10. HARSA AT NIGHT

50 25 21
                                    

HALO SEMUANYA!
GIMANA KABARNYA HARI INI? SEMOGA BAIK SELALU YA, SEMOGA KALIAN SUKA SAMA PART KALI INI.

— HAPPY READING —

"HELLEN, KASUS IBU GUE GIMANA? MANA FIONA? GUE MAU BUNUH DIA, GUE HARUS BUNUH DIA!" Alura berteriak histeris begitu sadar dari pingsannya. Tidak ada yang ia ingat kecuali tentang kasus pembunuhan yang menimpa ibunya.

Hellen yang mendengar teriakan Alura, seketika bangkit dari duduknya. Dengan segera ia langsung merangkul sahabatnya itu guna menenangkannya sejenak. "Ra, tenang dulu, Ra."

"NGGAK! GUE NGGAK AKAN TENANG, GUE NGGAK BISA TENANG HELL!" Air matanya kembali mengalir dengan deras, bersamaan dengan isak tangis yang terdengar begitu pilu dan menyayat hati.

"GUE NGGAK MAU DI SINI, GUE MAU BUNUH FIONA, GUE HARUS BUNUH DIA, GUE NGGAK TERIMA IBU GUE DI BUNUH," ujar Alura penuh kebencian dan dendam yang terasa mengalir di seluruh nadinya.

Ia benar-benar tidak terima jika kasus pembunuhan yang menimpa Ibunya di tutup begitu saja, tanpa adanya hukuman bagi sang pelaku. "POKOKNYA KALAU POLISI NGGAK BISA NGASIH HUKUMAN KE FIONA, MAKA GUE SENDIRI YANG BAKAL HUKUM DIA!"

"Nggak Ra, jangan... Jangan lakukan hal-hal yang enggak-enggak. Gue mohon sama lo, gue nggak mau lo kenapa-kenapa Ra," ujar Hellen mencegah.

"NGGAK! POKOKNYA GUE NGGAK TERIMA. SAMPAI MATI SEKALIPUN, GUE NGGAK AKAN TERIMA SEBELUM FIONA DAPAT HUKUMAN YANG SETIMPAL."

"Iya, Ra! Iya, gue paham! Tapi gue nggak mau lo kenapa-kenapa. Fiona bukan orang sembarangan Ra, apalagi setelah dia gabung sama orang-orang itu. Dia lebih kejam, dia nggak akan ragu buat bunuh lo, dan gue nggak mau itu terjadi, gue nggak mau kehilangan lo Ra."

Kalimat itu terucap dengan lancar dari mulut Hellen, membuat Alura sempat terdiam dan berpikir sejenak. Tanpa terasa, butiran air mata juga menetes dari mata coklat Hellen.

Ia tidak mau kehilangan satu-satunya sahabat yang sangat ia sayangi lebih dari siapapun. Alura adalah satu-satunya orang yang bisa di jadikannya rumah untuk berpulang, tentu ia tidak akan membiarkannya hilang begitu saja.

"What the fuck!" Azril mengumpat pelan karena merasa jijik. "Bullshit, pengen muntah gue dengernya."

Mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut Azril, membuat Alura dan Hellen menolehkan pandangannya kaget. "Mau apa lo—"

"NGOMONG APA LO BARUSAN, 'HAH?! LO NGEJEK HELLEN?!" bentak Alura memotong perkataan Hellen. Tanpa takut, ia meninggikan suaranya menanggapi ujaran laki-laki di hadapannya itu.

"Nggak usah sok keras lo, kalo lo masih nggak terima kasus ini di tutup, temui gue di Harsa School nanti malam."

'Harsa School? Orang ini bersekolah di Harsa School? Jangan-jangan dia....' Alura menebak-nebak dalam benaknya.

"Nggak usah Ra—"

"Gue bakal kesana."

••••

Malam hari tiba, tepat pada pukul 19.30 Alura turun dari bis di sebuah Halte. Halte itu tampak sepi, tanpa adanya penerangan dari gedung-gedung di sekitarnya. Alura kemudian masuk dan mulai menyusuri salah satu gang di antara gedung-gedung itu, tujuan utamanya adalah Harsa School.

Harsa School memanglah sekolah bertaraf Internasional, namun meski begitu, lokasinya tidak berada di tengah-tengah kota bahkan jauh dari jalan raya. Sekolah megah itu terletak di suatu lahan luas yang berada di balik gedung-gedung tinggi, yang mana di sekitar lahan itu tidak terdapat satu pun bangunan, kecuali sebuah villa mewah yang di yakini sebagai tempat tinggal bagi para mafia pendiri sekolah itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 22 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BALAS DENDAM Where stories live. Discover now