14. GADIS DENGAN KETAKUTAN

18 4 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul Delapan Malam. Sedangkan sekarang, Vincent sedang berada di sebuah taman yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Duduk bersimpuh dengan mata yang sedang terfokus menatap Luka yang berada di lutut seorang gadis dengan sesekali meniupnya. 

"mana lagi yang sakit?." tanyanya dengan mendongakkan kepalanya menatap Gadis itu dengan Ekspresi khawatir. Gadis itu menggeleng dengan berusaha menjauhkan kepala Vincent dari bawahnya yang membuat Vincent menghela nafas.

Bangkit Berdiri, dengan Tangan yang di masukkan kedalam Kantong jaketnya lalu menatap  Adiknya itu dengan tersenyum tipis. "lain kali hati hati" Ujarnya dengan mengulurkan tangannya dan mengelus Puncak kepala Citra dengan lembut.

Citra yang tadinya menunduk, merasa bersalah dengan apa yang terjadi seketika mendongak, Melihat ekspresi vincent yang tersenyum melihatnya membuatnya ikut tersenyum.

Senyum yang terkesan cantik di wajah kecilnya yang membuat Vincent sudah berkali kali mengucapkan janji dalam hatinya kalau mau sampai kapanpun dia yang akan mempertahankan senyum itu yang tentu saja akan masih melekat di wajahnya.

Dengan membungkuk, Vincent mengulurkan tangannya ke hadapan Citra. "Pulang sekarang?."

Citra menganggukkan kepalanya, dan menerima uluran tangan Vincent. Vincent tersenyum simpul, berjongkok dengan membelakangi Citra, meminta Gadis itu untuk naik ke punggungnya saja. Menatap Punggung Vincent lekat, lalu mengalihkan tatapannya. melompat turun dengan sedikit meringis, mengambil skate-boardnya, lalu pergi mendahului Vincent yang masih berjongkok di belakang.

Vincent yang melihat Kepergian Citra menatap Punggung gadis kecil itu dengan datar, dengan perlahan bangkit, menggelengkan kepalanya tak percaya. Ia pun mulai melangkahkan kakinya mengikuti Citra di belakang.

Tapi beberapa waktu dengan masih melihat punggung citra di belakang, dengan membulatkan matanya sempurna melihat punggung yang sedikit lebih rendah dari poisisinya berdiri dengan menjalankan Skateboard miliknya. dengan langkah yang lebih lebar dari langkahnya yang tadi.

berjongkok di depan seorang gadis yang menenggelamkan kepalanya di lututnya, meringkuk di bawah ayunan tanpa mengatakan apa apa, Citra menatapnya intens. memiringkan wajahnya mencoba melihat wajah gadis itu tetapi sedikitpun wajahnya tak terlihat.

Mengerutkan keningnya, dengan kesal ia menepuk nepuk pelan bahu Gadis itu Tetapi sedikitpun jawaban tidak ia temukan membuat ia kembali mengerutkan dahinya bingung.
Ketika ingin menepuk nya kembali dengan mengangkat tangannya terlebih dahulu, Suara yang ia kenal lebih dahulu mendahului nya menghentikan pergerakannya.

"Acit baik baik saja?. Ada yang luka?."

Dengan mendongak kesamping, Dimana Suara yang familiar terdengar memandangi wajah Vincent, lalu menggelengkan kepalanya. Lalu kemudian kembali menujuk Gadis yang berada di depannya. "Haa haaa.." Ujarnya. 

Vincent yang bernafas lega melihat tidak ada lagi luka di tubuh Citra mengerutkan dahinya bingung, melihat ke arah jari telunjuk yang menunjuk seseorang yang menenggelamkan kepalanya di antara lututnya.

Menatap wujud itu dengan intens, lalu beberapa saat Wajah yang awalnya tidak terlhat, perlahan mulai menunjukkan rupanya. Wajah yang tersenyum dengan kulit putih pucat dimana luka lebam di pipinya sampai terlihat jelas membuat Vincent terdiam.

"Vin-Cent." Panggilnya, Lalu untuk beberapa saat mencoba untuk mendekat menggapai tubuh Vincent, tetapi belum saja tergapai Tubuhnya lebih dulu ambruk di tanah kotor, dengan mata yang terpejam erat, menandakan bahwa ia sudah tidak sadarkan diri.

Vincent cukup terkejut melihat pemandangan yang baru pertama kali ia lihat ini, wajah yang biasanya selalu terlihat menjengkelkan sekarang menunjukkan ekspresi meminta untuk di kasihani. Dia tidak bisa bereaksi banyak, Karena ini tampak tidak seperti gadis menyebalkan yang biasanya ia lihat.

REWRITEWhere stories live. Discover now