Eps. 33. Remains the same

15 3 0
                                    



15 bulan kemudian

tepatnya 1 tahun 3 bulan telah berlalu, Arvin dan kawan-kawan telah berlatih hampir 2 tahun di pulau itu. Tentunya kekuatan mereka meningkat jauh dari sebelumnya, bukan hanya Arvin, bahkan Jun dan Willy sekarang juga memiliki kekuatan yang setara dengan paman Sang.

kekuatan Arvin? jangan ditanya. Diumurnya yang masih sangat muda, Arvin bisa menguasai seluruh kekuatan api, bahkan ia juga bisa menciptakan jurus baru.

sungguh kekuatan Arvin sangat tak terkalahkan sekarang, ia gesit dan kuat. Dengan kekuatan mereka saat ini, Arvin, Jun, dan Willy serta paman, sangat yakin mereka bisa mengalahkan seluruh pasukan kerajaan air termasuk si raja.

"Sekarang.. tak ada yang bisa kami ajarkan kepada kalian lagi" ucap paman Rafi. Ia adalah orang yang menyambut mereka sejak kedatangan mereka, melatih mereka, dan menyiapkan kebutuhan mereka sejak mereka datang.

"Mungkin kalian bisa segera menyusun rencana untuk menyerang kerajaan air" lanjutnya memberi saran.

"Apa paman Rafi akan ikut kita menyerang kerajaan air?" tanya Arvin.

Rafi menggeleng. "Kehilangan putriku sungguh membuatku trauma dengan perang.. maafkan paman, paman tidak bisa membantu kalian"

"Tolong balaskan dendam paman selama ini Arvin" lanjut paman Rafi.

"Aku akan berusaha paman.."

"Mulai hari ini, kita susun rencana bagaimana strategi kita menyerang kerajaan air" kata paman Sang dengan semangat.

***

Brug! Brug!

"Uhuk!"

"Huh.. lega rasanya setelah memukulimu" Glen mengambil sapu tangannya lalu membersihkan darah-darah yang tersisa di tangannya.

Bruk!

pintu itu tertutup setelah Glen keluar dari ruangan itu. Kegelapan kembali mendominasi di ruangan itu, hanya satu cahaya dari lampu yang sudah redup.

 Kegelapan kembali mendominasi di ruangan itu, hanya satu cahaya dari lampu yang sudah redup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jian menghela napasnya panjang, memegangi perutnya yang masih terasa nyeri karena dipukuli.

rasa mual datang menghampirinya, Jian buru-buru berlari ke kamar mandi dan muntah. Namun bukan isi perutnya yang keluar tapi darah, Jian memuntahkan darah itu hingga dia merasa lega.

"Huh.." ia terduduk di lantai kamar mandi dan menyandarkan punggungnya ke dinding.

ini bukan pertama kalinya untuk Jian, berkali-kali Jian diperlakukan seperti ini, diperlakukan seperti pelampiasan emosi kakak dan ayahnya, padahal ia sama sekali tak membuat kesalahan.

semua memar di tubuh Jian menjadi bukti bahwa itu terjadi padanya. Tapi.. siapa peduli? tak ada yang peduli.

wanita itu hanya bisa terus hidup dan berharap ada yang menolongnya dari neraka ini.

'Kapan hari itu tiba?' batinnya.

sungguh pilu melihat wanita itu sesakit ini sekarang, namun hanya dia yang tau seberapa sakit rasa sakit itu sekarang.

Jian masih menunggu kedatangan Arvin, setelah sekian lama.. ia tetap menunggunya. Bagaimanapun, Arvin sudah pernah berjanji pada Jian akan tetap bersamanya sampai kapan pun.

 Bagaimanapun, Arvin sudah pernah berjanji pada Jian akan tetap bersamanya sampai kapan pun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***

"Semuanya sudah siap?"

"Sudah paman, tinggal persediaan makanan lagi" jawab Jun.

"Baiklah"

"Paman" panggil Arvin membuat paman Rafi menoleh.

"Hm? ada apa?"

"Em.. aku hanya ingin berterima kasih sama paman"

"Ah kamu ini.." paman Rafi tersenyum malu.

"Tidak perlu seperti itu Arvin.. lain kali kamu bisa datang lagi kesini"

"Ketika kamu butuh bantuan atau rindu dengan suasana disini.. kamu bisa datang kapan saja, kami pasti akan menyambutmu dengan baik" lanjut paman Rafi sambil menepuk pundak Arvin.

"Terima kasih banyak paman.."

"ARVIN! AYO!" teriak Willy memanggilnya.

"Iya!"

"Aku pergi dulu paman"

"Ya.. pergilah.."

Arvin berlari naik ke kapal mereka, tak lupa mereka semua melambaikan tangan pada penduduk kerajaan es, menyampaikan salam perpisahan.

"Hampir 2 tahun kita berlatih dan akhirnya kita bisa sampai di titik ini"

"Kerja bagus semuanya.. kalian murid paman yang paling paman banggakan" paman Sang tersenyum lebar.

"Paman yakin rencana kita akan berhasil! Valden akan kalah kali ini.."

"Itu pasti paman, apalagi kekuatan Arvin sudah tak terkalahkan sekarang" ucap Willy.

Arvin tersenyum mendengar pujian itu. "Kalian pun sudah hebat sekarang.. aku tidak akan sehebat ini jika tidak ada kalian" sahabatnya juga menjadi faktor utama bagaimana kekuatan Arvin terus berkembang pesat setiap harinya.

"Padahal dulu.. kau sama sekali tak punya kekuatan saat pertama kali datang ke rumah paman hahaha.." Jun tertawa.

"Siapa yang sangka Arvin akan melambung kekuatan kalian?" mereka tertawa bersama mendengar ucapan paman.

"Kira-kira.. dimana Jian sekarang?" pertanyaan Willy seketika membuat suasana menjadi dingin dan hening.

Arvin beranjak pergi darisana tanpa sekata patah pun. Jun menatap Willy dengan tatapan tajam setelah Arvin jauh dari mereka. "Apa? aku hanya bertanya.."

"Ya, jangan bahas Jian lagi.. kamu tau Arvin masih marah kalau berkaitan dengan wanita itu"

.
.
.
.
.

Janji Where stories live. Discover now