01. Rumah

1.5K 126 7
                                    

"Semuanya sudah siap, Tuan. Saya bisa antarkan Tuan Milo pulang sekarang," ujar seseorang, yang berupa pria setengah baya berpakaian rapi dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.

Aku yang mendengarnya, hanya mengangguk pelan. Lalu setelahnya mulai bangkit dari sofa yang memang sudah disediakan pihak rumah sakit di kamar inap.

Sudah hampir seminggu aku dirawat, yang akhirnya aku diperbolehkan pulang setelah dipastikan kalau kondisiku sudah baik-baik saja.

Dan selama itu pula, aku mencoba mencerna dan memproses atas apa yang terjadi padaku sebenarnya. Tentang dimana aku berada, dan mengapa aku bisa berada di tubuh seseorang yang tidak aku kenal.

Banyak teori yang aku pikirkan, namun semua itu tidak bisa aku pastikan kebenarannya. Semuanya terasa gamblang yang membuatku sungguh kebingungan.

Aku masih mengingat saat kejadian yang membuatku berada di ambang kematian. Rasa sakit yang ku rasakan dan segala hal yang telah ku alami sebelumnya.

Ada beberapa pemikiran yang memiliki kemungkinan yang cukup besar, yaitu aku dan pemilik tubuh ini bertukar jiwa karena sedang mengalami hal yang sama yang membuat kami berdua meregang nyawa.

Aku ingin mempercayai pemikiran itu dan berusaha mencari cara agar bisa kembali ke tubuhku yang sebenarnya. Namun setelah ku coba melakukannya, aku sama sekali tak memiliki petunjuk akan keberadaanku sekarang.

Maksudku, aku sudah bertanya tentang dimana letak tempatku tinggal yang sesungguhnya, tapi sayangnya aku tidak mendapat jawaban apapun dan hanya menyisakan kebingungan dari pria paruh baya yang mengaku sebagai pelayan dari tubuh remaja pria yang bernama Milo ini.

Aku seakan berada di dunia lain karena tidak memiliki informasi apapun tentang kehidupan yang tubuh asliku punya. Yang membuatku tak bisa berbuat apa-apa selain menerima kenyataan kalau saat ini aku adalah Milo, dan bukannya Oliver yang memiliki nasib buruk.

Dan dengan begitu, aku menganggap diriku yang sebenarnya memanglah sudah tiada dengan sekarang aku diberikan kesempatan untuk menjalani kehidupan kedua.

Ya... walaupun terdengar tidak adil bagi jiwa Milo yang entah berada dimana. Tapi apapun itu, yang terjadi padaku sekarang, sudah cukup gila untuk bisa ku terima begitu saja.

"Mari, Tuan. Saya antarkan Tuan Milo pulang. Keluarga Tuan sudah menunggu dan siap menyambut kembalinya Tuan Muda ke rumah," ungkap pria baruh baya itu yang ku sebut Pak Simon.

Lagi, aku mengangguk pelan. Lalu dengan perlahan melangkah keluar dari ruangan tempatku di rawat, dan mengikuti langkah Pak Simon yang berjalan di depan.

Entah keluarga seperti apa yang akan menyambutku di rumah. Karena bahkan hampir seminggu lamanya aku di rawat, tidak ada satupun yang mengaku keluarga yang menjenguk pemilik tubuh ini yang bisa dibilang kondisinya cukup parah.

Hanya Pak Simon dan beberapa pria remaja yang di hari pertama aku sadar-- mengancamku dengan perawakannya yang mengerikan--yang menjenguk tubuh bernama Milo ini selama dirawat.

Dan sepertinya aku mengetahui alasannya, karena begitu aku tiba di sebuah rumah mewah yang megah, hanya tatapan kebencian yang aku terima dari semua orang yang menyambut kehadiranku di sana.

Ada satu yang terlihat tulus, yang benar-benar merasa bersyukur karena kondisiku yang baik-baik saja. Dia seorang pria tua dengan sebagian rambutnya yang sudah berwarna putih yang bisa ku tebak beliau adalah Kakek dari pemilik tubuh ini.

Dan ada beberapa juga yang menatapku sama sepertinya, yang mungkin memiliki pekerjaan yang sama seperti Pak Simon yang menjadi pelayan pribadi Milo yang saat ini aku lah pemilik tubuhnya.

No More [TAMAT]Where stories live. Discover now