia bersorak heboh melihatnya.

Aera menunduk malu, apalagi banyak sorot mata yang menatapnya. "Duh, semoga kak Feb gak baper gara-gara aku deketin. Kalau beneran baper terus suka? Mampus kamu Aera." Aera menggigit bibir bawahnya.

"Yang cewek malu-malu!" ucap Amelia.

"Diam, Ma! Aera malu ih!" Aera memalingkan wajahnya.

"Loh, urat malu kamu belum putus?" tanya Airin.

"Belum Bun, hampir putus." Tawa mereka pecah mendengarnya.

"Febian apa kabar?"

"Alhamdulillah baik, Tan."

"Kak Feb kok ada di sini?"

"Demi kamulah! makanya dia datang!" sahut Amelia.

"Sekalian pengen ketemu bapak sama ibu," jawab Febian.

I'm Not Crocodile GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang