Eps. 35. Final attack

10 3 0
                                    



tidak pakai basa-basi Arvin langsung mengebaskan energi dari pedang apinya kearah Valden.

Duar!!

ledakan besar terjadi karena serangan Arvin ditangkis oleh Valden. Karena serangan itu, Valden sedikit terdorong mundur dan ia menyadari kekuatan Arvin sudah sangat meningkat sekarang.

"Boleh juga.." gumam Valden menatap tajam Arvin.

Valden maju dengan kecepatan kilatnya menuju Arvin dan langsung menyerangnya dari belakang, tak kalah cepat Arvin juga langsung menangkis serangan itu.

Sing! Sing!

Byur!! Syur!!

Sing! Sing!

"Sial.." akhirnya serangan Arvin mengenai Valden setelah sekian lama mereka bertarung, pedang Arvin mengenai lengan kanan dari Valden.

"Brengsek kau! Hiakk!!" teriak Glen berlari maju melawan Arvin.

Sret!

satu hembasan pedang dan Glen terkapar di lantai.

Bruk!

Arvin menginjak Glen tepat di dadanya. "Orang sepertimu seharusnya tak pantas menjadi putra mahkota"

"Uhuk!" saking kencangnya injakkan Arvin sampai membuat Glen kesulitan bernapas.

"Pangeran manja" lanjut Arvin.

Drug!

"Menjauh dari putraku bajingan!" serangan Valden kali ini berhasil membuat Arvin terhempas namun ia sama sekali tak terluka.

Valden berlari keluar istana, entah apa yang ingin dia perbuat, tapi Valden sudah tak bisa kabur lagi. Semua akses keluar sudah di tutup oleh Jun dan Willy saat Arvin dan Valden sibuk berperang.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Jun memegang pundak sahabatnya itu.

Arvin mengangguk. "Ayo kejar dia" Arvin berlari keluar istana diikuti dengan Jun dan Willy. Jangan khawatir tentang paman Sang, Willy sudah mengecek keadaan beliau tadi.

sesampainya mereka diluar istana, disana Valden sudah bersiap dengan 50 pasukan dibelakangnya. Merasa akan menang, Valden tersenyum sumeringah.

Arvin menghela napasnya. "kukira dia kabur.." bisik Jun.

"Kita lihat apa kekuatan apimu itu masih bisa melawanku kali ini!"

Valden mengangkat kedua tangannya keatas dan mengeluarkan sebuah jurus. "HUAAA!!"

"Apa yang dia lakukan?" tanya Willy, mereka bertiga bingung dengan apa yang sedang Valden lakukan.

perlahan-lahan langit malam menjadi semakin gelap dan angin berhembus kuat, Valden masih terus mengangkat tangannya dan membaca sebuah mantra. Bunyi guntur mulai terdengar dan..

Tik..

setetes air hujan jatuh mengenai tangan Arvin dan diikuti dengan tetesan-tetesan lainnya. Hujan deras disertai petir turun membasahi mereka, Valden tertawa keras dengan hasil dari kekuatannya.

"Hujan.. bagaimana ini?" bisik Jun masih bisa di dengar Arvin dan Willy.

"Tenang, kekuatanku masih bisa bertahan walaupun terkena air. Kalian berdua serang pasukannya, aku akan serang Valden, setelah selesai dengan pasukan-pasukan itu, tolong bantu aku" bisik Arvin memberi arahan.

Jun dan Willy mengangguk. "Baiklah"

kini ketiga bersiap mengumpulkan sebanyak-banyak mungkin energi untuk puncak peperangan ini.

"Apimu akan padam dengan hujan ku.. HAHAHAHA.." Valden tertawa puas.

"Terlalu lemah untuk kalah di awal, aku tidak akan kalah darimu sekarang" ucap Arvin ingin mengulur waktu.

"Arvin.. kau sama seperti ayahmu, sombong! dia pikir dia bisa mengalahkanku.. tapi apa kenyataannya?"

"Dia mati di tanganku.." lanjut Valden.

"Kau salah, aku tidak seperti ayahku.. aku tidak akan mati di tanganmu, sebaliknya.."

"Kau akan mati di tanganku" lanjut Arvin.

mata Arvin kembali berubah menjadi merah dan membuat suasana malam itu semakin mencekam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


mata Arvin kembali berubah menjadi merah dan membuat suasana malam itu semakin mencekam.

"SIALAN KAU! SERANG SEKARANG!!!" teriak Valden, para prajurit langsung berlari dan mulai menyerang Arvin, Jun, dan Willy. Bertepatan dengan itu, energi ketiganya sudah terisi penuh dan siap untuk bertarung.

"Good luck.." bisik Arvin.

"AAAA!!"

perang itu dimulai, 3 lawan 51 orang.

Sing! Sing!

DUARR!!

Sing! Sing!

Prang!!

Arvin melaju dengan cepat menebas siapa pun yang menghalangi jalannya menuju ke Valden. 5 menit Arvin melawan pasukan itu dan akhirnya sampai ke pertarungan yang sesungguhnya.

"Ku pikir kau kabur" kata Arvin tersenyum sinis.

Valden berdiri dari duduknya. "Hanya orang lemah yang kabur darimu"

Valden memakai kecepatan kilatnya menuju kearah Arvin dan langsung mengayunkan pedangnya.

Ting!

Ting!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Janji Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang