Bricia 9🔮

31.6K 2.7K 193
                                    


H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮



●○●○●○●○











Tak tampak sama sekali raut wajah bahagia dari Bricia, diliriknya malas kala Romero diam anteng menonton televisi layar lebar didepan mereka saat ini.

Masalahnya, kenapa dia harus memeluk lengannya bak anak monyet sedari tadi?!
"Berhenti gelendotan bisa? Kalo nonton ya nonton aja gausah bawa-bawa gue! Dasar tukang ngadu!"

Cibir Bricia, beradanya dia disekitar radar anak setan ini karena perintah Bundanya, Tiara membujuk Bricia agar mau mengeloni Romero yang sedari tadi menangis tak mau diam.

Pria itu mencibikan bibir bawahnya dengan tangan mengeratkan pelukannya di lengan Bricia.
"Bricia kenapa selalu marah-marah kaya singa galak? Romero nakal banget ya sama kamu makannya Bricia gamau maafin."

Bricia menggigit geram kepalan tangannya sebelum menjawab.
"Kesabaran gue setipis tisu kalo sama lo, Asal lo tau aja. Gue benci kalo deket sama lo Romero karena lo yang bakal bunuh gue dimasa depan."

Benci? Kenapa mata Romero memanas mendengarnya? Merasakan tetesan cairan jatuh keatas paha Bricia, gadis itu dengan cepat mengangkat wajah Romero yang benar saja sudah kembali menangis, padahal wajahnya telah sembab sekali bak disengat tawon tadi.

"Astaga lo ko cengeng banget sih! Berhenti nangis nanti gue dimarahin Bunda!" ditangkupnya wajah Romero yang kini melipat bibirnya kedalam berusaha menahan isakan, senyuman geli Bricia timbul. "Lo kalo masih kecil gini kaya orang bener ya."

Bricia tak tau apa saja yang Bricia asli rasakan dulu, karena didalam Novel tokoh figuran ini muncul saat dimana Romero mulai mencintai Aira.

Usapan Bricia yang lembut membuat Romero memejam menikmatinya, Bricia mengerjap sadar dan segera menarik tangannya menjauh.

"Bricia jangan benci Romero... Gaboleh ngulang kata itu lagi... Disini... Sakit, Romero masih punya hati," tunjuk nya pada dada dengan polos, ia peluk tubuh hangat Bricia. "Jangan marah terus, jangan kasar juga. Rome udah minta maaf tapi Bricia gak mau maafin, sekarang Romero harus lakuin apa buat nebus kasalahan Romero."

Bricia berdecak mendorong mundur bahu Romero dan mencengkram nya kuat.
"Gue bakal ma'afin lo, tapi setelah ini lo jauh-jauh dari gue dan jangan ulangi kejahilan lo itu."

Mendengar itu sontak kepala Romero menggeleng hingga ia terperanjat kaget kala Bricia memukul meja dengan mata menajam.
"Jadi lo gamau?!"

"Engga gitu... Rome keberatan sama yang harus jauhin Bricia... Rome gabisa... Aku senang kalo deket Bricia," ungkapnya jujur lalu mendekatkan tubuhnya hingga membuat Bricia harus mundur seraya melotot. "Romero suka Bricia, kalo Bricia--?"

"Gue suka duit lo! Minggir!" sentak Bricia memutar malas bola matanya.

"Bricia jangan marah-marah nanti cepet tua," tunjuk nya menakut-nakuti.

Bricia mengangkat sebelah sudut bibirnya dengan tubuh bersandar pada Sofa, dia pikir Bricia akan percaya meski tubuhnya masih anak kecil?
"Dasar bocah."

Romero cemberut, ia mengambil snack diatas meja dengan kesal dan merajuk.
"Bricia cantik tapi galak, panggilnya singa cantik aja."

"Heh-heh! Ngomongin gue di denda seratus ribu!"

Tak jauh dari sana kedua pasutri yang sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya mengulas senyuman simpul.

"Aku rasa Romero sudah mulai berubah, pilihan kita tidak meleset untuk mengambil anak itu," ucap Tiara memeluk tubuh Demetrio.

Bricia's world (On going) Where stories live. Discover now