Bricia 18🔮

27.5K 2.4K 124
                                    

H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮




●○●○●○●○














Didalam kamar pribadinya, tak ada seorang pun yang tau jika di sebuah sudut lantai kamar tersebut adalah akses penyambung bagi sebuah ruang bawah tanah.

Romero, pria si pemilik semua itu tampak melangkah ringan menuju kesana, dengan tatapan dingin dan aura menggelap nya ia berjongkok menekuk satu kakinya ke lantai lantas membuka lantai keramik marmer dibawahanya, seketika terlihat tangga yang menyambungkan sebuah lorong dibawah tanah.

"Aku menyukai semua ini," lirihnya bernada disertai senyuman smirk yang menambah kadar mencekam dari wajah sempurna tersebut.

Tanpa kata lagi Romero meloncat turun lalu menutup kembali pintu lantai diatasnya, ia membuka kaos putihnya hingga menyisakan tubuh kekar dengan perut sixpack yang disinggahi keringat kemudian melemparkan nya asal kesamping.

Jika dilihat dari belakang akan tampak sebuah tato dengan lambang sayap malaikat namun dengan warna hitam di punggungnya yang selalu ia sembunyikan dari gadis kecilnya.

Romero berjalan sembari menyalakan rokok yang ia bawa, dibukanya pintu hijau tua didepan hingga terlihat ruangan minim cahaya yang dipenuhi berbagai foto-foto disemua dindingnya bahkan ada boneka seukuran manusia yang wajahnya ditempeli wajah dari si pemilik poto itu.

Disinilah tempat Romero melepaskan hasratnya, kemarahannya dan rasa rindunya yang mematikan pada sang gadis, gadis cantik ber netra hitam yang ia biarkan mendominasi hidupnya dari luar.

Setelah hembusan asap dari tembakau terakhir Romero membuang rokoknya dan menginjaknya sambil mendekati ranjang disana, diraihnya boneka itu.

"Bricia ku sangat sempurna... Aku tidak ingin kehilangan mu lagi... Jangan meninggalkan ku mereka jahat, dan sekarang para hama itu ingin merebut milikku? Nyawa mereka bisa terancam jika berani melakukan hal tersebut," bisiknya mendesis pelan dengan mengecup foto wajah cantik Bricia yang ditempelkan diatas wajah boneka itu.

Romero memeluknya erat bahkan itu tak seperti pelukan tapi rematan sebelum akhirnya ia berdiri membuang boneka tersebut ke lantai.
"Kau tidak nyata, aku menginginkan Bricia ku yang asli, mengurungnya disini dan menghabiskan waktu bersama hanya dengan memandangi pemandangan indah diruangan yang kubuat khusus untuknya."

Romero melangkah menuju nakas dimana terdapat tiga tangkai mawar putih, dengan senyum mengembang yang terlihat menyeramkan ia remat duri tajam dari tangkai tersebut.

"Tetes darah yang jatuh telah menjadi saksi betapa aku mencintaimu, ini belum saatnya untuk menunjukkan perasaan menggebu itu, aku takut dia mengambil alih tubuhku dan melakukan hal yang sangat gila padamu, tidak. Kutukan ini tidak boleh pergi. Karena dengannya aku bisa terus bersamamu dan melindungi mu."

Satu tetes darah jatuh keatas kelopak mawar putih disusul tetesan lainnya hingga menodai warna yang bersih tersebut, Romero meraih dan mencium wanginya dengan rakus.

Semua orang nyata, tapi tidak dengan Romero.

Ia meremat rambutnya kala rasa pusing kembali menghantam kepala pria itu, mimpi yang selalu menghantuinya hanya akan hilang jika dia tidur dalam pelukan hangat Bricia.

"Aaarrghh..." ia menggeram dalam merasakan sakit teramat sangat sampai harus terduduk meremat rambut basah oleh keringatnya dengan kedua tangan.

"Romero?!"

Panggilan gadisnya membuat mata Romero terbuka lebar sampai menoleh kebelakang disaat berbarengan rasa sakit itu hilang begitu saja, Romero berdiri sempoyongan lalu menggelengkan kepalanya mengusir rasa pusing itu.

Bricia's world (On going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang