3. Responsibility

22 0 0
                                    

Jaemin mengetuk pintu kamarnya sebelum dirinya masuk ke dalam kamar. Memastikan bahwa orang yang ada di dalam tau kalau dia akan masuk.

Setelahnya ia membuka pintu kamarnya, dan terlihat kekasihnya yang tengah tidur di atas ranjang miliknya. Dengan langkah perlahan, ia mendekati
Kekasihnya dan duduk di samping kekasihnya dengan menautkan kedua tangannya.

Sedangkan Mark? Ia langsung memalingkan tubuhnya, membelakangi kekasihnya ketika kekasihnya ini duduk di sampingnya.

Dan Jaemin yang melihatnya langsung menghela nafasnya kasar, menoel-noel tubuh sang kekasih. "Mark, maafkan aku. Aku gak akan kesana. Maafin aku, dan jangan marah lagi ya" Ucapnya.

Dan Mark masih mencoba mengontrol emosinya. Ia gak bisa kalo mendengar kekasihnya ini udah merubah suaranya menjadi baby mode. Setelah emosinya udah stabil, ia langsung membalikkan tubuhnya. Ia langsung menatap wanita ini, lalu di pegang tangan mungilnya. "Kamu tau kan aku khawatir sama kamu?" Tanyanya, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh sang empuh.

"Gimana jadinya kalo misalkan kamu ikut balapan, terus jatuh? Kamu tau? Aku ngerasa gagal banget jagain kamu, kalo sampe kamu kayak gitu." Sambungnya.

"Maafkan aku. Jangan marah lagi ya. Aku gak akan datang ke sana." Sesal Jaemin, yang merasa gak enak sama kekasihnya ini.

"Iya. Lain kali jangan kayak gitu lagi ya? Kamu kan tau kalo aku gak suka perempuan ikut balapan liar kayak gitu." Peringatan yang tiada hentinya Mark berikan untuk sang kekasih.

Ah, Jaemin tau sekarang. Kekasihnya tidak suka perempuan yang tomboy. Kekasihnya ini sangat suka perempuan feminin. Tapi kenapa kekasihnya ini mau sama dirinya yang notabennya tomboy, dan jauh dari kata feminim?

Sedangkan dirinya yang memang benar-benar sayang sama sang kekasih secara apa adanya, dia berusaha merubah jati dirinya untuk menjadi perempuan ideal sang kekasih.

Ia yang berhenti balapan, dirinya yang dulunya tidak suka ngambek, Manja atau apapun? Jadi berusaha ngambek, dan manja kepada sang kekasih. Ia yang suka ngomong kasar, jadi tidak. Ia yang tidak suka bertingkah imut, berusaha sering menggunakan keimutannya untuk sang kekasih. Itu semua ia lakukan agar menjadi perempuan yang sesuai dengan kriteria sang kekasih.

"Kamu gak marah lagi?" Tanya Jaemin secara hati-hati.

Dan Mark malah tersenyum serta langsung mengusak surai rambut kekasihnya dengan gemas. "Iya, aku gak marah lagi." Ucapnya, yang langsung memeluk kekasihnya dan di balas oleh sang kekasih.

Jika di sana Jaemin tengah membujuk sang kekasih yang tengah? Berbeda dengan Jeno yang saat ini tengah membujuk sang kekasih saat ini.

"Sayang, temenin aku racing nanti malam ya? Si Jaemin gak bisa kayaknya. Sedangkan perjanjiannya harus membawa pasangan. Kamu tinggal duduk di belakang aku aja." Bujuk Jeno, setelah ia melihat partnernya yang sepertinya tidak akan datang nanti malam.

"Jemo, kamu tau kan kalo aku gak suka acara kayak gitu?" Sentak Haechan, yang mencoba sabar ketika kekasihnya yang terus berusaha membujuk sesuatu yang tidak ia sukai.

"Iya, aku tau. Tapikan kamu tinggal duduk aja, Chan. Lumayan hadiahnya, Haechan. Lagipula itu juga ajang yang spesial, yang di adain cuma satu tahun sekali. Disana juga ada kejutan buat pembalap, Chan. Kayak--"

"Lee Jeno! Kamu ngerti bahasa aku gak sih? Kamu kan tau kalau aku gak suka! Kenapa harus maksa sih?!" Sentak Haechan yang marah marah, dan langsung memotong ucapan serta penjelasan sang kekasih.

Dan Jeni yang mendengarnya langsumg menghela nafasnya pasrah. Terlebih ketika kekasihnya ini langsung pergi meninggalkannya. Sungguh ia gak tau harus berbuat apa. Kejar? Ayolah, ia gak suka drama kayak gitu. Jadi, ia lebih memilih kekasiunya untuk meredahkan emosinya dulu. Baru deh ia bakalan deketin lagi, setelah emosi kekasihnya membaik.
***

"Jaemin, lo beneran gak ikut?" Tanya Jeno kepada temannya yang saat ini mulai menulis prolog akan cerita yang akan mereka buat.

Jaemin yang mendengarnya langsung menghela nafasnya kasar, dan menggelengkan kepalanya. "Lo liat sendiri kan tadi? Cowo gue gak ngebolehin gue buat ikut." Ucapnya.

"Lo mau ikut gak sebenernya?" Tanya Jeno, memastikan kembali wanita ini akan pilihannya yang ingin ikut atau tidak.

"Mau lah. Tapi ya.... mau gimana lagi." Pasrah Jaemin yang milih untuk mengikuti ucapan sang kekasih. Padahal dia tuh mau banget ikut. Udah lama juga dia gak ikut balapan. Padahal dia itu ratunya jalanan loh. Dia udah ikut balapan liar dari dia umur 10 tahun. Jadi gak heran kalo dia jago banget soal balapan.

"Yudah, ikut aja! Gak usah bilang abang gue!" Saran sesat yang Jeno berikan, yang langsung mendapat timpukan bantal oleh temannya.

"Jangan mengada ya kasih saran nan idenya! Nanti kalo ketauan gimana? Dia tuh kalo lagi marah atau ngambek, susah banget di bujuknya." Sarkas Jaemin yang gak suka ide yang diberikan temannya ini.

"Ya... gak usah bilang. Kalo lo gak bilang dan gak ada yang bilang, dia gak akan tau. Tenang aja, kalo abanh gue marah? Gue yang bakalan tanggung jawab. Lumayan loh Jaemin, hadiahnya." Ucap Jeno, yang masih berusaha membujuk temannya ini. Soalnya lumayan hadiahnya

Dan Jaemin sedikit menimbang saran yang diberikan oleh temannya ini. "Lo beneran mau tanggung jawab?" Tanyanya, yang gak yakin sama ucapan temannya ini.

Jeno langsung mendengus begitu mendengar pertanyaan tidak yakin dari temannya ini. Dan perlahan jalan menghampiri temannya. Duduk di sampingnya, memegang tangan temannya ini, dan memberi temannya sebuah kunci.

"Ini kunci mobil kesayangan gue. Kalo sampe hal itu terjadi, dan gue gak tanggung jawab, mobil ini buat lo." Ucap Jeno, guna meyakinkan temannya ini bahwa ucapannya dia gak main-main.

Tentu saja Jaemin semakin bingung dibuat. Sungguh, ia sangat ingin ikut temannya ini. Tapi ia juga takut ketahuan sang kekasih. "Yaudah deh. Nanti malam kan? Jam 1 malam?" Keputusan yang akhirnya ia ambil, yang sukses membuat senyum temannya ini terbit.

"Iya. Jam satu malam. Nanti gue jemput ya! Gue tunggu depan komplek. Kalo gue jemput depan rumah? Nanti si Haechan curiga, dan tau kalo lo mau balap." Ucap Jeno yang senang akan jawaban yang diberikan temannya.

"Iya, bawel. Nanti lo chat aja ya kalo udah sampe depan komplek." Balas Jaemin.

Baru saja Jeno ingin membuka suaranya, suara ketukan pintu kamar Jaemin sukses membuat ia langsung mengurungkan niatnya. "Sayang, aku pulang dulu ya. Udah malam juga. Gak baik di rumah perempuan malam-malam, dan gak ada orang tuanya." Ucap sang abang dari balik pintu.

"Kok cepet banget sih, Mark. Langsung pulang aja nih?" Tanya Jaemin yang sedikit gak rela kekasihnya pulang.

"Heum, udah malam sayang. Besok aku ke sini lagi kok." Ucap Mark, membenarkan.

"Jeno, ayo! Ayo kita pulang." Ajak Mark kepada adiknya.

Dan Jeno langsung beranjak dari duduknya. Tangannya yang memegang bantal pun langsung melemparnya ke temannya. "Jelek, gue pulang dulu ya! Bye! Dan makasih tumpangannya." Ucapnya yang langsung pergi keluar dari kamar temannya ini.

"Yak! Lee Jeno, anj--" makian Jaemin langsung terpotong, disaat ingat kalau kekasihnya tidak menyukai dirinya mengumpat.

Setelah mereka berdua keluar, ia langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Capek juga ya harus memainkan peran yang memang bukan diri sendiri." Gumamnya, yang selama ini masih berusaha merubah dirinya untuk menjadi yang kekasihnya mau.

"Apa iya gue udahan aja sama dia? Capek banget kalo harus kayak gini. Ini bukan gue banget." Tambahnya, yang langsung menggelengkan kepalanya dan memukul kepalanya.

"Aish! Pikirin apaan sih, Jaemin?! Hubungan lo sama dia udah lama! Yakali putus karena hal sepele kayak gini!" Dengusan kesal yang langsung ia berikan untuk pemikirannya sendiri.

"Tapi, kayaknya cuma gue doang deh yang berubah buat dia. Tapi dia gak pernah berubah buat gue. Apa karena ini gue yang terlalu cinta sama dia? Eoh, berarti dia gak cinta dong sama gue?" Gumamnya lagi. Entah kenapa dirinya sering banget overthinking kalau malam.

"Aish, bodoh! Pikiran apa ini! Gak boleh kayak gini, Jaemin! Lebih baik aku mandi!" Finalnya, lalu bergegas mandi.

WEBPAD - NOMIN MARKHYUCKWhere stories live. Discover now