Sebelas; Juan, Itu Siapa?

25 5 8
                                    

Akhir bulan telah tiba. Satu jam yang lalu, aku dan Juan beserta anggota band sudah menginjakkan kaki di area lomba. Rasanya, aku bisa merasakan denyut nadi keramaian yang memenuhi udara, suara riuh rendah dari penonton yang bersemangat berbaur dengan aroma makanan berjejer di sepanjang jalan.

Aku dan anggota bandku akan segera tampil, kami mulai berjalan menuju panggung utama. Jantungku rasanya berdebar-debar dengan campuran antara gugup dan antusias. Kulihat timku sedang meraba-raba alat-alat musik, seperti memeriksa setiap detail, melakukan soundcheck dengan teliti. Kami, ingin memastikan semuanya sempurna, tak ada yang terlewat.

Adrenalin memompa dalam darahku setelah mendengar MC dengan antusias menyambut tim band ini, tanganku berkeringat. Cahaya sorot panggung mulai menerangi wajah-wajah, membuat suasana semakin gugup.

Aku menoleh ke samping, Juan sedang tersenyum padaku, cowok itu mengangguk seolah meyakinkanku agar tidak gugup. Tak lama, suara gitar, drum, dan bass kami menggema, menjadi pembuka lagu yang akan kami tampilkan; Separuh Napas - Dewa 19.

Suasana di panggung menjadi semakin magis saat lagu dimulai, intro lagu ini sangat khas. Aku melihat penonton dari atas panggung, melihat mereka bersemangat, bergoyang mengikuti irama musik. Aku yakin sorakan dan tepuk tangan mereka menambah kepercayaan diri bagi tim bandku, memotivasi kami untuk bermain lebih baik lagi.

Ketika nada pertama dimainkan, aku dan Juan menghela napas dalam-dalam, siap untuk memulai perjalanan musik ini. Suara drum terdengar sangat keren, dan aku memulai pengantar lagu dengan suara lembut. Saat aku menyanyikan lirik pertama, aku merasa seperti terbang di awan kesenangan. Suara Juan menyusul, harmoni suaranya menyatu dengan suaraku, menciptakan keindahan yang tak tergambarkan di benakku.

Kita saling melihat dengan penuh perasaan saat melanjutkan lagu. Setiap kata yang kita nyanyikan terasa seperti ungkapan dari hati sendiri. Atau ... aku masih kepedean, ya? Ah, tapi, aku bisa merasakan getaran emosi yang kuat di setiap nada yang dihasilkan, seolah-olah lagu ini menjadi wadah untuk mengungkapkan perasaan terdalam.

Mataku dan Juan tiba-tiba terkunci satu sama lain, dunia di sekitar kita seakan pudar menjadi tak berarti. Merasa tak sanggup melihat tatapan Juan, aku memalingkan wajah, terus bernyanyi menciptakan melodi yang mengalun dengan indah seperti Juan.

Ada satu hal yang kembali tak aku sangka, ketika lagu mencapai bagian puncaknya, kita menyatu dalam harmoni yang sempurna. Suara kita saling melengkapi, menciptakan keajaiban musik yang tak akan kulupakan.

Satu aplaus dari dewan juri dan sorakan penonton memenuhi ruangan, membuatku dan Juan serta yang lain bernapas lega. Latihan sejak dua minggu lalu seolah terbayarkan dengan penampilan tadi yang membuatku merasa cukup puas.

"Lin, makasih banyak, ya?"

Juan tersenyum padaku ketika sudah turun dari panggung, wajahnya sangat tampan, sekarang cowok itu memang menggunakan sedikit riasan agar lebih fresh.

Aku mengangguk membalas senyumannya. "Makasih juga, Juan."

"Makasih-makasihnya cuma berdua aja?" kata Diki dengan sedikit tawa.

Semuanya menjadi tertawa termasuk aku. Masih dengan tawanya, Juan memeluk satu per satu teman-teman baruku itu, sambil menepuk-nepuk punggungnya seolah merasa bangga.

"Makasih-makasihnya juga buat kalian, dong!" kata Juan setelahnya.

Aku sangat bahagia hari ini, pertamakali mengikuti lomba mewakilkan sekolah sangat menyenangkan, apalagi bersana Juan. Aku, tidak berhenti memandang kagum padanya, sambil mendoakannya diam-diam di dalam hati agar bisa saling memiliki.

Juan, sudah berhasil masuk ke dalam hatiku yang sebelumnya selalu hanya sekadar menyukai orang saja, kini menjadi ingin memiliki.

Namun, adegan yang tak aku sangka-sangka terjadi begitu saja di depan mataku. Mungkin jika suara hati yang retak itu memang ada, suara hatiku sangat nyaring ketika melihat Juan sekarang.

Juan, tiba-tiba saja berpelukan dengan gadis lain di depan mataku dengan erat.

"Juan, itu siapa?" kataku dalam hati sambil menahan tangis.

__TBC__ 

Hai-hai? Siapa ya ituu??

Luka yang Tak Terucap √Where stories live. Discover now