09. UANG SEGALANYA

116 71 78
                                    

HALO SEMUANYA!
GIMANA KABARNYA HARI INI? SEMOGA BAIK SELALU YA, SEMOGA KALIAN SUKA SAMA PART KALI INI.

— HAPPY READING —

Kedua polisi itu saling bertukar pandang satu sama lain. Mereka bingung, tugas mereka sebagai polisi adalah menegakkan keadilan bagi seluruh masyarakat, tapi di sisi lain mereka juga membutuhkan uang untuk kehidupan pribadinya.

"Bagaimana? Kalian hanya perlu menutup kasus ini dan uang ini akan menjadi milik kalian sepenuhnya," ujar Jess penuh penekanan, ia kembali meyakinkan para polisi itu untuk menerima uang darinya sebagai sogokan.

"Para polisi tidak boleh menerima uang sogokan seperti ini, mereka
ha—"

Bicara Hellen terpotong oleh Jess yang kembali mengisyaratkan diam dengan tangannya. "Shtt... Saya tidak sedang berbicara denganmu."

"AKH! BANGSAT!" sarkas Alura merasakan api amarah kembali menyulut batinnya.

Ia tidak terima seumur hidup jika kasus pembunuhan ibunya di tutup begitu saja tanpa ada hukuman yang di berikan untuk pelaku.

Alura memberanikan diri untuk maju menghampiri Jess, langkahnya terasa berat mengingat begitu banyak orang yang menodongkan samurai di sisi kanan-kirinya, mereka bisa saja menebas lehernya sewaktu-waktu.

Hellen yang melihatnya hendak mencegahnya, namun langkah Alura terlalu cepat hingga ia tidak dapat menggapai tangannya. "Alura—"

PLAK!

Tamparan itu berhasil mendarat secara mulus di pipi Fiona. Ya, tujuan langkah Alura bukanlah Jess melainkan Fiona. Alura masih tidak terima atas kematian Ibunya, jika para polisi tidak bisa menegakkan keadilan untuknya, maka dia sendiri yang akan menciptakan keadilan untuk dirinya sendiri.

"SINI LO BABI, BIAR GUE BUNUH LO!" ujar Alura seraya menarik kuat-kuat rambut Fiona, menjatuhkannya ke lantai di depan orang-orang dengan posisi tengkurap lalu menginjak kepalanya cukup keras hingga membuat Fiona mengerang kesakitan.

"LO DENDAM 'KAN SAMA GUE? GUE LEBIH DENDAM DAN BENCI SAMA LO, MANUSIA BIADAB!" bentak Alura keras seraya menghentakkan dan menendang kepala Fiona beberapa kali.

Mereka yang ada di sana menyaksikan aksi penyiksaan yang di lakukan Alura terhadap Fiona. Namun, tidak satu pun dari mereka yang berniat melerai perseteruan dua gadis itu. Termasuk para polisi, mereka masih diam terpaku di tempatnya berpijak.

"LO BUNUH IBU GUE KARENA DIA BUNUH IBU LO 'KAN? JADI... KENAPA LO NGGAK NYUSUL IBU LO AJA SEKALIAN, BIAR PAS. IBU GUE BUNUH IBU LO DAN GUE BUNUH LO." Alura mengatakannya dengan tatapan kosong, di sertai dengan seringai jahat yang terukir di wajahnya.

Hellen selaku sahabat terdekatnya yang sudah menjalin persahabatan selama bertahun-tahun, bahkan seolah tak percaya Alura mengatakan demikian. Sahabat yang selama ini ia kenal baik dan pemaaf, ternyata bisa mengatakan hal sekejam itu.

Bahkan dulu saat Fiona membully-nya, ia tak pernah membalas perlakuan jahat yang ia terima dari Fiona sedikit pun. Tapi pada hari ini, Alura secara terang-terangan ingin membalas dendam atas kematian sang Ibu.

"Fiona kenapa diam saja? Kamu tidak bisa melawannya?" Jess bertanya pada Fiona yang sudah lemas tak berdaya. Nadanya terkesan begitu remeh dengan senyum miring khasnya yang terukir di wajah tampannya. "Kamu bilang, kamu akan menghancurkan hidupnya 'kan? Tapi sekarang.... Kamu malah diam saja saat dia menginjak kepala mu, dasar bocah ingusan," lanjutnya mengingatkan tujuan utama Fiona bekerja sama dengan pria itu.

"Saya tidak punya banyak waktu untuk berbicara denganmu Fiona, cepat katakan tujuanmu."

Saat ini, dua orang yakni Jess dan Fiona tengah berbicara empat mata di sebuah ruangan kedap suara.

BALAS DENDAM Where stories live. Discover now