Part 20

297 45 16
                                    

Pagi-pagi sekali krist sudah berangkat bekerja, dia meninggalkan singto yang masih tertidur pulas dengan tubuh polosnya.

Entah dia masih bisa bekerja di kafe Yada atau tidak setelah dia mengakui semuanya sekarang.

Langkah kaki krist terasa berat saat dia masuk ke dalam kafe dan kebetulan disana dia bertemu dengan Yada.

"Pagi, krist" sapa Yada.

"Yada, aku ingin mengatakan sesuatu padamu" ucap Krist.

"Huh, a-apa?" Tanya Yada bingung.

Biasanya jika pria mengatakan ingin membicarakan sesuatu padanya itu artinya pria itu ingin mengatakan cinta 'kan? Tunggu.. bukankah krist sudah mempunyai kekasih, Yada melihat tampang krist juga bukan seperti pria brengsek. Apa yang akan krist katakan padanya?

"Sebenarnya aku... Aku..."

"Kamu kenapa?" Tanya Yada.

"Aku... Aku ingin mengakui sesuatu" lirih krist.

"Katakan saja" ucap Yada dengan wajah yang bersemu merah. Entah kenapa jantung Yada berdebar kencang sekarang.

"Ternyata sudah jam 8, sebaiknya aku bekerja sekarang, nanti jam istirahat aku akan bicara dengan mu" ucap Krist.

Yada mengangguk sambil tersenyum malu, padahal belum jelas apa yang akan krist katakan tapi jantungnya sudah berdetak dengan sangat kencang sekarang.

Krist bekerja seperti biasa, mungkin hari ini akan menjadi hari terakhir dia bekerja di kafe Yada, krist akan menikmati menit-menit terakhir dia bekerja di sana, bercanda tawa dengan teman-temannya di kafe dan melayani pelanggan dengan sepenuh hati.

Menit demi menit berlalu, tak terasa sekarang sudah jam 11, teman-teman krist menyuruh agar krist beristirahat lebih dulu.

"Krist" ucap Yada yang kini menghampiri krist.

Yada sangat tidak sabar ingin mendengar apa yang akan di katakan oleh krist, itu sebabnya dia menghampiri krist lebih dulu.

"Apa yang ingin kamu katakan" tanya Yada.

"Aku ingin jujur padamu" ucap krist.

"Hmm" ucap Yada.

"Sebenarnya aku--"

"Leher mu merah" potong Yada saat melihat bekas kiss mark di leher putih krist yang di berikan oleh singto tadi malam.

"Huh, ya" ucap krist sembari mengusap lehernya.

"Kalian melakukannya lagi?" Tanya Yada.

"Ya" jawab krist singkat.

"Kemarin ku lihat kamu banyak terdiam, krist. Ku pikir kalian bertengkar" ucap Yada.

"Ya, kami memang sempat bertengkar" ucap krist.

"Dan semalam kalian sudah berbaikan?" Tanya Yada.

Krist hanya mengangguk malas, Yada terlalu ingin tahu urusannya.

"Oh" ucap Yada.

"Yada, dengarkan aku bicara" ucap Krist.

"Apa?" Ucap Yada.

"Aku ingin bicara jujur padamu" ucap krist.

"Katakan, krist" ucap Yada.

"Sebenarnya aku... Aku..."

"Apa kamu menyu--"

"Aku sudah menikah" ucap Krist.

"H-huh... K-kamu pasti berbohong kan?" Ucap Yada tak percaya.

"Pria yang bersama ku waktu itu di rumah sakit, itu suami ku, pria yang sering ku ceritakan padamu dan kamu anggap kekasih ku. Sebenarnya aku sudah menikah dengannya. Aku terpaksa berbohong agar kamu menerima aku bekerja disini, maafkan aku" ucap krist.

"H-huh... K-kamu benar-benar membohongi ku" lirih Yada, dia benar-benar kecewa mendengar itu.

Krist mengangguk, terlihat jika wajah Yada memerah seperti menahan tangis.

"Pergi dari sini!!" Ucap Yada.

Seperti dugaan krist, dia pasti di pecat. Yada pasti sangat kecewa padanya.

"Bisakah kamu tetap membiarkan aku bekerja disini? Setidaknya sampai suami ku melahirkan, ku mohon" ucap Yada.

"Tidak, krist!! Kamu membohongi ku selama ini! Apa susahnya bicarakan sejak awal!! Seharusnya kamu mengatakan semuanya sejak awal kita bertemu! Aku membenci mu sekarang!!" Ucap Yada kemudian ia langsung pergi dari sana meninggalkan Krist sendiri.

Beberapa pelanggan dan teman-teman krist menatap ke arah krist, mereka semua penasaran kenapa krist seperti bertengkar dengan bos mereka.

"Aku pamit" ucap Krist pada teman-temannya, lalu dia melangkahkan kakinya pergi dari Kafe.

Krist tak langsung pulang, dia mencari pekerjaan lebih dulu dengan mengelilingi kota. Berhenti di setiap Kafe dan restoran yang di temuinya, bahkan dia juga bertanya di setiap super market dan mini market yang di lihatnya namun semua sedang tak membutuhkan karyawan.

Tak terasa sekarang sudah jam 3 sore namun pencarian krist tak membuahkan hasil. Krist baru mengingat jika singto mungkin belum makan siang sekarang, dia langsung menjalankan motornya untuk pulang ke rumahnya.

Saat krist masuk ke rumah, dia di tatap tajam oleh singto.

"Jam berapa sekarang, krist!?" Ucap singto marah.

"Maaf, aku lupa. Apa kamu sudah makan?" Ucap krist.

"Apa yang bisa ku makan? Di dapur tak ada makanan, kamu tahu sendiri aku tak bisa memasak!! Kenapa kamu pulang jam segini? Biasanya kamu pulang jam 11!!" Ucap singto marah.

"Apa kamu pikir aku masih boleh bekerja di kafe Yada setelah mengakui semuanya? Aku mencari pekerjaan tadi hingga lupa waktu" ucap Krist.

"Kamu sudah bicara jujur padanya?" Ucap singto sambil tersenyum senang.

"Ya, dan hadiahnya aku di pecat" ucap krist.

"Setidaknya kamu sudah jujur, bukankah bagus jika dia memecatmu? Kamu tak perlu lagi bertemu wanita itu" ucap singto.

"Darimana aku mendapatkan uang setelah ini, sing?" Ucap krist.

"Uang bisa di cari nanti, krist! Jika kamu mencari pekerjaan baru pastikan jika bos tempat kamu bekerja wanita tua atau pria tua!" Ucap singto.

"Apa kamu tahu sulitnya mencari pekerjaan?" Ucap krist.

"Aku tak mau tahu, buatkan makan siang untuk ku, aku lapar, krist!" Ucap singto sembari menarik tangan krist membawanya ke dapur.

"Bantu aku" ucap krist.

"Aku benar-benar lapar dan tak ada tenaga untuk membantumu!" Ucap singto.

Krist hanya diam, dia mengeluarkan beberapa bahan masakan dari kulkas dan mulai mengolah semua itu menjadi makanan yang lezat.

"Setelah ini aku akan keluar mencari pekerjaan lagi" ucap krist.

"Kamu tak boleh pergi, aku ingin bersama mu!" Ucap singto.

"Tapi, sing" ucap krist.

"Apa kamu tak merindukan ku! Aku ingin memeluk mu, krist" ucap singto.

"Baiklah" ucap krist mengalah, besok dia bisa mencari pekerjaan lagi.

Setelah makan, krist dan singto duduk di ruang tengah, mereka menonton televisi dengan singto yang bergelayut manja di lengan krist, singto terus memeluk Krist sejak tadi seakan tak membiarkan krist menjauh sedikitpun darinya.

Tatapan Krist terfokus ke televisi, tangannya mengusap rambut singto tanpa henti, sedangkan pikirannya terbang jauh entah kemana, bagaimana jika mereka kehabisan uang sebelum dia mendapatkan pekerjaan nanti?














Tbc.

Komen dan vote, thanks.

You're Mine✓Where stories live. Discover now