Gadis Binal (4)

19.6K 66 13
                                    

"Hey bangun nak, gadis. Ayo bangun sayang." ucap Ayah yang menepuk pipiku dengan pelan.

"ishh ayah." kesalku lalu melanjutkan tidurku.

"Kamu nggak kuliah?" tanya Ayah
"Nggak ayah, aku sakit." jawabku lalu menarik selimutku kembali menutupi seluruh badanku.

Kejadian kemarin sukses membuat aku menjadi demam, aku sampai jatuh sakit. Entah kenapa, terdengar lucu tapi aku menikmati kekesalanku sendiri.

Ayah menarik selimutku, dan mengecek kondisi tubuhku,

"Kenapa panas sekali badanmu nak, kemarin bukannya baik-baik aja." ucap Ayah dengan khawatir.

"Yakan itu kemarin ayah, sekarang beda lagi. udah sana ayah ke kantor, aku mau istirahat." usirku dengan pelan.

Ayah memang sudah bersiap-siap memakai baju kantor, beda dengan ibu yang sudah pergi sejak pagi tadi. Ibu dan Ayah semuanya bekerja kantoran, kantor ayah ini bisa dibilang sedikit santai.

Berbeda dengan kantor ibu, yang begitu disiplin. Dan juga kantor tempat ibu bekerja terbilang sukses, makanya ibu sulit berada di rumah.

Ayah pergi ke luar kamar sesaat, tak lama kemudian setelah itu Ayah masuk kembali. Ku lihat Ayah membawa sebaskom air dan obat, serta bubur dan obat.

"loh ayah nggak kerja." tanyaku saat terkejut melihat ayah yang sibuk mengurusku.

"Kantor ayah nggak kayak kantor ibu, udah ayah lebih suka ngurusin kamu. Sekarang bangun dulu, terus makan dan minum obat." ucap Ayah yang segera meletakkan nampan yang berisikan makanan dan obat-obatan tepat di sampingku.

Aku hanya diam saja saat melihat ayah mengurusku, aku dan ayah dekat. Kedekatan kami terjalin saat aku berada di SMA, berbeda dengan ibu.

Ibu adalah wanita karir yang sibuk, namun masih bisa mengurus rumah. Jika ibu tidak bisa, ibu akan meminta bantuan ayah untuk mengurus rumah sekaligus aku.

Kesenjangan karir juga bisa di lihat antara ayah dan ibu, ibu merupakan manajer pemasaran. sedangkan ayah pegawai kantor biasa, itu sebabnya ibu sangat sibuk.

Ayah sendiri tidak marah jika ibu lebih sukses, sebab ayah adalah suami yang support istri. Ibu tentu sangat bangga memiliki ayah, makanya ibu masih sibuk mengurus rumah dan pekerjaan kantor.

Terkadang aku merasa sedih, melihat ibu yang lebih sukses karirnya di banding ayah. Sebab dulu mereka berdua sama-sama berjuang, dan ayah lebih memilih mengalah untuk tidak melanjutkan pendidikannya sampai jenjang master. Demi ibu yang juga menginginkan gelar itu.

Ayah mengurusku dengan baik di rumah, dulu aku sempat kesal dengan ayah. Sebab ayah hanya itu-itu saja dalam pekerjaannya, berbeda dengan ibu. Tapi setelah SMA aku menyadari bahwa aku dan ibu beruntung memiliki ayah.

"buka mulutnya, nak Aaaa.." Ayah menyuapiku agar makan bubur buatan ayah, walau aku malas dan ayah memaksa. Aku membiarkan ayah melakukannya.

"di makan, nanti kalo ibu pulang terus lihat kamu sakit. Ayah juga loh yang di marahin." ucap ayah sambil terus menyuapiku makan.

Ibu ku memang begitu, jika aku melakukan kesalahan saja. Hal yang aku lakukan akan dilimpahkan ke Ayah, membuatku terkadang muak.

Menurutku hal yang aku lakukan, seharusnya membuat ibu memarahiku bukan ayah. Aku sesekali meminta kepada ayah untuk menegur sikap ibu yang semena-mena, namun itu bukanlah ayah. Ayah lebih memilih diam dan memendam, membuatku menjadi jengkel dan marah.

"Sini, gadis aja yang makan sendiri." Aku meraih mangkuk di tangan ayah, lalu melahap dengan cepat.

Aku makan dengan cepat, membuatku tersedak.

GADIS BINAL Where stories live. Discover now