Part 12

352 53 35
                                    

Sudah 3 minggu sejak krist membawa singto ke rumahnya, akhirnya hari ini krist bisa membawa singto ke atas altar untuk mengucapkan janji suci pernikahan.

Setelah mengucapkan janji suci pernikahan, krist memegang tangan singto dan membuka kotak cincin yang sudah di siapkannya.

Hanya ada satu cincin disana karna krist tak mampu membeli dua cincin, bukankah yang terpenting singto memakai cincin? Sebenarnya krist bisa membeli 2 cincin, tapi cincin dengan harga yang lebih murah, karna menurut krist dia tak begitu perlu memakai cincin itu sebabnya dia hanya membeli satu cincin namun dengan harga yang sedikit lebih mahal.

"Ini tak hutang 'kan krist?" Lirih singto saat melihat cincin yang baru saja krist sematkan di jari manisnya.

Singto jelas tahu dengan cincin yang di berikan oleh krist, itu sangat mahal, merk dari brand yang cukup terkenal.

"Aku tak mungkin hutang untuk ini 'kan?" Bisik krist.

Krist mencium punggung tangan singto kemudian beralih mengecup bibirnya singkat.

Sekarang krist dan singto resmi menjadi pasangan yang sah. Pernikahan mereka hanya di hadiri oleh kedua orang tua singto. Ya, bahkan tantenya sendiri tak krist undang namun krist mengatakan pada tantenya jika dia akan menikah.

Krist tentu menceritakan semuanya, dari singto yang sedang hamil, hubungan mereka tak di restui kedua orang tua singto dan papa singto yang melarang krist mengundang siapapun, jadi tante krist mengerti akan hal itu.

"Ayo pulang, ma" ucap tuan edward setelah melihat krist dan singto menikah.

Tanpa menyapa anak dan menantunya lebih dulu, kedua orang tua singto langsung pergi dari sana. Singto menatap sedih pada mama dan papanya, singto tahu, kedua orang tuanya kecewa bukan karna dia hamil di luar nikah, tapi karna krist pria yang menghamilinya, jika bukan krist, orang tua singto tak akan bersikap seperti itu.

Sekarang mereka sudah menikah, krist juga akan membawa singto pindah keluar kota, tentunya kota yang jauh dari kota mereka sekarang agar tak ada yang melihat jika singto sedang hamil, bukankah itu permintaan tuan edward kemarin.

"Ayo pergi" ucap krist sembari menggandeng tangan singto.

Singto mengangguk, mereka berjalan keluar dari gereja, pulang menggunakan motor krist.


***
"Bisakah kamu membantu ku membereskan pakaian kita?" Tanya krist.

Saat ini mereka sudah berada di rumah krist.

"Kenapa?" Tanya singto.

"Ini bukan rumah ku lagi, aku sudah menjualnya, bukankah papa mu meminta agar aku membawa mu sejauh mungkin dari kota ini? Itu sebabnya aku menjual rumah ini agar aku punya uang untuk menyewa rumah di kota lain" ucap krist.

Singto menangis mendengar ucapan krist, kenapa papanya sejahat itu? Apa dia benar-benar di buang sekarang?

"Jangan menangis, kita bisa memulai hidup baru di kota lain, hanya ada aku, kamu dan calon anak kita" ucap krist.

"Maafkan aku, krist... Hikss... Maafkan papa juga" ucap singto sambil memeluk tubuh krist.

"Tidak, tidak. Aku tak marah pada mu atau papa mu, bukankah ini memang tanggung jawab ku?"

"Sejujurnya aku membelikan mu cincin dari semua uang gaji ku di restoran dan sebagian hasil penjualan tanah dan rumah ini, aku tentu akan memberikan yang terbaik untuk mu di hari pernikahan kita 'kan?" Ucap krist sambil tersenyum.

"Terima kasih sudah mencoba untuk memberikan yang terbaik untuk ku" ucap singto.

"Ayo kemasi pakaian kita" ucap krist.

Krist memang menjual rumah beserta isinya, jadi dia pergi hanya membawa pakaian miliknya dan singto sekarang.

"Kemana kita akan pergi?" Tanya singto.

"Kota X? Itu dekat dengan kota tempat tante ku tinggal, aku bisa lebih mudah mengunjungi tante ku nanti" ucap krist.

"Apa kamu sudah menceritakan pada tante mu tentang kita?" Tanya singto.

"Tentu, jangan khawatir" ucap krist.

Setelah membereskan pakaian mereka, kini krist dan singto siap untuk pergi.

Orang yang membeli rumah krist datang ke rumah Krist, krist mendatangani surat-surat penting petanda jika rumah itu sudah di ambil alih oleh orang baru agar kedepannya tak ada masalah.

Setelah mengurus surat-surat rumah dan tanah, akhirnya taxi yang di pesan krist tiba.

Krist memasukan 3 koper berisi pakaiannya dan singto, lalu membukakan pintu mobil untuk singto.

"Bagaimana dengan motormu?" Tanya singto.

"Aku sudah menjual itu. Jangan khawatir, aku akan membeli motor baru disana, bukankah akan sulit jika kita membawa motor?" Ucap krist.

"Ya" ucap singto.

Taxi mulai berjalan pergi dari sana, krist menatap rumahnya sekali lagi.

"Maafkan aku, bu. Aku berjanji, jika aku sukses nanti, aku akan membeli rumah itu lagi" lirih krist dalam hatinya.

Tanpa sadar setetes air mata mengalir membasahi pipi krist, dia harus meninggalkan rumah kenangannya bersama ibunya, sejujurnya krist sangat sedih, tapi jika dia tak melakukan itu, krist tak akan punya uang untuk memulai hidup baru di kota lain bersama singto.

Singto menyandarkan kepalanya di pundak krist sehingga membuat krist tersadar dari lamunannya, krist menghapus air matanya sebelum singto melihat itu, dia mengusap rambut singto dengan lembut seakan tengah menenangkan singto, meyakinkan singto jika semuanya akan baik-baik saja. Krist juga menggenggam tangam singto, mengusap tangan tersebut dengan lembut, memainkan helaian jari-jari tangan singto.

"Tangan mu benar-benar lembut" ucap krist.

"Tangan mu kasar seperti batu" ucap singto.

Krist hanya terkekeh kecil menanggapinya.













Tbc.

You're Mine✓Where stories live. Discover now