Dua Belas; Hancur

30 6 11
                                    

Aku masih terus mengusap cairan bening yang sebenarnya sudah kutahan-tahan agar tak keluar, Raisya juga masih memelukku di belakang gedung tempat lomba band ini.

Sejujurnya hatiku merasa sangat sakit, masih terasa tertusuk-tusuk ketika mengingat kejadian Juan yang mengatakan akan keluar dulu bersama gadis yang memeluknya itu kepadaku dengan senyumnya. Juan tidak menjelaskan apa-apa, cowok itu seolah tidak membuat kesalahan apa pun padaku.

Apa aku yang berlebihan, ya? Aku, bingung ... apa aku yang salah?

Tanpa menunggu anggota band yang akan menjelaskan, tanganku langsung ditarik oleh Raisya ke sini, bersama Zaki yang menyusul di belakangnya. Tidak tahu kenapa aku langsung menangis ketika melihat wajah Raisya, gadis itu seperti berisyarat 'ada aku, Lin' kepadaku, lalu tak lama Raisya langsung memelukku dengan erat sampai sekarang.

"Brengsek! Gue kira dia udah tobat!"

Zaki kembali menggerutu sambil melemparkan batu kecil yang ia pijak ke tanah, cowok itu tampak sangat kesal. Aku tidak tahu apa maksudnya, namun sepertinya Zaki tahu tentang masalalunya Juan. Sama seperti Raisya.

"Udah, Lin. Itu berarti, Juan bukan yang terbaik buat lo." Raisya mengusap-ngusap pelan punggungku. Bukannya tenang, air mataku malah semakin deras.

Sejujurnya aku masih berharap jika yang bersama Juan tadi adalah saudaranya. Namun ketika melihat kedua temanku ini berekspresi dan mengatakan kata-kata sebaliknya, rasanya hatiku jauh lebih sakit lagi.

Berarti kemarin itu, Juan hanya menganggapku teman?

Apa aku salah menganggapnya menyukaiku?

Apa aku terlalu berharap kepadanya?

Aku, salah, ya?

"Lin, udah." Raisya melepaskan pelukannya, gadis itu menatapku dengan senyumnya. "Lupain ya, Juan emang enggak baik buat lo."

Aku menghapus jejak air mataku, mencoba mengulas senyuman pada Raisya. "Makasih, Rai. Tapi ... kalo boleh tau, tadi itu siapanya Juan?"

Raisya menoleh pada Zaki seperti meminta penjelasan. Diriku langsung mengerti saat Zaki mengangguk lalu mendekatiku dan Raisya. Cowok itu berjongkok di depan kursi yang kita duduki.

"Lin, mau gue jelasin sekarang?" tanya Zaki kemudian.

Aku langsung mengangguk. Walau sebenarnya, aku masih merasa ini hanyalah mimpi, hanyalah sebuah mimpiku ketika tertidur di kala malam. Sayangnya, bukan. Ini benar-benar nyata. Ter-rekam jelas di mata kepala.

"Lo liat pas gue rebutan foto? Itu, foto Adinda, perempuan yang tadi meluk Juan."

Aku mengangguk, menyimak Zaki yang akan melanjutkan ucapannya lagi. Kini tangan Raisya juga mulai menggenggam erat tanganku.

"Awalnya gue kira, Juan nggak ada hubungan apa-apa lagi sama Dinda, makannya gue gak maksa ngerebut foto itu. Tapi ternyata, Juan tetap Juan, cowok friendly yang sebenarnya udah punya cewek," lanjut Zaki.

Jadi, tadi itu pacarnya Juan??

"Juan pengin jadi ketua band karena pacarnya. Dinda itu vokalis band juga, dan dia ketua band di sekolahnya. Yang gue tau, dulu Juan pernah curhat ke gue, katanya lagi ada masalah sama Dinda. Ceweknya nggak mau baikan sebelum Juan jadi ketua band kayak dia."

Zaki menatap Raisya yang menggeleng seperti mengisyaratkan jangan melanjutkan ucapan. Melihatnya, aku meneteskan air mataku lagi, Raisya yang melihatnya langung menggenggam tanganku lebih erat.

Ternyata, cowok yang kukagumi, kusukai, kusemangati itu memiliki tujuan yang tak kusangka-sangka. Aku sama saja sepereti mendukungnya untuk kembali lagi bersama pacarnya.

Lucu sekali, ya?

"Lin, jangan nyalahin diri lo sendiri, ya?" kata Raisya.

"Nggak ada cewek yang gak baper digituin sama Juan, Lin. Ini bukan salah lo!" Zaki menambahkan.

Aku mengangguk seraya menghapus sisa air mataku yang masih menetes. Aku mencoba tersenyum lagi walau rasanya sulit. "Makasih ya, Raisya, Zaki."

~oO0Oo~

Pengumuman juara lomba sudah diumumkan hari ini juga. Band SMA Harapan Bangsa mendapat Juara ke 2 setelah SMA-nya Dinda. Wajah dan perasaanku sudah lebih baik, meskipun harus menahan sakit hati kembali melihat kedekatan Juan dan Dinda di depan mata. Aku tidak tahu, Juan merasa salah atau tidak kepadaku?

Sepertinya aku memang benar-benar salah ....

Juan hanya menganggapku sebatas teman ....

Tapi mengapa harus memperlakukanku seperti yang kemarin-kemarin?

Aku baru mengenal jatuh cinta sedalam ini, namun kenapa malah seperti ini?

Apa aku tidak pantas dicintai?

Kenapa ini terjadi padaku?

Rasa yang aku pikir terbalas, nyatanya tidak.

Aku, merasa seperti badut.

Hatiku semakin mantap untuk membenci Juan ketika cowok itu kembali menyapaku sambil menggandeng Dinda di sebelahnya, seolah pamer jika kupikir-pikir. Mereka bahkan mengambil foto bersama dengan piala, tidak acuh pada band yang juga ingin mengambil foto bersama.

Juan ... aku benci kamu!

___TBC___

Hai-hai, apa kabar? Bagaimana eps ini?

Ini Juan dan Adinda :)

Ini Juan dan Adinda :)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Luka yang Tak Terucap √Where stories live. Discover now