14. Ancaman

813 93 2
                                    

Efek yang dihasilkan dari Devon yang menciumku di halaman sekolah adalah aku yang menjadi bahan perbincangan, sehingga saat aku tiba, seluruh murid yang aku lalui memandangiku dengan bisikan-bisikan yang terdengar jelas yang menyinggung kejadian kemarin dimana aku merasakan bibir Devon untuk pertama kalinya.

"Seharusnya aku menyadarinya. Dia faggot dan berdekatan dengan si berandal itu. Jika bukan teman, sudah pasti mereka adalah pasangan." Ungkap salah satu murid, yang berasal dari seorang gadis yang duduk di kursi panjang.

Aku yang baru saja hendak melaluinya, segera saja menoleh ke arahnya dan memasang wajah sesantai mungkin agar tidak terlihat jelas kalau aku sebenarnya sedikit merasa was-was jikalau mereka beraksi dan mengejarku seperti pertama kali aku menginjakkan kaki di sekolah ini dengan niat merundungku.

"Ya, kau benar. Aku teringat bahwa faggot itu hanya mengejar Jake, sehingga tidak terpikirkan olehku kalau sebenarnya dia juga mengincar anak mafia buangan, yang aku yakin pasti dia hanya mengincar benda yang berada di selangkangannya." Sahut gadis lain yang duduk di sebelahnya.

"Cih, tipikal gay jalang. Aku yakin, sebelum diketahui satu sekolah, mereka sudah tidur dan menghasilkan banyak sperma di ruangan yang selalu terkunci itu." Tambah yang lain, yang semakin membuatku tak habis pikir dengan segala yang mereka ucapkan yang hanya berdasar pada dugaan saja.

Tentu aku berusaha mengabaikan mereka dan terus melangkah menuju ruangan yang hampir setiap harinya aku datangi, berniat menemui Devon dan mengembalikan kartu miliknya yang masih ada padaku.

Namun saat beberapa langkah lagi aku sampai, seseorang tiba-tiba saja menahan pergerakanku dengan satu tanganku yang saat ini digenggam yang ternyata dilakukan oleh Jake, yang saat ini sudah berdiri tepat dihadapanku begitu aku berbalik memastikan pelaku yang memegang tanganku.

Dahiku berkerut menatapnya, merasa bingung dengan apa yang saat ini dirinya lakukan tanpa mengeluarkan ekspresi apapun yang membuatnya terlihat datar.

Aku ingin bersuara, namun sebelum aku berhasil melakukannya, Jake lebih dulu menarik tanganku kuat yang membuatku tersentak sehingga dengan otomatis aku mengikuti dirinya yang mulai berbalik dan melangkah.

Tidak lama, karena Jake hanya berjalan setengah memutar dari ruangan yang ingin aku tuju dengan kini dirinya berhenti tepat di belakang ruangan tersebut disusul dengan dirinya yang melepaskan pegangan tangannya pada pergelangan tanganku.

"Katakan padaku." Ucapnya, yang masih dengan nada suara khas miliknya yang membuatku merinding teringat masa laluku.

Aku menunduk, tak sanggup menatap langsung pada matanya sambil dengan pelan membalas.

"K-katakan apa?" Tanyaku, sedikit bergetar akibat efek dari mencekamnya aura yang dikeluarkan Jake sekarang.

Jake tidak langsung menjawabnya, dia lebih dulu meletakkan satu tangannya pada bahuku, lalu mendorong tubuhku kuat sehingga menghasilkan suara yang keras begitu punggungku menabrak dinding yang tentu saja membuatku meringis sakit.

"Jelaskan padaku perihal yang aku saksikan saat kau bersama bajingan itu kemarin." Ujarnya, nadanya penuh ancaman begitu juga tatapan matanya yang terlihat tajam seakan siap menghajarku kapan saja.

Jantungku berdebar ketakutan, segala sesuatu yang buruk sudah terbayang dalam pikiranku jika saja penjelasanku tidak memuaskan dirinya. Terlebih lagi, aku tidak tau apa yang Jake ingin aku jelaskan padanya. Penjelasan apa yang akan memuaskannya perihal yang dirinya saksikan kemarin saat Devon menciumku yang aku sendiri terkejut karenanya.

"Kau tidak benar-benar bersama dengan bajingan itu, kan? Aku tau kau hanya mengincarku dan menginginkanku untuk menjadi kekasihmu. Kau itu tidak bisa berpaling dariku sampai-sampai kau melakukan cara licik agar bisa tidur denganku." Ucapnya, yang dengan luwesnya mengatakan hal yang sama sekali tidak pernah aku pikirkan.

No More [TAMAT]Where stories live. Discover now