09. TIDUR BARENG?

57 4 0
                                    

Terik matahari yang memancarkan cahayanya tepat di atas ubun Ubun ketiga Pria yang sedang berdiri menghadap Ke Tiang bendera dengan Hormat Dengan sesekali mendumel. Ntah siapa yang mengatakan soal mereka akan kembali jam segitu, Seorang Guru dengan bersidekap dada, Berdiri di sebrang pagar menunggu kedatangan mereka. 

Sehingga berakhirlah mereka sedang berdiri di depan Tiang bendera dengan mengangkat tangan Hormat. 

"Gara Gara Lo nih.." Regan mendumel menyalahkan Daren yang masih enteng berdiri menikmati masa hukumannya dengan senang hati. Toh, Dia benar benar salah karena Bolos, Jadi apa salahnya Nikmati?.

"Siapa yang nyuruh Lo ikut, Gue ngusul doang." jawabnya enteng

"Brisik!. Gue yang salah, Sekarang kalian diem. Panas Gini, otak Guen ikutin panas." Ujar Vincent menengahi perdebatan mereka. Matahari yang terik benar benar membuat Vincent berkeringat Yang membuat otaknya tidak bisa berfikir jernih karena kelelahan, Ah dia benci Cuaca yang begini.

Apa nggak ada jalan untuk kabur?. Menoleh ke sana kemari, melihat keadaan sekitar untuk menjalankan keinginannya, Di rasa keadaan sudah aman. Vincent mulai menurunkan tangannya, Dengan perlahan ia mulai berbalik pergi.

"Vin, kemana?."

"kabur, Gue Benci berkeringat."

Regan dan Daren saling pandang, kemudian saling mengangguk. mereka tahu itu, Vincent adalah Jenis manusia yang tidak tahu alasan dia populer karena apa. Karena mau bagimana pun, Vincent tidak Seperti Pria Populer yang biasanya Populer karena bidang olahraga. Untuk Vincent sendiri Pria itu Benci melakukan Aktivitas Fisik yang mengakibatkan keringat. Tapi ntah apa yang pria Itu Lakukan, Tubuhnya tetap Atletis.

Regan Dan Daren pun juga ikut pergi, meninggalkan hukuman mereka mengikuti Vincent di belakang. "Vin, lo benci Olaharaga, Tapi kenapa Tubuh Lo tetap Bagus sih?."

Vincent menoleh, Merasa Bingung dengan pertanyaan Regan, Tetapi mau tidak mau dia harus tetap menjawab. "Bodoh!. kalau Punya Tubuh Bagus, Tidak hanya dengan Olahtraga. Pola Makan Harus di Atur Juga." Nasehatnya, Kemudian ia terdiam sebentar.

 "Tapi dalam kasus Gue, Gue tidak melakukan keduanya. Gue makan apapun yang Gue mau. Dan seperti yang kjalian tahu Gue benci olahraga. Dan Tubuh Gue Terbentuk sendiri. Mungkin Gue yang aneh. Jadi nggak usah di pikirkan."lanjutnya.

Vincent melanjutkan langkahnya tapi tiba tiba ia berhenti. Menoleh ke arah Regan dan Daren, Kemudian menunjuk ke arah kanan. "gue belok Sini. kalian jangan ikutin Gue. Gue pengen tidur."

Regan dan Daren mengangguk. Tanpa berkata Kata Lagi, mereka pun saling menuju ke arah Tujuan mereka masing masing. Dengan tangan yang di masukkan ke kantong Celananya, Vincent berjalan dengan santai menuju Taman belakang, Ingin tidur di bawah Pohon rindang dengan Sayup Sayup Angin yang menerpa wajahnya, kalau di bayangkan dia sudah merasa nyaman sendiri. Dan Dia Merasa tidak sabar tentang itu.

Dengan langkah kaki yang perlahan melangkah menuju tempat Tujuannya, dari Tempat ia sekarang, Seseorang dengan punggung kecil Duduk bersandar di Pohon membelakangi dirinya, Tapi sedikit dia bisa melihat sisi tubuh nya.

Mengerutkan keningnya Bingung, Vincent tetap melangkahkan kakinya Mendekat, ingin melihat lebih dekat siapa yang berani duduk di sini selain dirinya, Biasanya Tidak Ada yang berani karena takut dengan rumor angker dari tempat ini.

Ketika sudah dekat, Sedikit mengintip ke arah wajah dengan kelopak matanya yang terpejam, Vincent menghela nafas. "Gadis ini Lagi."Gumamnya. 

Berhubung ia masih dalam  keadaan Capek, Dia sungguh lelah untuk membuang  buang tenaganya, duduk dengan selonojoran di atas rumput yang membentang, lalu kemudian ia merebahkan Tubuhnya lelah.

Dengan perlahan, memejamkan matanya menikmati semilar angin yang menerpa wajahnya lembut menghapus semua ingatan kesal yang tadinya memenuhi otaknya, tubuh Yang lelah dan lengket oleh keringat tadi seolah olah Hilang membawa kedamaian dan kenyaman pada dirinya.

Vincent tersenyum singkat, keadaan yang seperti ini benar benar tidak bisa ia lupakan.

"ahh, Kamu sudah di sini?"

Vincent tersentak, dengan menjadikan lengannya sebagai bantalan dia hanya menjawab dengan gumaman. Sudah di bilang bukan, kalau dia benar benar sedang malas.

"Ak-."

"Diamlah. Kalau Lo ingin tetap di sini, Lo cukup hanya Diam. Kalau lo nggak mau diam, Mending Lo pergi, Gue mau tidur."

Agnese mengatup kembali bibirnya rapat, Menekuk Lututnya lalu kemudian merebahkan kepalanya di atasnya memandangi wajah Vincent dengan mata Pria itu yang terpejam. "Wajah Yang tampan,Andai dia bisa menggunakannya sebaik baiknya. Mungkin sudah banyak wanita yang mengejarnya sekarang." gumamnya pelan, tersadar dengan apa yang ia katakan, Agnese terdiam kemudian menggelengkan kepalanya. Tidak Tidak lebih baik begini. Tidak ada saingannya saja temboknya masih setinggi ini, Apalagi punya. Dia bersyukur kalau sekarang, Dia hanya bersaing dengan Vincent itu sendiri.

Memandangi wajah yang berangsur angsur terlelap terbukti dengan deru nafas yang mulai teratur. Agnese masih setia menandangi wajah Vincent dengan intens. 

Menunggu dan terus menunggu, Dalam keadaan duduk tanpa sadar ia ikut terlelap.

^~^

"Lo Lagi, Lo lagi."

Regan yang tanpa sengaja bertemu dengan Kaira di Lorong kelas seketika meniakkan alisnya, Lalu kemudian Ia tersenyum. "Hai, Cantik. Sepertinya kita memang di takdirkan untuk bersama." Ujarnya Ngaco yang membuat kaira memutar bola matanya malas. 

"Jangan sok Akrab, Kita nggak kenal." Ujarnya kemudian mengalihkan pandanganya dari Regan, Menyalip pria itu tanpa menoleh. Tetapi Dengan Spontan Regan mulai memegang pergelangan tangan Kaira menahan Gadis itu. "Mau sampai kapan kita Bertindak seperti ini?."

Suara yang terdengar putus asa, Kaira tersentak hingga membuatnya terdiam, Sesat kemudian dengan menggigit bibir bawahnya, lalu menepis tangan Regan kasar. "Selamanya." Ujarnya, kemudian melanjutkan langkahnya dengan ekspresi yang masih sama.

Regan yang melihat kepergian Kaira tersenyum Pilu, Cukup lama ia terdiam di tempat. Lalu kemudian ia kembali melanjutkan langkahnya pergi mengontrol kembali ekspresinya walaupun apa yang terlihat sangat berbeda dengan suasana hatinya. "Apa yang akan terjadi, Biarlah terjadi, tetapi yang akan terjadi pasti akan sesuai dengan kehendakku." Gumamnya.

Di sela sela langkahnya, Kaira tak henti hentinya mendecih kesal, mencari kemana mana tapi Agnese tidak di temukan di mana mana. Katanya hanya ke toilet. toilet apaan yang sampai satu jam?.

mengobrak abrik isi kepalanya memikirkan kemungkinan kemungkinan dimana Agnese berada sampai matanya menangkap seorang Cowok yang ia kenal berjalan di lorong sebrang, tempat ia berdiri sekarang. 

"DAREN!!!." Teriaknya. membuat Pria yang di panggil pun celingak celinguk mencari sumber suara yang memanggilnya, hingga matanya menangkap seorang gadis yang tak jauh darinya sedang berlari ke arahnya dengan melambaikan tangannya.

Daren masih berdiri di posisinya, menunggu gadis itu untuk sampai di tempatnya dengan wajah datarnya. Hingga beberapa saat kemudian, Gadis itu sampai di tempatnya dengan nafas yang tersengal sengal.  

"haahh.."

"Ada Apa?." 

Memegang lututnya, Kaira mengatur nafasnya mencoba memulai berbicara. "Vincent mana?. Temen Gue hilang, kalau Vincent Juga nggak ada. Gue yakin temen Gue bareng dia."

Daren mengerutkan keningnya, Lalu kemudian tersenyum tipis. "Kalau Lo udah Yakin itu, Tidak ada yang perlu Lo khawatirkan." Ujarnya tenang memandangi wajah Kaira.




TBC





REWRITEМесто, где живут истории. Откройте их для себя