15| The Planning

212 27 0
                                    

_____

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

_____

Rembulan malam ini tampak bulat sempurna. Gelapnya langit malam bak kanvas yang terlapisi cat hitam tanpa celah. Cahaya itu bersinar terang, menunjukkan kedudukan atas keelokan paling unggul yang tak akan bisa diraih oleh siapapun.

Hampir setengah jam gadis ini menghabiskan waktu di atas JPO. Memandang kesempurnaan langit malam dengan kendaraan yang tiada henti melewatinya di bawah sana.

Kaila tidak mengerti, kenapa fasilitas ini sangat jarang digunakan oleh masyarakat sekitar. Padahal kalau berdiri disini di malam hari, sangat cukup membantu merefresingkan diri kala melewati hari yang menguras energi.

Peraduan cahaya langit malam dan cahaya dari bangunan-bangunan kota sangat memanjakan mata. Seolah menyerap semua rasa lelah yang ada.

"Ngapain di sini?"

Gadis yang bertumpu pada pembatas jembatan, menoleh ke sumber suara. Raut terkejut kala memandang sosok tinggi menjulang, berdiri di dekatnya. Pendar cahaya bola mata hazel ini tampak kembali normal. "Lo lagi?"

Jake hanya tersenyum. Tak ada yang bersuara setelahnya. Hanya kebisingan lalu lalang kendaraan. Angin malam menyapu anak rambut Kaila lembut. Gadis itu kemudian kembali memandang jalanan.

"Lagi ngapain malam-malam di sini? Gak takut?" tanya Jake ulang.

"Baru juga jam tujuh,"

Jake ikut bersandar. "Jembatan ini jarang banget dilewati. You must be carefull, gak semua tempat terbuka itu aman. Apalagi lo cewek,"

"Being a woman doesn't mean we don't dare to do anything. We are not that weak."

Jake tertegun. Sebentulnya sejak awal, pria ini sudah mampu menilai bahwa Kaila tidak semudah itu diajak komunikasi. Apa lagi didekatin.

Benar-benar tipekal yang harus dikejar, bukan mengejar. Tipekal yang harus didekatin secara halus, bukan secara gamblang.

"Iya tahu. Tapi bukan itu maksud gue. Sekalipun cewek bisa bela diri, alangkah lebih baik menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kan?"

Kaila membuang nafas pelan. "Lagi kepengen aja, gak tiap hari kayak gini,

Jake memandang Kaila dengan alis terangkat. Sadar kalau sedang diperhatikan, Kaila pun menoleh. "Kenapa?"

"Nope," Jake menggeleng.

Lalu, sekarang, Kaila yang balik memandang Jake dari samping. "Lo juga ngapain di sini?"

"Gue habis keliling main skateboard." jawabnya dengan pandangan yang menuntun Kaila untuk melihat apa yang ada digenggamannya.

Kaila berohria lalu mengangguk paham. "Sebelum gue lupa, gue pengen nanya deh,"

"Tentang?"

"Lo anak pindahan yang pernah viral di sekolah itu bukan sih? Soalnya gue gak pernah liat lo sebelumnya," mata Kaila menatap manik Jake.

The Apple of My EyeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant