3. Hukuman

19.3K 1.5K 18
                                    

Holaa!

Sebelum membaca tekan bintang dulu yuk! o(〃^▽^〃)o
.
.
.
.
.
.
Abel membuka pintu ruangan kerja sang ayah.

"PRANG!" belum juga pintu terbuka sepenuhnya sebuah gelas kaca menabrak dahinya hingga menyebabkan dahi itu mengeluarkan darah segar.

Lelehan dari cairan anggur juga memenuhi separuh wajahnya bercampur darah yang mengalir.

"Ck." Abel berdecak. Menatap datar orang didepannya yang sialnya adalah ayahnya sendiri.

Ace bersiul sambil menompang tangan di belakang kepala. "Butuh sapu tangan?" tawar Ace sambil merogoh saku celana mengeluarkan sapu tangan dari bahan satin miliknya.

Abel merebut sapu tangan dari  adiknya itu kasar dan mengelap wajahnya sendiri.

"Kenapa bisa gagal?" Suara dingin yang mengalun rendah itu membekukan udara diruangan itu sejenak.

"..."

"Daddy tidak pernah tau kalau kalian bisu...jawab aku Abeliano alexander." Dominic memanggil putra keduanya dengan tegas.

Abel menghela nafas jika ayahnya sudah memanggilnya dengan nama lengkap maka artinya ia sedang serius. "Aku rasa ada orang dalam diantara kita..." Abel memulai pembicaraan.

"Orang dalam, Apa maksudmu?" Dominic menompang dagu. Sambil menunggu penjelasan sang putra.

"Daddy tau sendiri Alexander jarang dikalahkan dan asal Daddy tau para penghianat itu membawa pasukan. Aku rasa memang ada orang yang membocorkan informasi tentang penyerangan kita." Abel kembali menjelaskan, kali ini Abel memandang Daddynya datar.

"Membawa pasukan? Wah, ku rasa mereka ingin main-main denganku! Haha Deon kau dengar itu?!"

"Yes master."

"Selidiki!"

"Baik." Deon menunduk dan pamit pergi ia punya tugas baru sekarang.

"Aku benar-benar tidak suka adanya lalat asing."

Dominic berdiri dari tempat duduknya. " Sekarang apa yang harus ku lakukan dengan kalian Boy?!" itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan yang mengarah ke hal lain. Dominic membuka ikat pinggangnya, kemudian menyabetkannya kelantai.

Abel dan Ace diam, tanpa banyak bicara mereka berdua duduk berjongkok lalu tak lama kemudian merasakan  punggungnya panas karena sabetan benda berbahan kulit itu.

Ctarrr. Dominic memukul punggung putranya tanpa belas kasihan.

Abel dan Ace menggertakan giginya sembari mencengkram erat buku-buku jari tangan. Tak ada ringisan karena mereka mengakui jika mereka salah.

Gagal dalam misi merupakan suatu hal yang memalukan apalagi alexander terkenal dengan ketidaksukaannya pada kekalahan.
.
.
.
.
.
Dominic menghempaskan sabuknya ke lantai setelah dirasa cukup menghukum kedua putranya. "Lain kali jangan diulangi lagi," ucapnya sembari duduk kembali di kursi kebesarannya.

Kedua putranya kemudian berdiri, Abel juga membantu adiknya untuk berdiri.

"Akhhkk, rasa sakitnya lumayan walau tidak separah tulang yang patah. Aku pikir akan kehilangan jari-jariku. Daddy baik sekali hari ini."  Ace berkata sedikit menyindir.

Dominic melotot sembari tersenyum remeh. "Kau ingin Daddy menambah hukumanmu. hm."

"Tidak terimakasih," jawab Ace cepat.

Mereka berdua berjalan keluar ruangan. Sebelum menutup pintu Abel melirik ke arah sang ayah. "Daddy aku minta kau benar-benar menyelidikinya. Jangan ada yang terlewat."

BONNIEWhere stories live. Discover now