18| The Mixed Feeling

283 31 5
                                    

_____

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

_____

19 April 2019

Sekar menyikut lengan Kaila, memberi isyarat bahwa pria yang belakangan ini selalu jadi topik pembicaraan mereka masuk ke dalam kantin. Dengan seragam setengah basah, akibat dari bermain basket di lapangan.

Kini bukan hanya Sekar yang tahu akan perasaan Kaila. Hana yang merupakan setengah jiwanya Sekar pun juga mengetahuinya.

Beberapa bulan lalu, saat mendengar penuturan dari Kaila. Tidak henti-hentinya dua manusia ini berseru heboh.

Sekar telah menduga bahwa Kaila memang memiliki perasaan tertarik pada laki-laki yang menjadi teman satu mejanya itu. Mungkin sebelumnya Kaila bisa mengelak.

Tapi untuk kali ini. Tidak bisa sama sekali. Perasaan murni yang terpendam itu memberikan respon tubuh yang terbalik dengan apa yang ada di kepala.

"Bisa berhenti nyikut gue gak?" desis Kaila.

Sekar tersenyum lebar, mengangkat kedua tangan di udara. "Ampun,"

"Aneh banget sepupu lo ini, Na." keluh Kaila pada Hana yang sedang melahap batagor.

Tiba-tiba suara gedubrak dari belakang Kaila terdengar. Berbarengan dengan sensasi dingin yang menjalar di punggungnya. Ketiga perempuan ini mengalihkan pandangan.

Hana menutup mulut kaget. "Oh my gosh. Kai baju lo.."

Sorot mata penuh amarah jelas terlihat kala mendapati Agam terduduk di lantai. Dengan kursi plastik kantin yang sudah tidak berbentuk seperti semula.

"Mau ngajak ribut, lo, Ham?"

"Kok gue?! Eh lo sendiri ya yang kejungkal!"

"Siapa sih yang narok kursi kagak layak begini." gerutunya sambil berdiri.

Belum sadar bahwa di belakangnya ada Kaila yang merapatkan rahang. Giginya bergemelutuk. Anak naga ini telah siap menyemburkan api.

Rizal dan Ben yang menyadari pun hanya mampu bertukar pandang satu sama lain. Agam berdiri sepenuhnya, membersihkan belakang celananya. "Eh minum gue mana?"

"Gam," panggil Rizal pelan.

"Lo minum ya!" sembur Agam.

Rizal menggeleng kaku. Jari telunjuknya bergerak untuk menunjuk belakang Agam. "Itu.."

Ilham yang bersisihan dengan Agam pun menoleh lebih dulu. Matanya nyaris keluar kala melihat Kaila berdiri dengan wajah merah padam serta deru napas yang menggebu.

".. loh eh Kaila?" cicit Ilham.

Merasa mendengar nama Kaila, Agam turut membalikkan badan. Hendak menyapa namun kalah cepat oleh gerakan tangan Kaila yang langsung menarik rambut Agam kuat.

"Agam Pradana! Lo tuh ya jadi anak petakilan banget! Liat ni baju gue basah! Liat sekarang ulah lo, liat ini!!"

Agam mengaduh kesakitan. "Aduh sakit. Lepasin woi! Aduh! Gue aduin emak gue ya lo."

The Apple of My EyeKde žijí příběhy. Začni objevovat