Eps. 64. Just see you

5 2 0
                                    



HAPPY READING ;)

Arvin dan Alana berjalan dalam keheningan, tak ada pembicaraan setelah kejadian itu. "Dia siapa?" tanya Alana agak ragu-ragu.

"Siapa?"

"Wanita tadi.. aku hanya penasaran dia siapa"

"Bukan siapa-siapa" jawab Arvin dengan dingin membuat Alana enggan bertanya lagi.

namun dengan jawaban Arvin yang seperti itu justru membuat Alana semakin penasaran, ia ingin mencari tahu lebih dalam lagi tentang wanita yang ia lihat tadi.

"Oh ya.. paman bilang kamu akan tinggal lebih lama disini.." kata Arvin.

Alana mengangguk. "Aku sedikit kesepian sejak kamu kembali kesini, jadi aku putuskan untuk mencari teman disini.."

"Kesepian? hm.." Arvin tersenyum smirk.

"Ya mungkin karena kita seumuran, aku jadi lebih cepat dekat denganmu dari yang lain.. aku tidak punya banyak teman sampai kamu datang di pulau es" Arvin tertawa kecil mendengar itu.

"Aku jadi penasaran bagaimana kehidupanmu sebelum akhirnya kamu terdampar ke pulau es" gumam Arvin masih bisa dengar.

"Aku juga penasaran.." nyatanya setelah tersadar dari pingsannya, Alana terbangun dengan ingatannya yang juga ikut menghilang, namanya yang sekarang pun diberikan oleh paman Rafi.

"Jadi aku bolehkan tinggal disini?"

"Tentu saja"

***

"Jian, kudengar mereka memarahimu lagi.. kau tidak apa-apa?" tanya Willy langsung tanpa basa-basi.

"Hm? aku tidak apa-apa, terima kasih"

"Lalu kalau tidak apa-apa, kenapa melamun seperti itu? tidak baik untuk ibu hamil asal kau tahu" sebelum Willy datang menghampirinya, Jian memang sedang melamun menatap jendela dengan tatapan kosong.

"Apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Jian meminta permisi kepada Willy walaupun hanya sekedar bertanya.

"Tanya saja, ada apa?"

"Siapa wanita yang baru saja datang itu?"

"Si-siapa?"

"Aku melihat Arvin dan wanita itu berjalan bersama mengelilingi istana beberapa kali hari ini.. aku hanya penasaran, tidak apa-apa jika kau tidak ingin memberitahuku" Jian menundukkan kepalanya, jelas sekali bahwa wanita itu cemburu.

Willy berpikir sejenak kemudian menggelengkan kepalanya. "Bukannya aku tidak mau memberitahumu, tapi aku benar-benar tak tahu itu siapa.. aku belum sempat berkenalan dengannya"

"Kelihatannya mereka dekat?"

"Siapa? Arvin dan wanita itu?" tanya Willy memastikan.

Jian mengangguk pelan, sementara Willy menghela napasnya tak percaya dengan wanita disampingnya ini. "Kenapa kau masih terus mencintai pria bajingan itu? dia selalu menyiksamu, kau tidak ingat dia ingin membunuh janin mu itu?"

Willy tak menggunakan suaranya dengan lancang, ia takut semua orang akan mengetahui kedekatannya dengan Jian sekarang ini.

Jian menatap Willy dengan tatapannya yang sangat serius. "Aku membencinya, aku gila jika tidak membencinya.."

"Tapi.. seberapa besar rasa benciku, akan tetap lebih besar rasa cintaku"

"Itu sudah menjadi kebiasaan bagiku, aku tidak bisa lepas darinya" lanjut Jian tersenyum kecil.

"Berhentilah, pria itu bahkan tidak pernah berpikir tentangmu lagi" ucap Willy degan tegas.

"Didunia ini tidak semua hal berjalan sesuai keinginanmu Wil.. aku tidak meminta lebih, aku hanya ingin melihatnya dari jauh.."

Willy menyeka air matanya yang keluar begitu saja, pria itu sama sekali tak menyangka Jian akan sesetia itu pada Arvin setelah melihat apa yang telah Arvin lakukan padanya.

"Masuklah ke dalam kamarmu, cuacanya semakin dingin" Willy berdekhem kecil kemudian melangkahkan kakinya pergi dari sana.

cuacanya memang sudah semakin dingin, mengingat hampir menyentuh akhir tahun. Semakin hari, cuacanya semakin dingin, berada di dalam ruangan tertutup akan membuat semua orang hangat. Namun tidak dengan Jian, rasa dingin tetap menusuknya diluar maupun didalam ruangan, itu karena kamarnya tak memiliki penghangat dan jendela yang tak bisa ditutup.

2 tahun tinggal di kamar itu membuat Jian merasa terbiasa dengan cuaca dingin yang menyerangnya setiap musim dingin tiba. Namun kali ini sedikit berbeda, Jian melemah.. ia benar-benar mengkhawatirkan bayi yang berada didalam perutnya.

Ia terus mengelus-ngelus perutnya agar hangat, dibantu dengan selimut tipis yang menyelimuti tubuhnya.

walaupun melewati setiap malam yang sulit karena kedinginan. Jian tetap bisa membuat dirinya sendiri merasa hangat, energinya muncul begitu saja membuat seisi ruangannya hangat.

.
.
.
.
.
.

Janji Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang