Chapter 15

442 43 3
                                    

"Alex gak masuk udah 3 hari ini," jelas Gabriel. ia merasa hampa karena tidak adanya Alex di sekitarnya, biasanya pemuda itu akan selalu menjadi teman bertengkar nya.

"Keterangannya apa?" Tanya Sean penasaran.

"Entahlah, katanya dia Sakit, gue pengen jenguk tapi gak tau alamatnya di mana."

"Wajar sih, keluarga nya gak main-main," Sahut Agaskar.

"Lo kan ada nomornya, chat lah, bego!" Celetuk Haruki. Mereka semua yang ada di meja itu mengangguk, dan menatap malas Gabriel.

Gabriel tak terima. "Udah gue chat, cuma dianya gak aktif!"

"Masa gak aktif sih? Dia punya banyak nomor kali," cetus Sean. Aiden dan Haruka hanya diam menyimak, sampai suara cempreng seseorang membuat mereka semua menutup mata refleks.

"GABRIEL!" Gabriel yang di panggil langsung menoleh kearah Zahra yang terlihat sedang kesal. Dia kemudian tanpa aba-aba menepuk meja para cogan itu. Banyak pasang mata yang melihat, mereka juga berbisik-bisik tentang sifat Zahra yang sangat berani.

"Lo datang-datang ngerusuh aja!" Ujar Gabriel geram, dia jadi malu di teriaki sampai segitunya.

Zahra mengabaikan perkataan Gabriel, dia malah menarik kerah baju pemuda itu. "Dimana Alex? Kenapa dia gak masuk tiga hari ini?!" Tanyanya dengan nada tinggi.

Gabriel melotot. "Lo nanya gue?! Gue gak tau dia dimana, dan dia kenapa! Dia gak bisa di hubungi dari kemaren," jelas nya.

"Serius?!"

"Seriburiuss untuk lo!" Gabriel jadi ikutan emosi jika berbicara dengan Zahra. Zahra pun berdecak kesal dan ikut duduk di bangku yang kosong di sana.

"Kalian gak ada yang tau Alex kenapa?" Tanya nya lesu, dia jadi tidak ada teman berdebat.

"Lo suka sama dia?" Semua orang langsung menatap terkejut ke arah Haruka yang bertanya pada Zahra. Zahra yang mendapatkan pertanyaan itu pun sangat kesal.

"Gue? Suka si jamet? YANG BENER AJA!"

"Terus? Kenapa lo nyariin dia?" Sahut Haruki.

Zahra mengusap wajahnya kasar. "Dia itu temen debat gue! Kalau dia gak masuk, gue debat sama siapa? Sepi rasanya, tuh," ungkapnya.

"Haruka kan ada," celetuk Sean. Dan seketika semuanya tertawa, kecuali Haruka, Aiden, dan Zahra. Ditambah lagi Haruka yang seperti akan memakan Sean hidup-hidup.

"Stress gue kalau debat sama batu!" Tunjuk Zahra pada Haruka, dia mendengus. "Bisa gila gue lama-lama di sekitar kalian."

Zahra pergi begitu saja setelah mengambil gorengan milik Gabriel.

"GORENGAN GUE!"

***

Alesha cemberut di dalam kamarnya seraya menonton televisi. Dia mengotak-atik televisi tersebut. "Ughh, bosan banget," keluhnya.

Dia sudah tiga hari ini di kurung di mansion nya dan tidak boleh keluar sebelum ia benar-benar sembuh. Dia bosan karena tidak ada yang bisa ia lakukan di sini.

Ditambah, ponselnya rusak akibat kejadian itu. Jadi Alesha hanya bisa menonton televisi saja. "Bosan gue rebahan mulu," gumamnya lesu.

Dia menatap tidak minat ke acara televisi yang di tayangkan. Kemudian suara pintu di ketuk terdengar, dan Alesha menyuruh orang itu masuk. Dia masih fokus ke televisi.

"Sha?" Alesha menoleh dan melihat kearah bundanya, dia kira siapa yang masuk. Ternyata Farah.

"Eh, bunda. Alesha pikir siapa tadi," katanya tak enak. Farah tersenyum sambil meletakkan nampan berisikan buah-buahan untuk Alesha.

ALESHAWhere stories live. Discover now