Gadis Binal (2)

18.7K 46 0
                                    

"ouchh ahh ahh yah terus gesek lagi."
"ahhh., shhh.. mhhh enakk ahh ahhh ahh.."

Alarm berbunyi, membangunkan ku dari mimpi indahku. Keringat membasahi pelipis ku, itu hanyalah sebuah mimpi. Mimpi dimana aku sedang asyik menikmati cumbuan dari ayah, ku lihat bagian bawahku sudah penuh dengan lendir.

Aku bangkit dari tempat tidur lalu  setelah itu aku langsung beranjak ke kamar mandiku, semalam sebelum aku tidur. Aku menonton satu video bokep yaitu orang tua dan anak, aku menonton sambil membayangkan andai diriku bersama ayah dapat melakukan hal keji itu bersama.

Aku menikmati video itu, sampai-sampai tangan pun ku mainkan dengan cara mengusap-ngusap memek atau bagian itilku yang besar seperti kacang.

Selesai mandi, aku lanjut bersiap-siap. Jam 12 siang nanti akan ada kelas untuk perkuliahan ku hari ini, dari prof idolaku. Setelah berganti pakaian aku turun ke bawah, waktuku masih banyak.

Aku melangkah dengan santai, lalu ke arah meja makan. Aku seorang anak tunggal, aku yang melihat ayah sedang menikmati makanan pagi yang dibuatkan oleh ibu ku.

"Ayah, mana ibu?"
"Ibu sudah ke kantor."

Aku menarik kursi lalu duduk, membuka piring dan mulai menaruh potongan roti yang sudah disediakan ibu.

"Ayah nggak ke kantor?"
"Nggak, badan ayah pegel-pegel. Ayah juga udah ijin hari ini nggak masuk kantor."

Jawab ayah sambil melihatku memasukan potongan roti ke mulut, ayah lalu lanjut membuka lembaran koran dan membaca. Sesaat bayangan mimpi semalam muncul, membuatku lalu memiliki ide nakal.

"Sakit kok pake baju ketekan." sindirku dengan pelan.

Ayah melipat kembali koran yang menutupi wajahnya, lalu melihat ke arahku.

"Kamu nyidir ayah?! kamu nggak sadar bentukan bajumu gimana?" mendengar ledekan balasan dari ayah membuat ku kembali melihat pakaian yang ku kenakan.

Seperti biasa, pakaian kaos ketat dan celana pendekku aku kenakan.

"Kenapa pakaian gadis, salah? kan setiap hari gadis pakai ini ayah. terus juga ayah lihat di luar sana, masih pagi tapi cuacanya panas."

Aku mengelak, dengan membalas perkataan serangan dari ayah.

"yah sama, ayah juga kepanasan. ini juga ayah cuma pegel-pegel. bukan demam, kamu ini." dengus ayah dengan sinis.

Aku tersenyum di dalam hati, ku lihat kembali ponselku. Cuaca memang panas akhir-akhir ini, meski pagi hari, aku juga melihat jam. waktuku masih banyak. Aku tersenyum di dalam hati, sambil memulai merealisasikan rencanaku.

"Ayah." panggilku dengan sedikit manja
"Kenapa, habis duit jajanmu?"

"Ih sembarangan, duit jajan aku masih ada tau yah." kembali ku masukan roti ke dalam mulut.

"Ya terus, kamu pasti ada maunya?" tanya balik ayah.

"Nggak kok, ayah negatif mulu dari tadi. Aku ini mau pijitin ayah. Sebagai bayaran, kemarin ayah kan udah rapihin kamar aku tuh." Jawabku sambil senyum

"Halah kayak pijetan kamu enak aja." sambung Ayah.

"Ih ayah kan belum coba pijetan aku, pasti ayah suka deh. aku jamin." timpalku pada Ayah.

"Yah boleh deh, dari pada ayah panggil tukang urut langanan ayah lagi. nanti jadi lama, eh tapi nak kamu kan harus kuliah hari ini,"

"Libur ayah, prof nggak jadi masuk. Makanya aku santai, lagian hari ini cuma satu doang matkulnya yah." jawabku dengan membohongi ayah.

"Oh yasudah, tapi agak siangan yah. Ayah masih mau bantu rapihin kebun ibu dulu, setelah itu kamu pijitin ayah gimana?" tawar Ayah padaku.

"Boleh, nanti tinggal ke kamar gadis aja ayah. atau di kamar ayah sama ibu juga boleh." sambungku pada Ayah.

"Iya, kalo gitu kamu lanjut makan. Ayah mau beresin kebun kecil ibu dulu di belakang."

Ayah lalu berdiri, dan pergi membiarkanku mealnjutkan sarapan sendirian. Aku tentu senang, akhirnya aku bisa melihat jendolan gemuk ayah secara dekat.

Aku pun segera memberi tahu penanggung jawab kelas, sebab aku tidak masuk di kelas prof pada hari ini. Aku lebih memilih untuk melihat jendolan dari pada ke kampus.

Lagipula, ini pertama kali aku absen di kelas prof. Aku juga tidak terlalu perduli, yang penting aksi ku melihat jendolan ayah dapat terwujud di siang hari.

Aku pun dengan semangat kembali mengisi amunisi tenagaku, aku juga segera bersiap-siap di kamar. Sambil melakukan pergerakan ringan, agar nanti lebih rileks saat memijat Ayah.

GADIS BINAL Where stories live. Discover now