Gadis Binal (13)

12.1K 54 6
                                    

Setelah kejadian kemarin, hari-hari selanjutnya kedekatanku semakin intens dengan Om Rio.

Aku juga sudah mengambil nomor ponsel milik Om Rio, perhatian serta kelembutan yang Om Rio berikan membuatku nyaman dan senang.

*Pulangnya mau dijemput sama om nggak?* tanya Om Rio lewat pesan singkat

*Boleh deh om, tapi nanti temenin
gadis ke mall dulu yah* balasku.

*Mau ngapain?* tanya Om Rio

*Beli daleman om, daleman
aku udah kekecilan* balasku tanpa malu.

*loh kan ada punya om, nggak
mau pakai ini aja 😋* balas Om Rio

*beda ukurannya om, punya om kan besar. kalo gadis kecil 😫 Protesku pada Om Rio

Aku dan Om Rio tak sungkan membicarakan hal-hal berbau sensitif, meski begitu Om Rio tidak pernah melecahkan atau melakukan tindakan yang aneh padaku.

*Iya boleh, sekalian nanti om bantuin* balasnya lagi:

*Emang mau cobain?* ledekku dalam balasan

*Emang kuat, awas loh nanti nangis lagi.* balas Om Rio

*Nangis apa dulu nih om, nangis kek kemarin atau nangis dibikin enak?* tanyaku

*Apa aja, om bisa* balas Om Rio kembali.

Pesan terakhir hanya aku baca, pesan-pesan nakal kembali membuatku teringat Ayah. Aku dan Ayah dulu juga sering menggoda lewat pesan, namun sekarang telah berubah.

.
.

Perkuliahan pun selesai, aku melangkah keluar kelas. Hari ini aku tidak bersama dengan ketiga temanku, ada satu mata kuliah yang aku ambil sendirian. Membuatku hari ini masuk,

Saat ingin berjalan ke lobi, tanganku lalu ditarik oleh seseorang.

"Ayah." ucapku yang terkejut.

Aku berusaha melepaskan tanganku dari ayah, namun cengkaraman tangan Ayah sangat kuat. Ayah membawaku ke parkiran dan lalu memaksaku masuk ke dalam mobil.

Aku masih memberontak, namun pintu mobil terkunci. Ayah mengunci pintu mobil, dan tidak perduli melihatku.

Aku semakin kesal, "Buka." teriakku dengan keras.

Ayah tidak perduli, aku tidak tahu ayah membawa aku kemana. Aku berusaha membuka pintu, namun di halau oleh Ayah, Ayah berhenti di sebuah tempat yang jauh dari kerumunan.

"Lepasin, buka pintunya. aku nggak mau ngomong sama ayah." ucapku dengan lantang di depan Ayah.

"Mau sampai kapan kamu diemin ayah?" tanya Ayah dengan nada tinggi:

"Aku nggak perduli, buka pintunya. Sebelum aku teriak. Ayah merkosa aku." ancamku dengan nada berapi-api.

Tamparan keras, menghantam wajahku. Aku melihat emosi Ayah yang tidak terbendung.

"Mau kamu apa gadis?" tanya Ayah dengan emosi.
"MAU AKU AYAH PERGI DARI HIDUPKU, DAN JANGAN PERNAH MUNCUL DI HADAPANKU." balasku dengan nada bicara yang lebih meninggi

Ayah memukul setir mobil dengan kuat, membuat ku menutup mata dan telinga.

"Ayah minta maaf, nggak seharusnya kemarin ayah mukulin kamu. ayah bingung." ucap Ayah yang melihatku ketakutan.

"Pergi aku benci ayah, aku nggak punya ayah. aku nggak punya siapa-siapa." balasku dengan isak tangis.

"Gadis jangan begini nak, ayah minta maaf. maafin ayah. Ayah sayang sama kamu." sambung Ayah yang ingin menyentuh dan menenangkanku.

"Nggak, ayah nggak sayang. Ayah pembohong, ayah hanya mau tubuh aku. aku benci ayah." tepisku dengan kasar.

"Siapa bilang ayah nggak sayang, ayah hampir gila lihat kamu yang pergi ninggalin ayah dari rumah. Ayah nggak punya siapa-siapa lagi," isak tangis Ayah dengan keras.

Aku terdiam, menyaksikan Ayah kembali menangis terisak. Aku segera memalingkan wajah ke luar jendela, aku mendengar kembali isakan tangis ayah, hal yang pernah aku dengar sebelumnya.

Cukup lama terdiam, membuatku melirik sebentar pada Ayah.

"Kamu pikir ibu mu perduli dengan ayah, ibu kamu nggak pernah perduli gadis. Selama ini hanya ayah sendirian yang takut kehilangan ibu kamu, alasan ayah menentang keras ibu untuk posisi jabatan sekertaris. Karna ayah nggak ingin ibu semakin dekat dengan selingkuhannya." ucap Ayah.

Bagai sambaran petir, aku terkejut mendengar fakta lain dari Ayah.

"Jadi ayah tau ibu selingkuh, yah?" tanyaku dengan nada tinggi.
"Maaf nak." jawab Ayah.

"Jadi cuma aku yang nggak tau disini, aku kayak orang tolol ayah. kenapa kalian semua tega bohongin aku!." seruku dengan tangisan.

Ayah mencoba menenangkanku, isakan tangisku semakin meledak. Aku benci mendengar fakta baru yang keluar dari mulut ayah, aku sedih. Marah dan juga kecewa, aku tidak tau harus berbuat apa. Dunia ku seakan jatuh.

"Maafin ayah, ayah cuma nggak mau keluarga kita pisah." Ayah memelukku dalam keadaan berontak.

"Aku benci kalian, aku benci semuanya." teriaku dalam dekapan Ayah.

Persaanku bercampur aduk, Aku temui fakta lain dimana Ayah memang mengetahui bahwa ibu diam-diam menyelingkuhinya di belakang.

Bukannya menceraikan ibu, ayah memilih tetap bertahan. Alasannya satu, yaitu Aku. Ayah tidak ingin kehangatan yang selama ini aku dapatkan, hilang begitu saja.

Ayah sudah lama mengetahui itu semua, semua berubah saat fakta yang Ayah temukan posisi manajer yang dulu ibu dapati.

Berhasil karena Ibu menjalin hubungan dengan bosnya di kantor. Sampai saat ini, dan hal yang paling mengejutkan adalah. Ibu dan selingkuhan nya memiliki anak lain, membuat mereka semakin sulit untuk dipisahkan.

Aku terlalu bodoh dan naif tidak mengetahui itu sejak lama, dulu pernah ibu meninggalkan kami semua dengan alasan tugas selama 5 bulan.

Yang faktanya ibu pergi menjauh karena tengah mengandung anak hasil selingkuhan Ibu dengan kekasih gelapnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 12 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GADIS BINAL Where stories live. Discover now