Chapter 6

609 45 0
                                    

Zaza tidak memikirkan terlalu lama siapa yang dirinya lihat tadi, kedua bola mata melihat sekeliling Zaza melihat kumpulan makanan seperti mie, dan lainya. Zaza memasukkan satu persatu yang di butuhkan selama dirinya akan tinggal sendirian untuk sementara waktu di rumah, setelah bahan makanan terpilih Zaza beralih ke tempat cemilan. Tidak lupa Zaza memasukkan kuaci karna itu termasuk makanan cemilan yang dirinya sukai.

Keranjang belanja yang di bawa Zaza sudah hampir penuh namun ada beberapa yang dirinya belum ambil, Zaza teringat perkataan ibunya ambil apa yang dirinya mau.

"Kak," ucap Zaza meletakkan keranjang belanjanya di meja kasir.

"Iya ka," sahut kakak penjaga kasir. "Semuanya 100.000 ya ka."

"Baik kak," Zaza mengambil selembar uang di tasnya. "Ini ya kak."

"Baik ka terima kasih ka," ucap Kaka kasir.

"Sama-sama ka," sahut Zaza dan pergi keluar ruangan.

Zaza memundurkan motornya, Zaza tidak melihat ke belakang seperti menabrak sesuatu Zaza pun membalikkan tubuhnya begitu terkejutnya ternyata Ahkam, seorang ustadz yang akhir-akhir ini dirinya suka ikut kajiannya.

"Ee maaf," ucap Zaza bingung.

"Iya enggak papa," sahut Ahkam yang terduduk mengelus kaki kanannya yang terinjak sepeda motor Zaza.

"Itu kakinya beneran enggak papa ustadz?" tanya Zaza.

"Ustadz kenapa perempuan ini menyapa aku ustadz," batin Ahkam.

"Ustadz," panggil Zaza.

"Astaghfirullah iya," Ahkam tak sengaja melihat wajah Zaza.

"Maaf ya ustadz," Zaza melihat wajah Ahkam.

"Iya saya maafkan kamu," sahut Ahkam seperti mengingat-ingat sesuatu.

"Terima kasih ustadz," ucap Zaza.

"Iya sama-sama, kalau begitu saya permisi," Ahkam berjalan dengan sedikit menahan rasa sakit di kakinya.

"Ya Allah gimana nih aku enggak sengaja, mana ganteng banget si ustadz," ucap Zaza yang memperhatikan Ahkam. "Astaghfirullah Zaza sadar kamu ini kenapa," ucap Zaza menyadarkan dirinya.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Zaza kepikiran tentang yang terjadi hari ini apa benar dirinya suka dengan ustadz itu, Zaza mencoba fokus dalam perjalanan. Sesampainya Zaza di rumah dirinya langsung menuju dapur menyusun beberapa belanjaan yang dirinya beli tadi.

Zaza melihat meja makan ternyata ibunya sudah memasak, dan menyiapkan segala kebutuhan yang akan di bawa keluar kota bersama ayahnya. Ini adalah untuk pertama kalinya Zaza di tinggal sendirian di rumah karna biasanya dirinya ikut keluar kota, tapi karena dirinya haru mengaji setiap hari maka untuk sekarang dirinya tidak dapat ikut.

"Zaa," panggil ibu Fatimah.

"Iya Bu," jawab Zaza berbalik arah.

"Kamu yakin enggak mau ikut?" tanya ibu Fatimah kepada Zaza.

"Enggak kok Bu," sahut Zaza.

"Biasanya kamu paling senang kalau ayah ada urusan di luar kota," ucap ibu Fatimah dengan tawa kecil.

"Hehehe itu kan dulu Bu bukan sekarang," ucap Zaza.

"Alhamdulillah sejak kamu mulai ikut mengaji ibu senang melihat mu, semoga Istiqomah terus ya nak," doa ibu Fatimah untuk Zaza.

"Aamiin iya Bu, doain Zaza yang semoga Istiqomah terus," sahut Zaza.

"Iya ibu sama ayah selalu doakan untuk ratu," senyum ibu Fatimah di akhir ucapannya.

AhzaWhere stories live. Discover now