10. Keluhan

17.1K 1.4K 50
                                    

Holla!

I ∟OⅤ∈ Υ〇∪.....φ(。・ω・。 )

Supaya penulis makin happy♡ sebelum membaca tekan bintang dulu yukkk (っ˘з(˘⌣˘ )
.
.
.
.
Elmer masuk dengan raut wajah buruk diikuti oleh anak-anak Dominic yang lain Abel dan Ace.

Melihat kakak-kakaknya masuk, si gembul yang sedang diobati oleh Devan makin menjerit.

"kakakk--Huwaa catitt huwaa." Bonnie merentangan tangan meminta gendong. Elmer dengan sigap menggendong adiknya, Ace dan Abel memandang sang kakak sinis. Bisa-bisanya mereka keduluan.

Elmer meniup pergelangan yang memerah itu dengan pelan. "Sebentar lagi sakitnya akan hilang." Elmer menenangkan.

"Onty penyihil jahat hiks, dia cengklam tangan Bonbon campai melah." Bocah gembul itu sibuk mengadu. Ace yang tidak tahan lantas mengambil Bonnie dari tangan kakaknya Elmer.

Pemuda tampan itu dengan cepat kabur. Abel dan Elmer melotot ke arah sang adik yang membawa Bonnie kabur.

Abel kemudian mengalihkan padangan ke arah sang ayah. "Apa yang terjadi daddy?!" ujar Abel sambil memandang Dominic meminta penjelasan.

"Wanita itu datang lagi--," Dominic menghela nafas namun Abel tau ayahnya sedang menahan amarah.

"Kenapa kita tak membunuhnya saja?" Timpal Elmer enteng. "Dengan begitu daddy akan terbebas dengannya."

"Tidak semudah itu, selama paman kalian ada dibelakangnya daddy tidak bisa berbuat seenaknya pada wanita itu."

"Ahh orang bau tanah itu lagi, kenapa ia tidak cepat mati saja." Elmer mengeluh. Sedangkan Abel hanya diam dengan tatapan rumit.

.
.
.
.
Ace membawa Bonnie ke taman mansion mereka. Ace memperlihatkan banyaknya bintang malam agar bocah gembul itu lupa akan sakitnya,

"Uwahh, langitnya baguc cekali," ujar Bonnie benar saja balita itu sepenuhnya melupakan tanganya yang sakit.

Ace menghapus sisa air mata di pipi gembul itu. "Pintar, jangan menangis lagi okay--"

"Um--."Balita itu mengangguk patuh, mata bulat Bonnie tidak sengaja melihat pergelangan sang kakak yang sedang mengusap bekas air mata dipipinya.

Disana terdapat bekas luka memerah sama sepertinya namun milik Ace sedikit lebih parah. "Melah cepelti punak Bonbon. Apakah cakit?" Tanyanya.

"Sakit tapi kakak tidak menangis karena kakak laki-laki." Ace berujar sedikit membanggakan dirinya.

"Uwahh, kakak kelenn! kalau cepelti itu Bonbon tidak mau nangic lagi." Bonnie mengusap mata sembapnya.

"Baguss! laki-laki harus berani kau tau. Kalau ada yang melukaimu maka pukul balik" Ace kemudian mencium pipi Bonnie gemas.

Bonnie mengarahkan jempol gembulnya pada Ace. "Oke! Bonbon akan ingat."
.
.
.
.
.
Ace kembali ke dalam mansion 30 menit kemudian, sebenarnya Ace enggan membawa buntalan imut itu masuk kedalam, Ace malas yang namanya berbagi. Namun Bonnie merengek ingin masuk sebab diluar banyak nyamuk.

'Nanti namuk demam beldalah gigit Bonbon cama kakak.' Ace tertawa geli mendengar itu padahal mansion Alexander termasuk bersih dari larva nyamuk karena Dominic rajin memanggil petugas kebersihan.

"Daddy!" Bonnie merentangkan tangan ke arah Dominic ketika sampai didalam namun segera dihalangi oleh putra-putranya.

Dominic menghela nafas beginilah kalau tidak sengaja melukai sesuatu yang dianggap milik mereka.

"Ih kakak Bonbon mau daddy--,"ujarnya setengah merengek.

"Tidak boleh!" jawab mereka bertiga kompak.

Balita itu cemberut namun sedetik kemudian Bonnie tersenyum ia tau cara memberi tahu daddynya tentang hal keren.

BONNIEWhere stories live. Discover now