Bricia 22🔮

21K 2K 273
                                    

H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮

●○●○●○●○












Dikediaman keluarga besar Mahatma pagi ini, Sarah sebagai Nyonya keluarga itu tampak mengantarkan suaminya kedepan pintu yang dijaga oleh beberapa bodyguard.

"Dimana Arthur?" tanya Jefferson menerima sodoran tasnya dan memberikannya pada sang asisten disebelah, "Apa pria itu mengurung diri lagi didalam kamar? jika terus seperti ini rasanya aku tidak memiliki seorang putra."

"Seperti biasa mungkin setelah sarapan tadi dia kembali belajar di perpustakaan pribadinya, biarkan saja. Dia tumbuh menjadi pria yang begitu kaku bak patung, bahkan aku segan berbicara dengannya jika tidak tentang Aira," Diusapnya bahu lebar sang suami, "Pergilah tidak perlu khawatir, semoga pekerjaan mu selesai lebih cepat."

Hembusan nafas diberikan Jefferson sembari melirik kearah jendela lantai atas kamar putranya yang masih tertutup rapat, "Dia sepertinya sedang sosial distancing, baiklah aku pergi dulu mungkin beberapa hari kedepan ada jadwal perjalanan dinas keluar negri yang harus kujalani. Kalian jaga diri baik-baik."

Jefferson berbalik hendak pergi sebelum ia menyadari tatapan aneh para bodyguard nya, mengerjap sadar dirinya segera berbalik dan mengecup pelipis Sarah.

Melihat kepergian mobil suaminya, Sarah mendesah lirih, "Sampai kapan aku harus memerankan ini semua, aku merindukan suami dan putraku meski disini hidupku lebih bergelimang harta."

Sebuah mobil SUV masuk ke halaman depan dan berhenti dibawah, begitu pintunya terbuka terlihat Aira keluar dari dalam sana hingga membuat Sarah berbinar tersenyum, "Bunda lihat siapa yang datang!"

"Sayang!" Mereka berpelukan sebentar, Sarah menuntun Aira untuk masuk, "Bunda kangen banget sama kamu, kenapa baru datang?"

"Aira sibuk ngerjain tugas Bun dan Mommy jarang ada waktu buat kesini, Aira mau berkunjung sekalian ketemu Arthur, dia ada kan Bunda?"

"Ada, tapi anak kutu buku itu mungkin di perpustakaan nya seperti biasa, kamu samperin aja," jawab Sarah diangguki Aira, "Gimana hubungan kalian? udah mulai deket kan?"

Ekspresi sumringah diwajah Aira perlahan memudar sedikit namun ia masih tersenyum menyampirkan helaian rambutnya, "Hubungan kami baik ko."

Sementara itu orang yang mereka bicarakan memang berada di perpustakaan pribadinya, dengan kemeja biru dongker yang dua kancingnya dibiarkan terbuka, Arthur begitu fokus menggambar sesuatu di sebuah buku.

"Kalau lo emang se gila itu buat dapetin Aira, kenapa sikap lo seakan enggan buat ngelepas Bricia? gue nerima kalau lo jadi pemeran utamanya disini yang bakal berakhir bahagia bareng Aira gantiin posisi gue, karena dengan itu semua gue bisa lindungin Bricia dari penyiksaan gila lo Romero," Arthur bergumam menghentikan gerakan tangannya, ia memejamkan sekejap matanya dengan memutar pensil dengan begitu lihai diantara jari, "Bisa aja selama ini lo emang jatuh cinta sama Aira dan alur tetap berjalan sedemikian rupa."

Apakah Arthur harus bernegosiasi dengan Romero dan mulai membuat pria itu jujur agar tidak ada banyak nyawa yang terbuang? seperti yang selalu ia mimpikan.

Kerutan samar diantara alis timbul dari wajah Arthur kala mendapati Mansion nya tampak sepi, senyap, bahkan gelap seakan tak ada penjaga maupun Maid yang ia suruh.

"Apa aku terlalu pulang larut malam? tapi ini baru jam duapuluh dua malam dan bukan waktunya untuk beristirahat," Ia mengecek jam ditangannya sebelum keluar dari dalam mobil, Cuaca tampak berhujan bahkan terlihat kilatan petir diatas langit hitam itu, "Mungkin Aira sudah tertidur, Maaf aku membuatmu menunggu lama sayang."

Bricia's world (On going) Where stories live. Discover now