16. Ketegangan

12.6K 1.2K 35
                                    

Holaaaa!

Tekan Bintang dulu yuk terimakasih! (っ˘з(˘⌣˘ )

#Note : Huruf miring flashback.
.
.
.
.
.
Dominic yang mengetahui bahwa putranya sedikit ketakutan lantas mengerti dan menyembunyikan balita itu di balik tubuhnya.

"Siapa ia Dominic?"

"Putraku..."

"Wah aku tidak mengetahui bahwa kau memiliki putra baru. Ternyata yang dibilang Miranda itu benar." Kakek tua itu tersenyum namun matanya memandang tajam ke arah balita laki-laki yang menyembunyikan badan gempalnya di antara kaki-kaki Dominic.

Max berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya dengan balita itu. " Maxi diatas sana pasti senang punya cucu barukan? Hei perkenalkan dirimu." Max ingin menyentuh rambut lebat Bonnie. Sebelum perkataan Dominic menghentikannya.

"Jangan menyentuhnya..."

"Haha, diakan cucuku walau hanya anak angkat--" Max kembali berdiri dia menekankan kalimat akhir. "Ahh cuaca hari ini sangat cerah bukan begitu Lim.." Pria itu berbicara pada asistennya.

"Benar tuan..." Pria yang dipanggil Lim itu menunduk kemudian mengangguk, membenarkan perkataan tuannya.

Max lantas melangkah meninggalkan Dominic, sebelum sebuah suara menghentikannya. "Paman aku dan Devan sangat menghormatimu sebagai pamanku..." Kata-kata yang nampak sederhana namun tersirat ungkapan lebih, dalam setiap kalimatnya.

"Tentu..." Max kembali melangkah diikuti Lim yang memberi hormat pada Dominic. Sesekali mata pria itu mencuri pandang ke arah Bonnie yang memandangnya polos. Lim tersenyum ke arah bocah gembil itu, sebelum mengikuti setiap langkah Max.

'Anak harimau yang aku besarkan sudah mulai berani menentangku. Cih.'

Bonnie memandang sang ayah yang nampak menahan amarah. Dari bawah sini wajah Dominic memang tidak kelihatan jelas namun kepalan tangan disisi kanan dan kiri tubuhnya menandakan bahwa Dominic menahan sesuatu. Bonnie menggenggam tangan yang melengkung itu dengan jemari gembulnya. Balita itupun tersenyum ke arah Dominic seakan menghiburnya.

Dominic yang merasa tangannya digenggam oleh jemari mungil nan lembut itu lantas menundukan pandangan. Wajah Bonnie yang tersenyumlah menjadi pemandangan pertama yang ia saksikan.

Dominic dengan penuh cinta menggendong Bonnie dan menghirup aromanya dengan rakus. Bonnie menggelus punggung sang ayah lembut. Entahlah ia hanya bertindak secara naluri.
.
.
.
.
Malamnya Deon masuk ke ruangan kerja Dominic. "Ini document yang anda minta Master." Deon menyerahkan document ke arah masternya itu.

Dominic membuka document itu sebelum membacanya. Disana tertulis cv putra bungsunya termasuk panti asuhan yang sengaja Dominic palsukan. Iya Dominic benar-benar memalsukan semuanya, termasuk dengan panti asuhan itu karena ia yakin pamanya Max sudah mencari tahu terlebih dahulu makannya ia tahu Bonnie bukanlah putra kandungnya.

Identitas asli Bonnie sangat sulit dilacak, apa putranya itu tidak lahir dinegara ini? hingga Dominic berusaha memalsukan semuanya agar tidak menimbulkan kecurigaan. Dominic yakin bahwa data yang berhasil pamannya lihat juga adalah data yang berada ditangannya, data yang sengaja ia palsukan.

Abel bahkan dengan sengaja sudah membakar rumah kosong tempat ia dan Ace menemukan putra bungsunya itu. Untuk apalagi jika bukan menghilangkan jejak.

"Pemberontakan yang dilakukan mantan para bawahanku tiga tahun lalu mungkin juga berhubungan dengan pamanku... sayangnya mereka tidak mau membuka mulut walaupun aku sudah menyiksa bahkan membunuh mereka," ia berguman.

BONNIEDär berättelser lever. Upptäck nu