06 : Nyata Atau Halusinasi?

168 31 6
                                    

"Tuan tenang saja, nanti biar saya yang carikan fotografernya untuk tuan." Ucap Jennie pada Perth yang telah memutuskan untuk membuka  distro pakaian cowok dan cewek.

"Janji ya kak." Penuh harap dia dengan tatapan polos.

Jennie pun mengangguk seraya mendadani Perth. Dia sudah menyampaikan perintah Saint pada Perth, oleh karena itulah dia mendadani Perth.

Kini pemuda manis itu menjelma menjadi pria yang cantik akibat polesan makeup natural yang menghiasi wajahnya.

Ini memang bukan pertama kalinya dia datang ke kantor suaminya, sudah sering. Sehingga dia tidak perlu mendatangi meja resepsionis untuk bertanya mengenai ruang kerja sang suami.

Sebelum dia memasuki ruang kerja Saint, Perth harus melalui meja sekretaris dan asisten Saint yang berada di depan kantor Saint.

Billy sendiri sedang keluar tuk membeli makan untuk Saint.

Sehingga kini Perth kembali bertemu dengan James, sekretaris Saint.

"Sebaiknya kau pulang, karena presdir tidak ada." Terang James dengan tatapan sinisnya pada Perth yang hendak mengetuk pintu.

Perth tidak percaya mengingat James sering membohongi dia. Sebab sebisa mungkin James ingin interaksi Perth dengan Saint itu meminimalisir mungkin.

Tok tok tok...
Perth tetap mengetuk pintu kantor Saint.

"Pantesan Saint lebih milih aku, orang istrinya aja modelan nya kek kamu. Gak punya etika. Udah dibilangin Presdir gak ada!" Kata dia dengan nada kasar.

Perth memilih abai, gak ada gunanya juga dia meladeni sekretaris Saint yang caper dan baper.

James menghampiri Perth dan kini dia berkacak pinggang dibelakang Perth yang kembali mengetuk pintu.

"Kau itu ngerti bahasa manusia gak sih? Ouh iya, kau kan bukan manusia jadi mana ngerti bahasa manusia." Omongannya semakin kurang ajar pada istri sahabatnya sendiri.

Perkataan dia yang kasar membuat Perth menoleh kebelakang. "Biarin, dari pada seperti kau yang murahan gak punya harga diri! Katanya cantik dan bermartabat, tapi kenapa malah doyan ma laki orang? Situ waras?" Perth membalas dengan sindirannya juga dengan lebih kasar.

PLAK!
"Omongan kau tolong dijaga ya! Berani-beraninya kau menghina ku? Kau pikir kau siapa?" Maki James setelah menampar Perth dengan nyalang.

Jika dia marah dikata-katain balik, seharusnya dia tidak menghina orang.

Klik'
Suara pintu terbuka, Saint yang membuka dari dalam.

Seketika itu juga James langsung akting menjadi manusia paling menyedihkan, tersiksa dan teraniaya. "Perth, kenapa kau menampar aku?! Apa salahku, hiks?" Lirih dia dengan mata berkaca-kaca sambil memegang pipinya.

Padahal di sini pipi kiri Perth lah yang terasa panas akibat tamparan James.

Kini Perth jadi mengerti kenapa James bertingkah begini, karena Saint sudah berdiri di belakang Perth.

James segera berjalan menghampiri Saint. "Saint, ini semua salah paham. Kamu jangan memarahi Perth ya, dia hanya cemburu melihat aku masih bekerja di sini sebagai sekretaris mu."  Adu James bertingkah bak manusia yang memiliki hati selembut salju.

"Aku gak menampar dia, dia yang menampar aku." Walau bagaimanapun Perth tidak mau lagi diam jika dia difitnah sekalipun suaminya tidak pernah memihak dia.

"Aku istri kamu jadi kamu harus percaya sama aku. Aku sungguh tidak menampar dia..." Tambah Perth karena reaksi Saint tetap dingin dan menatapnya dengan tajam.

Minefields - SaintPerthWhere stories live. Discover now