02. Kehidupan Milo

1.1K 135 9
                                    

Tidak bisa ku pungkiri, kalau nasib Milo jauh lebih menyedihkan juga tragis yang membuatku sedikit bersyukur karena setidaknya kehidupan lamaku lebih baik dari kehidupan yang Milo jalani.

Aku yang secara kebetulan menemukan buku harian milik Milo, membuatku sebagian besar tau bagaimana kehidupan Milo selama ini.

Tidak semua aku membacanya, hampir setengah dari jumlah buku harian yang lebih dari tiga yang Milo miliki di kamarnya. Cukup membuatku terkesan, karena hampir seriap harinya Milo menulis kisah hidupnya di sana.

Dan ya, aku sedikit menitikan air mata setiap kali membaca buku harian miliknya. Dadaku terasa sakit, seakan bisa merasakan apa yang selama ini Milo alami dalam hidupnya.

Bagaimana tidak, aku yang baru membaca bagian awal dari buku tersebut sudah dibuat sesak karena bahkan sedari awal Milo dilahirkan, sosoknya sama sekali tidak diinginkan kedua orangtuanya.

Mereka menyebutnya mala petaka karena sudah melahirkan anak kembar yang berbeda jenis kelaminnya. Aku tidak tau apa maksudnya, tapi dari yang tertulis di sana, orangtua Milo menganggapnya seperti itu karena mempercayai para leluhur yang memang sudah turun-temurun mengakar pada keluarga mereka.

Dan hal yang dipercayai adalah, jika salah satu dari keluarga yang melahirkan anak kembar yang berbeda jenisnya, maka yang berjenis laki-laki akan membawa kesialan dalam hidup mereka.

Oleh karena itu lah, sejak Milo dilahirkan, hanya Mila lah yang mendapat kasih sayang penuh dari orangtuanya.

Kepercayaan yang aneh tentu saja. Namun karena ini bukan kehidupanku yang sebenarnya, jadi aku hanya mencoba memahaminya sambil sedikit lega karena sosok Milo masih dipertahankan Kakeknya dari yang tadinya berniat untuk dihilangkan nyawanya.

"Sungguh manusia gila. Apa yang mereka pikirkan sampai berpikiran untuk menghilangkan darah daging mereka sendiri?!" Itu reaksiku saat membaca buku harian Milo.

Ya, intinya yang membuat kedua orangtua Milo membencinya, karena memang sudah dari awal kelahirannya. Ditambah dengan dirinya yang menyimpang--gay--membuatnya menjadi lebih parah dari kebencian yang diterimanya.

Apalagi saat aku membaca kalau Milo memiliki perasaan yang kuat terhadap Jake mantan sahabatnya, yang sekarang menjadi tunangan Mila. Tidak heran, mengapa saat aku berhadapan dengan mereka tidak ada tatapan yang lain selain merendahkan bahkan sangat jelas merasa jijik juga penuh cemoohan.

"Pak Simon. Apa tidak ada lagi yang dekat denganku selain para pekerja yang ada di rumah ini?" Tanyaku, pada Pak Simon yang saat ini menemaniku yang duduk di dekat balkon kamar milik Milo.

"Maaf, Tuan. Maksud Tuan apa?" Tanyanya balik.

Aku menatapnya sebentar, lalu kembali menatap ke arah halaman rumah yang terdapat sosok Mila yang baru saja menyambut kedatangan Jake yang berkunjung ke rumah.

"Aku bertanya, apakah aku memiliki teman main yang bisa aku ajak bicara selain para pekerja seperti Pak Simon?" Ujarku lagi, menanyakan hal yang sama karena ingin memastikan bahwa Milo hanya dekat dengan para pekerja yang ada di rumahnya.

Semenjak Milo kehilangan sahabat satu-satunya--Jake, tidak satu orang pun yang ingin berteman dengannya. Kabar mengenai dirinya yang menyimpang, dengan cepat tersebar bahkan sampai ke penjuru sekolah tempatnya belajar.

Dan ya, hanya para pekerja di rumahnya lah yang menjadi teman mengobrolnya jika sang Kakek sedang tidak berkunjung ke rumah.

"Saya rasa, itu benar Tuan. Selama saya menjadi pelayan Tuan Milo. Saya tidak pernah melihat Tuan bermain dengan orang lain setelah kejadian tiga tahun yang lalu." Ungkap Pak Simon.

No More [TAMAT]Where stories live. Discover now