07 : Love In Silence

164 30 6
                                    

Hari demi hari berlalu dengan begitu cepat. Tapi tidak bagi Nut. Pria cantik itu tidak mengerti apa yang tengah dirasakannya. Rasa sakit selalu datang menghampirinya setiap kali dia melihat kebersamaan Saint dengan yang lainnnya. Terlebih ketika Saint mulai jatuh cinta pada Perth, junior James di sekolah. Entah rasa apa yang tengah dan rasakan. Dirinya sama sekali tidak mengerti.

Akhirnya dia memilih untuk menghindar setiap kali Saint datang menemuinya. Walau terkadang ada perasaan rindu yang teramat sangat untuk bisa melihat wajah yang selalu ada dalam pikiran dan hatinya.

Tapi lagi dan lagi hatinya tergores sakit jika dia memaksakan diri untuk diam-diam memandangi wajah tampan tersebut.

Perasaannya semakin tidak karuan ketika Perth selalu ada di dekat Saint. Walaupun Saint tidak memperlakukan Perth dengan manis. Namun dia tahu, ketika Perth tidak melihat Saint, pria itu memandangi wajahnya dengan penuh cinta. Seolah dunia hanya berpusat pada sosok Perth seorang yang sangat manis.

Hingga pada akhirnya hari itupun tiba, dimana dia harus menelan rasa sakit ketika mendengar Saintnya hendak menikah dengan Perth.

Sekuat tenaga dia berusaha menguatkan hatinya untuk menerima kenyataan bahwa Perth hanyalah milik Saint seorang. Tapi tetap saja dia tidak bisa mengindahkan rasa sakit di hatinya.

Di hari pernikahan Saint dan Perth, dia menangis meraung-raung di kamarnya.

Seharusnya dia tertawa bahagia seperti Mew yang gembira melihat Saint menikah.

Kesedihan dan rasa sakit yang dia rasakan kini membuat dia sadar kalau dia mencintai Saint.

Dia mendekap buku album foto kebersamaan dia dengan Saint dan Mew.

Dia terus menangis hingga perlahan matanya kian menutup rapat hingga Iapun terlelap ke alam mimpi.

☘️🍀☘️🍀☘️🍀☘️...

"Tidak bisakah kamu memikirkannya lagi, nak? Usia pernikahan kalian baru sebulan, tapi kenapa kamu sudah memutuskan untuk pindah rumah? Rumah ini pasti akan terasa sangat sepi tanpa kamu nak." Kata Araya dengan suara sedih. Kedua matanya tampak berembun menatap Saint. Nunu mengusap lembut punggung mamanya agar kesedihannya tidak semakin menjadi-jadi.

Saint menemui mamanya tuk mengatakan kalau dia dan istrinya akan tinggal di rumah mereka sendiri.

"Maafkan aku, ma. Tapi aku tidak ingin mama dan istriku bertengkar." Dia bicara begini karena mamanya tidak pernah menyembunyikan api kebenciannya pada Perth.

Bahkan sekarang Saint tidak membawa Perth bicara dengan mamanya. Takut mamanya menyerang Perth.

"Selain itu aku juga ingin belajar hidup mandiri. Karena itulah kami memutuskan untuk tinggal di apartment yang dibelikan kak Supanut untuk kami." Tutur Saint menjelaskan sembari menggenggam tangan mamanya. Waktu itu Saint belum sekaya sekarang.

"Mama jangan khawatir. Kami berdua akan sering berkunjung kemari," Bujuk Saint lagi.

"Sudahlah, Ma. Biarkan mereka berdua tinggal di apartment. Toh letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Mama bisa mengunjungi abang kapanpun mama mau." Ujar Nunu turut membujuk mamanya untuk merelakan Saint tinggal terpisah dengan mereka.

"Lagipula jarak apartment dengan agensi tempat abang Saint bekerja juga lebih dekat, Ma. Kalau abang tinggal disini kasihan abang capek di jalan. Karena jaraknya terlalu jauh," Tambah Nunu tuk alasan lainnya kenapa Saint harus tinggal pisah rumah dengan mereka.

"Bukankah sebelum kamu menikah, kamu dulu juga mengurus perusahaanmu? Dan Mama lihat kamu tidak pernah mengeluh capek," tukas Araya dengan bibir mengerucut sedih.

Minefields - SaintPerthWhere stories live. Discover now