Gadis Binal (10)

10.1K 32 0
                                    

Hari ini aku memutuskan untuk tidak ke kampus, aku lebih penasaran dengan kelakuan ibu di luar sana. Tanpa sepengetahuan aku dan ayah, aku memilih ke kantor dimana ibu bekerja.

Saat aku kesana, aku tidak melihat tanda-tanda adanya ibu di kantor. Aku mencoba menghampiri satpam yang sedang bekerja, aku mencari tahu dimana keberadaan ibu.

Fakta yang mencengangkan ialah, selama ini ibu tidak pernah lembut bekerja. Aku semakin marah keyakinan ku terhadap ibu yang menjual dirinya memang benar adanya.

Aku bahkan mendengar gosip, dari satpam kantor bahwa ibu selama ini menjadi simpanan direktur perusahaan.

"Anjing, bangsat. sialan" maki ku yang tak henti-hentinya.

Aku jadi mengerti mengapa dengan mudahnya karir ibu melesat naik, ternyata ibu sudah lama menjadi selingkuhan bosnya.

"Bajingan, jadi pria itu gadunnya." Aku sibuk mencari informasi terkait selingkuhan ibu, yaitu bos di perusahaannya.

Semua kekuatan sosial media ku kerahkan, agar informasi yang ku dapati jelas. Aku bahkan mendapati akun sosial media bosnya Ibuku sendiri, postingan mereka sama. Hal itu yang membuatku semakin yakin, bahwa benar selama ini ibu menduakan ayah. Sudah cukup informasi yang aku dapatkan, aku segera menyalakan mesin mobil.

Aku memilih pergi kembali ke rumah, saat ini aku lebih memikirkan kondisi Ayah. Dari pada sosok jalang keji yang aku panggil dengan sebutan Ibu.

Sampailah aku di rumah, setelah berjuang mati-matian menghilangkan rasa amarahku.

Aku dengan cepat menghampiri Ayah yang sedang terbaring lemah di kasur, Ayah jatuh sakit karena ulahnya semalam.

Aku ingin menangis di dalam pelukan ayah, namun tidak bisa. Aku tak ingin ayah menjadi tau perlakuan bejat ibu, aku berusaha menahan amarah dan tangisku. Aku memilih merawat ayah, aku menghubungi salah satu kenalan ku yaitu dokter.

Dia menyuruhku untuk membeli obat sesuai diagnosa yang aku sampaikan, obat pun aku pesan melalu pengantaran online.

"Ayah, yah. makan dulu, setelah ini minum obat." rayuku dengan membangunkan ayah pelan-pelan.

Ayah membuka mata, ku bantu kembali Ayah untuk duduk. Aku menyuapi ayah dengan tenang, saat sedang sibuk. Ponselku kembali berbunyi, aku membuka dan langsung membuang ponselku di kasur.

"Gadis." tegur Ayah
"Ini yah, makan." aku menyuapi ayah kembali.

Aku kesal membaca isi pesan dari ibu, ibu mengatakan bahawa dia tidak akan kembali sebelum ayah menerima keputusannya.

"Dasar perek" dalam hatiku mengatai ibu.

"Ibu mana?" tanya Ayah padaku
"Nggak tau yah, mati kali." jawabku dengan tegas dan tanpa rasa berdosa.

"Gadiss." Ayah kembali menegurku.
"Ayah kenapa sih, suka banget ikut kemauan ibu. sekali-kali ayah egois dong. Ibu mulu dari dulu," ucapku yang mulai menahan rasa sakit.

Ayah mengentikan tanganku, Ayah meraih sendok lalu meletakkan di dalam mangkok bubur yang aku pegang.

"Dengerin ayah, ayah sayang sama kamu dan ibu." ucap Ayah.

"Sayang? ayah bilang sayang ke ibu. terus, gimana selama ini dengan ibu, apa ibu sayang sama ayah?" nadaku mulai naik.

"Ibu sayang sama ayah, buktinya kalau nggak sayang. gimana bisa ada kamu di antara kami seperti sekarang." jawab Ayah dengan lembut.

"Terus, apa arti aku buat ayah. kalau memang ayah sayang ke ibu. Aku ayah anggap apa?" tanyaku kembali dengan kesal, setelah mendengar pernyataan Ayah.

"Kamu anak ayah." jawab Ayah.
"ANAK!? Anak mana yang ditidurin sama orang tuanya." kesalku yang sudah tidak terbendung.

Tamparan keras mendarat di wajahku, Ayah yang selama ini tidak pernah menyakitiku. Menamparku

"Tutup mulutmu, kamu pikir ayah benar-benar suka dengan kegilaanmu. Ayah hanya memberikan apa yang kamu inginkan gadis, kamu jangan berpikir bahwa Ayah menaruh perasaan lebih padamu." sambung Ayah.

"Ayah benar-benar kejam, aku benci ayah." Aku pergi membiarkan Ayah sendirian.

Aku menangis meraung-raung di dalam kamar, ucapan ayah benar-benar menyakitiku. Aku benci dengan semua ini, aku bahkan benci dengan diriku sendiri.

Aku terlalu menjijikan dengan diriku, hal yang aku pikirkan kala itu bahwa aku telah menjadi seorang pemenang dengan fantasiku, nyatanya tidak. Aku malah terjebak dalam kondisi yang aku sama sekali tidak mengerti dan paham.

GADIS BINAL Where stories live. Discover now