07. Penguntit

873 102 9
                                    

Di saat sedang asyik membaca buku harian Milo, aku teralihkan oleh pintu kamarku yang terbuka dan menampilkan sosok Mila yang masuk begitu saja tanpa menungguku mengizinkannya.

"Mila, ada apa kau--" belum juga aku selesai bicara, dirinya sudah lebih dulu memotong kalimatku dengan dia yang berkata.

"Aku akan mengatakan ini sekali. Jadi dengarkan dengan baik," ujarnya, melipat kedua tangannya di dada yang kemudian melanjutkan.

"Ayah dan Ibu sedang dalam perjalanan bisnis selama tiga hari di luar kota. Dan malam ini, aku ingin mengadakan pesta di rumah dengan mengundang seluruh teman-temanku untuk memeriahkannya." Ungkapnya, yang menghasilkan satu alisku yang terangkat mendengarnya.

"Lalu, kau ingin aku melakukan apa? Apa kau ingin mengundangku juga?" Tanyaku, sambil merubah posisi dari yang tadinya berbaring, kini duduk bersandar memerhatikan Mila yang berdiri di samping ranjang.

"Tidak! Sejak kapan aku mengundangmu setiap kali aku mengadakan pesta!? Yang ingin aku katakan, adalah aku tidak mau kau mengacaukan pestaku malam ini. Kau tau kan, sebagian temanku berasal dari sekolah yang sama yang tau betapa menjijikkan dirimu itu? Aku tidak ingin mereka terganggu, jadi--"

"Jadi kau ingin aku tidak berada di rumah selama kau masih mengadakan pesta itu?" Ucapku, yang berganti memotong kalimatnya yang jujur terasa menyenangkan untuk ku lakukan.

Mila mengerutkan dahinya, namun dirinya tetap menganggukkan kepalanya lalu membalas.

"Ya, itu yang harus kau lakukan. Jangan pernah menampakkan dirimu di rumah jika masih ada teman-temanku yang  berpesta." Ujarnya, aku yang mendengarnya mengangguk pelan lalu dengan senyuman tipis yang aku berikan, aku pun berkata.

"Baiklah, akan aku lakukan. Semoga pesta yang kau adakan lancar tanpa adanya masalah." Ucapku padanya.

Mila terlihat keheranan, bahkan seperti kehilangan kata-kata yang akhirnya membuatnya beranjak dari tempatnya untuk keluar dari kamarku sambil bergumam pelan yang sayangnya masih bisa ku dengar jelas.

"Ada apa dengannya? Biasanya dia akan menentang apapun yang aku katakan." Itulah yang aku dengar dari mulutnya, yang kemudian tidak ku lihat lagi sosoknya yang bisa membuatku kembali bersantai sambil membaca buku harian Milo yang belum juga ku selesaikan barang satu buku pun yang ditulisnya.

Milo benar-benar menulis kesehariannya, yang terkadang menarik untuk aku baca, namun kadang juga membuatku sama sekali tidak ingin melanjutkannya.

Dan karena hari yang sudah petang, aku mulai memikirkan kemana aku harus pergi selama Mila mengadakan pesta.

Di buku harian Milo, ada yang menyinggung pesta yang Mila adakan. Dan di sana, Milo tetap berada di rumah, berpura-pura sudah pergi walau pada kenyataannya dia tetap memantau dari dalam kamarnya.

Yang mana karena tindakannya itulah, yang akhirnya membuatnya merasa sakit hati melihat Mila dan Jake yang bercumbu di depan matanya. Entah bagaimana Milo bisa melihat mereka, tapi yang jelas aku tidak akan melakukan hal yang sama dengan apa yang Milo lakukan.

Persetan dengan Jake maupun Mila, aku sama sekali tidak perduli dengan mereka berdua. Dan memang lebih baik berada di luar, karena sudah pasti pesta yang anak remaja sepertinya lakukan tidak jauh dari minuman keras, musik yang menganggu pendengaran, juga seks bebas.

Jadi dengan begitu, aku pun segera bersiap dan langsung pergi dari rumah satu jam sebelum teman-teman Mila datang.

Aku pergi sendirian tentu saja, karena setelah ku coba mencari dan menghubungi Pak Simon, beliau sama sekali tidak menjawab yang akhirnya ku ketahui kalau Pak Simon dipaksa libur oleh Mila dengan alasan kalau Kakek lah yang menyuruhnya.

No More [TAMAT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt