Bricia 14🔮

30.2K 2.4K 94
                                    

H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮




●○●○●○●○








Bricia menghela nafas lega setelah terbebas dari Romero yang diharuskan menghadap ke ruang BK kini kantin yang ramai menjadi tujuan akhirnya.

Gadis itu memilih salah satu meja didekat jendela yang memamerkan keindahan taman, baru saja duduk ponsel disaku roknya berdenting tanda pesan masuk.

Bayi😈
Dimana sekarang?

"Ni anak bisa-bisanya masih ngirim pesan," geleng Bricia mulai membalas.

Gue di kantin laper, lama kalo nungguin lo.

Nanti aku nyusul kesana sebentar lagi, bosen nunggu gurunya berhenti ngomel-ngomel jadi aku chat kamu aja.

Yaudah taro ponselnya jangan chatan gini nanti ketahuan hukuman lo tambah parah!

Aku udah biasa Cia, nanti juga ujung-ujungnya nyuruh orang tua datang.

Ada ya mahluk modelan lo gini, yaudah terserah deh lo beresin dulu di sana baru kesini.

Oke singa cantik, jangan deket-deket cowok lain👿

Gamau ah, mau cari jodoh juga lumayan disini.

Cia! Awas kamu!

Bricia tertawa setelah menggoda Romero yang entah sekarang bagaimana responnya, ia menyimpan ponsel keatas meja berbarengan dengan kedatangan Cici dan Justin kemejanya.

"Cia! Mata gue gak kelilipan kan tadi?! Kapan lo sedeket itu sama Romero!" Cici mengguncang bahu Bricia setelah duduk disisi kanannya karena dimeja tersebut ada empat kursi. "Kenapa lo gak bilang-bilang sejak awal!"

"Gimana ya, gue sama Romero itu adik kakak," ucap Bricia menggaruk rambutnya tanpa tau keterdiaman Justin yang seketika mengulas senyuman lega.

"Jadi kalian adik kakak?" tanya pria itu membuat Bricia menoleh dan mengangguk kecil.

"Tapi gue ko baru denger kalo Romero punya adik, setau gue dia anak tunggal keluarga Moret yang kaya itu kan?" heran Cici dengan santai mengambil minuman teh Bricia.

"Jadi begini guys, gue itu anak angkat keluarga Moret dan bukan anak kandung mereka, gue diangkat dari panti asuhan kasih sejak umur gue duabelas tahun oleh keluarganya."

Penjelasan Bricia kembali menimbulkan ke ganjalan dihati Justin, ditatap nya wajah manis tersebut.
"Gak akan ada keterlibatan perasaan kan?"

Cici dan Bricia sukses dibuat menoleh dengan kerjapan kecil.
"Maksud lo? Gue sama Romero saling cinta gitu? Gak akan lah gila!"

Sekarang saja Bricia sudah sedikit ketar ketir takut kedua pemeran penting itu dipertemukan dan otomatis nyawanya kian terancam.

"Yaudah gue pesen makanan dulu, samain aja ya," ucap Cici membuka menu makanan dan menunjuk beberapa hidangan yang diangguki keduanya.

Kini tinggal Bricia dan Justin, dengan tiba-tiba gadis itu menarik bahu Justin membisikan sesuatu.
"Gue tau lo gak secupu ini, jujur. Lo sering ikut balapan motor di sirkuit kan?"

Justin dibuat terbelalak, darimana Bricia tau?
"Lo tau?"

"Gue emang tau, dan sekarang gue minta tolong sama lo bisa? Tolong bantu gue masuk jadi bagian anggota kalian," permintaan Bricia membuat Justin menegakan tubuhnya. "Justin, gue perlu uang."

Alis pria itu menukik dengan gelengan kecil, balapan bukanlah hal aman untuk wanita.
"Gak boleh, sekalipun gue izinin lo gabakal bisa masuk karena wanita gak diperbolehkan."

Bricia's world (On going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang