5. Gara-gara Hoodie

272 18 2
                                    

Berguling ke kanan. Berguling lagi ke kiri. Itu yang Kayla lakukan sejak tadi. Ia bosan seharian di kamar. Bukan tidak mau keluar untuk menikmati hari libur tanggal merah ini, tapi cuaca yang tidak mengizinkan.

Pagi cerah, siang turun hujan.

Menonton film sudah. Membaca novel pun sudah. Kayla bingung harus apa lagi. Ia ingin seperti orang lain yang bisa tetap produktif di hari libur. Bagaimana kalau ke dapur? Sekadar mencoba resep makanan yang ditontonnya. Tidak. Itu bukan ide bagus.

"Bosan," ucap Kayla. Kakinya menendang-nendang ke udara. Ia masih dalam posisi rebahan.

Lalu, matanya melihat ke arah lemari baju. Kayla tersenyum. Ia segera bangun, lalu membuka pintu lemarinya. Dikeluarkannya beberapa potong baju.

Kayla berniat untuk mencoba beberapa baju. Mix and match. Lantas mengambil beberapa foto yang kemungkinan hanya untuk konsumsi pribadinya.

Semangatnya menggebu-gebu untuk beberapa saat. Namun kembali padam. Kayla menghela napas. Di atas tempat tidur berserakan baju-bajunya. Entah kenapa ia merasa tidak senang. Bahkan rasanya kesal.

"Kenapa enggak ada yang bagus?" gumamnya.

Kayla pun melirik ke jendela. Di luar mendung. Ia kembali menghela napas. Saat ini ia ingin sekali jalan-jalan ke luar. Hunting makanan enak. Atau sekadar cuci mata di pusat perbelanjaan terdekat.

Alan tetapi, Kayla terlalu malas. Ia tidak mau pulang kehujanan.

Kayla mengetuk-ngetuk kaca jendela kamarnya. Pasangan matanya ke arah luar. Jalanan depan rumahnya tampak lengang. Mungkin orang-orang sedang merasakan hal yang sama dengannya. Malas keluar rumah.

"Bosan." Kayla kembali mengeluh. Matanya melihat ke arah rumah Zefano. Sepi. Lalu, tiba-tiba sesuatu terlintas di pikirannya. Ia pun tersenyum jahil.

Kemudian, Kayla berlari turun ke lantai bawah. Lantas keluar rumah, terus berlari ke rumah Zefano. Senyumnya kian merekah. Harinya yang bosan pasti akan menjadi menyenangkan. Kayla berencana menggangu sepupunya ini. Bermacam-macam ide jahil pun sudah terlintas di pikirannya.

Rumah ini sepi. Kayla menengok ke kanan kiri. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Namun pintu depan tidak dikunci
Ini berarti ada orang di dalam.

"Tante," seru Kayla. Ia berjalan menuju ruang keluarga. Kosong. Lalu, kalinya menuju dapur. Masih sama. Tidak ada orang.

Kayla pun naik ke lantai dua, tempat kamar Zefano berada. Seperti dugaannya, sepupunya ini sedang tidur. Hal pertama yang dilakukannya yaitu membuka tirai kamar selebar-lebarnya. Sehingga cahaya matahari mengenai wajah Zefano.

Kayla cekikikan ketika Zefano mengerang sambil mencari keberadaan selimutnya. Benda tersebut sudah berada di lantai. Kali ini bukan Kayla pelakunya. Sejak masuk ke dalam kamar, ia melihat jika benda itu sudah berada di lantai.

"Bangun. Ngebo terus," kata Kayla.

Tentunya tidak ada jawaban dari Zefano. Karena sepupunya ini kembali terlelap. Bantal sudah menutupi wajahnya. Kayla hanya geleng-geleng kepala. Ia pun tidak kehabisan akal

"Zefa bangun. Kebakaran!" teriak Kayla, berharap Zefano bangun. Nihil.

Karena merasa tidak ada gunanya membangunkan sepupunya ini, Kayla pun menyerah. Namun, ia belum berniat keluar kamar. Ia pun mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kamar.

"CK. Berantakan sekali," ujarnya.

Bukan tanpa alasan Kayla berkata seperti itu. Tumpukan pakaian kotor berada di sudut ruangan dekat kamar mandi. Sepatu yang pasangannya entah ke mana. Jangan lupakan kaos kakinya. Beberapa buku dekat tempat tidur. Serta bungkus makanan yang bercampur dengan bungkus rokok.

CRUSH - Act Of Service Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon