16. BULLY?

15 4 0
                                    

Prangg!!

"Opp, Sorry Gay."

Tabrakan yang di rasakan Oleh Vincent Ketika lengannya di tabrak sengaja oleh Seorang pria yang Vincent yakini ia tidak mengenalnya, mengakibatkan Mangkok bakso dan Es teh yang berada di kedua tangannya jatuh ke lantai Kantin membuat Suara yang terdengar nyaring mulai terdengar.

Pecahan kaca dan Makanan yang terbuang sia sia, di tambah dengan air yang bergelinang di lantai membuat Makanan yang berada di bawah sana tampak terbuang sia sia.

"lain kali hati hati." Ujar Vincent santai. berjongkok di depan Pecahan pecahan makanan yang berserakan di lantai dengan ekspresi kasian.

"Mubazir." Gumamnya dengan mencoba membereskan kekacuan yang terjadi.

Suasana di Kantin mendadak sepi, tetapi tampaknya Vincent tidak sadar akan itu. Dia masih berusaha membersihkan pecahan pecahan yang ada di lantai dengan santai.

Pria yang tadinya menabrak Vincent dengan sengaja menggeram marah, melihat dirinya yang seperti di abaikan tanpa ada amarah sedikitpun dari Vincent membuat dirinya panas sendiri. Sungguh dia benar benar tidak percaya ini, di tambah dengan dirinya yang harus menahan malu ketika bisik bisik mulai terdengar dari siswa yang ada di sekitarnya yang tentu saja dengan dirinya sebagai topiknya.

Mengambil sesuatu secara acak di atas meja samping tempatnya berdiri, Yang ternyata sebuah gelas jus, tersenyum miring lalu mulai mengguyur kepala Vincent dari atas dengan tersenyum senang. "Sekalian beresin diri lo, biar nggak kek orang tolol!. dasar Gay!."

Vincent yang merasakan sesuatu yang mulai mengalir di depan wajahnya seketika terdiam, mengangkat tangannya lalu mencoba meraba Puncak kepalanya, sesuatu yang lengket melekat di tangannya membuatnya mulai menurunkan tangannya kembali, melihat dari tangannya yang sudah melekat sesuatu.

vincent menghela nafas, apa baru saja ia di bully?. Dan apa tadi, Gay?. Seperrtinya dia sudah menunjukkan sesuatu yang dapat mengguncang sekolah, Dan betapa naifnya dia yang secara terbuka membuka rahasia yang sudah ia simpan bertahun tahun.

Menjadi Pria yang tidak pernah tersorot, berperilaku malas sebagai siswa yang tidak pernah terlihat. berusaha menyembunyikan diri Agar dia tidak di kenali. Betapa naifnya kalau dia Pikir, semua itu akan baik baik saja kalau dia mencoba membukanya secara perlahan.

Menghela nafas, mencoba mengatur nafasnya dengan pelan Vincent mulai bangkit, Berdiri tegak layaknya seseorang yang tegas, dengan sikap menantang menatap Pria yang baru saja membully nya tadi dengan ekspresi datar.

"Apa mau lo?." Tanyanya dingin.

Tampak Pria itu sedikit gagap dengan pertanyaan spontan dan ekspresi datar yang di tunjukkan oleh Vincent Kepadanya, Tetapi tetap berusaha untuk berani menantang balik Vincent dengan tatapan songongnya,

Vincent yang biasanya menatap lawan bicaranya dengan wajah tanpa ekspresi seketika terkekeh melihat ekspresi yang di tunjukkan Pria itu. Pria yang tadinya menatap Vincent dengan tatapan tajamnya seketika meneguk air liurnya kasar. bahkan tidak hanya dia, sekarang di seluruh Kantin sedang terdiam melihat kekehan Seorang vincent  yang tentu saja ini sangat Mustahil terjadi.

"Lo suka Gue?." 

Suara berat dengan ekspresi yang tiba tiba berubah, menatap Pria itu dengan santai, seolah olah Pria yang saat ini berada di depannya itu bukanlah sesuatu yang harus di kalahkan dengan sekuat tenaga.

Wajah laki laki itu memerah, Dengan mengepalkan tangannya kuat lalu mulai mengayunkan tangannya ke wajah Tampan vincent, sehingga Bogeman yang di pukul sekuat tenaga itu mampu membuat Vincent sedikit terhuyung.

"Lo Lupa siapa yang Gue suka?. tentu saja bukan Lo!. Sialan!." Getaran amarah yang menunjukkan semua emosinya kepada Vincent, mencurahkan segala kebencian  yang sudah terpendam lama di hatinya.

Dengan mencoba membersihkan darah yang sedikit keluar dari ujung bibirnya Vincent tersenyum simpul, rasanya sudah lumayan lama dia tidak merasakan pukulan yang seperti ini.
Mendongak, menatap Pria itu lagi dengan tatapan santai seolah pukulan yang ia terima tadi bukanlah apa apa.

"Lo, siapa?." tanya Vincent lagi.

"Gadis yang lo Tolak beberapa saat lalu, Lo tahu Kalau dia Juga gadis yang gue incar!. Dan lo dengan santainya menolak dan melukai hatinya, Apa Lo meremehkan Gue?." 

Vincent mengerutkan keningnya, Siapa yang di maksud oleh Pria ini sekarang?. "Siapa?."

Ekspresi marah yang belum juga mereda, di tambah dengan suasana panas yang mulai terasa di sekelilingnya. Mereka sudah di kelilingi oleh Banyak siswa menonton pertengkaran itu tanpa ada yang berniat melerai seolah olah kejadian sekarang adalah suatu hal yang layak untuk di tonton.

"G-Gay sialan!. Jauh jauh Lo hama!."umpatnya lagi dengan meredamkan suaranya menatap Vincent tajam.

Vincent maju selangkah, dengan berangsur angsur mendekat ke arah Pria itu. "Dari tadi Yang lo ucapkan tidak jauh dari Gay!, Gay!, Dan Gay!. Yang Lo mau sekarang apa?. Apa dengan menjadi seorang Gay, Gue mengusik Hidup lo?."

Tidak ada jawaban yang terdengar membuat Vincent menghela nafas, Sudah pasti ini akan terjadi ketika orang tolol lebih mendahului emosinya daripada berfikir terlebih dahulu. Dengan melangkahkan kakinya lagi ingin beranjak pergi dari sana, Sungguh ini adalah suatu yang percuma dan buang buang waktu.

Menghentikan langkahnya tepat di samping pria itu lalu dengan pelan ia memegang bahu Pria itu dengan mata yang masih menatap kedepan. "jangan menyalahkan orang lain dari sesuatu yang tidak bisa lo gapai oleh tangan lo sendiri!. Jangan Seperti percundang!." Ujarnya singkat, menepuk bahu itu singkat ia mulai melangkahkan kakinya pergi Meninggalkan Pria itu yang terdiam tanpa bisa mengucapkan kata kata.

^~^

Dengan mempercepat langkahnya, Melihat Vincent yang tak jauh dari jarak pandangnya mengambil sebuah mangkok bakso dengan minuman yang sudah ada di tangan kirinya, Niat hati ingin mengganggu Pria itu, melihat wajah kesal yang ketika melihatnya tanpa mengurangi ketampanannya, Agnese berniat ingin melihatnya. 

Karena Untuk beberapa saat yang lalu, Semenjak kejadian dirinya yang berada di rumah Vincent. Ekspresi seperti itu sudah sangat jarang ia terima. Dan dia sedikit merindukannya.

Baru beberapa langkah, Dengan mata kepalanya sendiri yang mana fokusnya yang melihat ke arah Vincent tanpa sengaja melihat Dimana Seorang pria yang sengaja menabrak Vincent dengan senyum smirk di wajahnya.

Suara mangkok yang jatuh di lantai kantin, mengakibatkan suara nyaring membuat Semua siswa tanpa sengaja melihat ke sumber suara menjadikan Apa yang terjadi sekarang ini sebagai tontonan.

Agnese mempercepat langkahnya, berniat Ingin membantu Vincent. Apa yang di lakukan Pria itu membuat Agnese menggeram marah, batinnya tidak terima. ketika ia sudah dekat, dan mencoba membela Vincent sebuah Tarikan yang menahan tangannya membuat ia berhenti,

Melihat ke belakang ke arah pelaku yang sudah menarik tangannya, melihat wajah tersenyum dari seorang pria membuat Agnese menghempaskan tangannya kuat mencoba melepaskan diri.

"Jangan Ikut Campur." Ujar pria itu pelan menatap Agnese dengan serius.

Agnese menggelengkan kepalanya tak habis fikir, apa yang saat ini ada di otak Pria ini?. "Kenapa tidak?. Kalau lo nggak mau bantu!. Biar gue." ujarnya kasar menatap pria itu tajam

Aster terdiam, menggapai tangan Agnese lagi Mencoba menahan Gadis itu. Agnese benar tidak di perbolehkan untuk ikut campur. "Aku bilang jangan ikut campur." Ujarnya tajam tanpa ingin di bantah sedikitpun

Bukannya takut dan menurut, Agnese malah menantang balik Aster dengan ekspresi berontaknya."Hak Gue, Siapa lo?."

Aster menatap Agnese tanpa ekspresi dengan tangan Agnese yang masih di cekalnya kuat. "Calon suami kamu, Mungkin memang hak kamu untuk melakukan apa yang kamu mau. tapi sebagai Calon suami kamu, ini adalah Kewajiban kamu buat nurut!." Ujarnya Mutlak.

TBC



REWRITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang