01. TAKDIR?.

86 6 1
                                    

Rumah yang tampak sunyi dan sepi, tetapi kenapa terdengar berisik?. Agnese yang hidup dengan kebisingan yang tidak tahu darimana asalnya merasakan suatu hal yang membingungkan.

Rumah yang tampak tidak seperti rumah, Tidak ada kenyamanan di sana, Luka lebam yang di plester membuat Luka luka itu seperti di obati secara paksa. bukankah seharusnya di periksa dan di serahkan kepada Dokter yang ahli dengan itu?.

Tetapi, Apa semua luka bisa di obati Oleh Dokter?.

Di sunyi malam pada kegelapan langit yang memperlihatkan rembulan menerangi setitik Harapan. Agnese berjalan dengan meremas lengannya yang terluka. Sembari memikul beban yang seharusnya tidak bisa ia tanggung. 

Mendongak menatap langit yang setitik Air matanya tiba tiba menyapa kulitnya, tampaknya langit itu juga merasakan semua kesedihannya. Agnese tersenyum singkat, Sepertinya dia memiliki teman.

Kembali berjalan lurus, Hingga tanpa sadar ia berjalan sampai di sebuah jembatan dengan penghalang di pinggirnya. Dari kejauhan Seorang pria yang sedang menggendong anak kecil di pelukannya, tatapan agnese tidak bisa di alihkan.

Cahaya yang muncul hanya ketika kendaraan lewat pada jalanan yang sepi ini. Sangat tenang ketika senyum hangat Itu terlihat. Matanya benar benar terpaku, Tampak dirinya yang memeluk erat gadis kecil itu seolah olah gadis itu adalah nyawanya.

Kehangatan yang di pancarkan Oleh Orang asing itu membuat Perasaan yang sudah lama Hilang tiba tiba kembali muncul. Senyumnya Penuh kasih sayang dan Kepeduliaan.

Jantung yang Ese fikir sudah mati. Detak yang berdentum keras membuat Ese di beri tahu kalau Bentuk kasih sayang yang seperti itu masih ada, Di Duni fana yang semuanya hanya ada kejahatan, Ternyata masih ada setitik Kebaikan.

Siapapun Dia, Jika Pria Itu masih lajang dan belum memiliki Pasangan hidup. Ese menginginkannya. Jadikan Pria itu Miliknya, apapun bentuk kekurangannya.


^~^

"Nes, bangun!. lo nggak mau kenal dengan teman sekelas kita yang baru?. Lo nggak mau temen Baru?."

Tidur Agnese terganggu, lalu kemudian bangkit dari tidurnya, sembari menguap lebar. Dengan mengucek matanya ia menoleh menatap Kaira yang sedang berkacak pinggang berdiri di samping mejanya.

"umm?. Apa?. Gue nggak mau." Ujarnya lesu, Ketika ingin merebahkan kepalanya lagi di atas meja, Kaira memukul Meja kuat membuat mata Agnese langsung terbuka lebar, dan rasa kantuk yang tadinya melandanya seketika menghilang.

Ini tahun keduanya di SMA GADING, Sma Swasta yang Ia masuki hanya Ingin Mengikuti Kaira. Toh, dimanapun ia bersekolah Takdirnya akan begini begini saja. Mengambil Jurusan IPA dan tentu saja Juga mengikuti Kaira, Ntah Apa yang terjadi, Mungkin takdir dengan kapasitas otaknya yang tidak terlalu besar dia masuk kedalam jurusan ini walaupun dirinya seseorang yang pemalas.

Sistem di sekolah ini Cukup sederhana. Di setiap Semester Seluruh Siswa di jurusan yang sama akan di acak. Tidak memandang kepintaran atau kebodohan, Mereka akan selalu mengacak sehingga tiap semester Siswa di sekolah ini akan selalu berada di kelas yang berbeda Sampai pada semester akhir di tahun ketiga, maka seluruh siswa akan di bagi menurut tingkat kepintarannya Sistem yang jahat memang. Ntah Apa tujuannya, Agnese terlalu malas untuk mencari tahu atau Memikirkannya.

Semester ini adalah semester yang ketiga kalinya dia sekelas dengan Kaira, Karena di Semester kedua di Tingkat Dua, mereka di pisahkan. Agnese yang termasuk siswa yang susah bergaul hanya duduk diam di kelas tanpa Teman Sampai Kaira yang selalu menjemputnya setiap Istirahat.

REWRITEWhere stories live. Discover now