3. Mau Narsis Malah Nangis

305 25 0
                                    

"Gue kan bilang kalau nanti bakal jemput Lo. Kenapa nggak nungguin? Lihat jadinya kehujanan."

Kayla tercengang. "Jadi Lo nungguin gue?"

Chandra menghela. "Lo kira gue main-main? Lihat ini badan gue kedinginan. Bentar lagi juga masuk angin," ujarnya yang langsung bersin-bersin.

Kayla meringis. "Harusnya Lo pulang. Gue dijemput Zefa tadi."

Chandra menyesap teh manis di gelas sampai tinggal setengah. "Harusnya Lo peka. Kenapa gue ngasih duit cuma lima puluh ribu. Biar gue bisa jemput Lo."

Kayla tidak habis pikir, kenapa Chandra bisa berkata seperti itu. Padahal ia sendiri menganggap kalau laki-laki ini hanya bercanda. Seperti yang biasa dilakukannya. Kayla bingung.

Bagaimana bisa Chandra yang terkenal rese bisa seserius ini? pikirnya.

Namun, Kayla melihat bagaimana Chandra yang datang ke rumahnya dalam keadaan basah kehujanan. Itu berarti ia berkata jujur dan tidak main-main. Tapi kenapa?

"Mending Lo pulang terus ganti baju," ujar Kayla. Hujan sudah reda. Sehingga laki-laki di depannya bisa pulang tanpa harus kebasahan lagi.

"Lo ngusir gue?" tanya Chandra sembari menatapnya.

"Lagian ngapain Lo ke sini? Sudah tau hujan itu harusnya berteduh." Kayla menghindari tatapan Chandra.

"Gue khawatir sama Lo. Ditelepon enggak dijawab. Gimana kalau terjadi sesuatu sama Lo? Gue sama siapa? " Chandra masih menatapnya, malah makin lekat.

Kayla bengong. Otaknya sedang mencerna ucapan Chandra. Beberapa detik kemudian ia memalingkan wajahnya. Pura-pura melihat ke arah garasi. Ada yang aneh juga dengan pipinya. Kenapa jadi panas?

"Ya sudah. Gue pulang dulu. Lain kali jawab teleponnya. Makasih buat teh manisnya juga," ucap Chandra pamitan.

Kayla mengangguk. Ia hanya berdiri sampai motor yang Chandra kendarai keluar dari halaman rumahnya. Kemudian masuk ke dalam rumah, tanpa lupa membawa handuk dan gelas bekas teh manis.

***

Hari Sabtu yang tenang berubah menjadi riuh. Rumah ini mendadak ramai. Sepupu-sepupu Kayla datang berkunjung. Mereka seperti menginvasi. Kayla hanya geleng-geleng kepala.

Ruang keluarga mendadak jadi tempat berkumpul. Meja ditaruh ke pinggir ruangan. Karpet pun digelar. Kayla duduk melingkar bersama sepupu-sepupunya. Di tengah-tengah mereka ada banyak sekali makanan yang menemani obrolan asyik.

"Awas, kalau Lo habisin jatah gue lagi, Lan!" Kayla memberi ultimatum pada Alan. Sepupu laki-lakinya yang sebaya dengannya.

Alan mencebik. "Siapa cepat dia dapat."

Kayla pun langsung merebut piring yang berisi sosis dari tangan Alan. Ia tidak rela kalau kehabisan. Ia juga masih ingat bagaimana Alan menghabiskan dimsumnya, waktu mereka di rumah Zefano.

"Nih bocah rebutan makanan terus," ujar Meysa. Sepupu perempuan beda setahun umurnya dengan Kayla.

"Kayla masih mau sosis?" tanya Amanda. Ia paling tua di antara sepupu-sepupunya. "Ini punyaku masih ada," ujarnya menyodorkan piring yang berisi sosis pada Kayla.

Suasana makin ramai ketika Meysa dan Alan adu mulut. Kayla hanya menonton sambil makan sosis. Ia melihat kakaknya, Rizal yang malah mengabadikan momen tersebut melalui ponselnya. Sementara Zefano sibuk memanggang daging. Sepupunya ini seperti tidak terganggu dengan keributan yang terjadi.

Sampai ponsel Zefano berbunyi. Kayla yang berada dekat dengannya bisa mendengar jelas kalau teman-teman sepupunya ini sudah berada di rumah Zefano.

"Teman-teman gue datang. Ini buat gue saja," ucap Zefano yang mengambil dua toples keripik.

CRUSH - Act Of Service Where stories live. Discover now