Bricia 16🔮

33K 2.4K 191
                                    

H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮

●○●○●○●○













Bricia dengan ogah-ogahan menuruti permintaan Aira, bahkan kini gadis itu merangkul tangannya berjalan lebih dulu melewati lapangan.

Cici bersedekap dada menatap penuh permusuhan punggung Aira didepannya berbeda dengan Justin yang memanfaatkan keadaan dengan memelintir anak rambut Bricia.
"Aduh, bisa sampe sini aja gak? Gue sama Cia udah laper nanti keburu gak kebagian tempat."

Aira menoleh mendapati Cici memalingkan wajahnya sebal seraya mengipasi wajahnya.
"Kalo kalian mau duluan ya silahkan aja, aku cuman minta dianterin sama Cia. Inget kalau kalian cuman orang asing daripada aku!"

"Heh! Song--"

"Udah Ci, jangan buat keributan lo gamalu dilihat murid lain?" lerai Justin menurunkan tangan Cici yang menunjuk geram Aira.

Bricia sendiri membuang nafasnya kesamping seraya melepaskan tangan Aira yang begitu menempelinya.
"Gue gasuka dipeluk."

"AWAS!!!"

Seruan keras dari tengah lapangan membuat langkah mereka terhenti, Cici, Justin, dan Aira spontan menoleh kesamping yang mana bola basket melayang kearah mereka begitu cepat.

Disaat itu juga Bricia malah salah fokus mendapati Romero berlari kencang kearah mereka dan baru saja ia mengulas senyum ingin memanggilnya, tak terduga pria tersebut malah mendorong tubuh Aira disebelahnya dan belum sempat Bricia terheran tiba-tiba saja sebuah hantaman keras bola menabrak samping kepalanya dengan begitu kuat.

Dughh!

"Aakkh!" rintihnya jatuh terduduk seketika memegang kepala yang terasa pening, bahkan tatapan Bricia ikut memburam disusul suara pekikan orang-orang di sekitarnya.

"CIA!!!"

Bricia tak tau ada apa sampai ia merasa pipinya disentuh tangan besar seseorang, ia menyipit melihat pria tersebut adalah si protagonis pria.
"Cia maaf gue gak sengaja."

"Bricia lo masih bisa denger gue?! Kita ke UKS sekarang!" sambung Justin baru hendak mengangkat tubuh Bricia dirinya sudah ditarik menyingkir oleh Romero.

"MINGGIR!!! SIALAN LO SEMUA!!!"

Bricia terkejut saat merasa sesuatu yang anyir mengalir keluar dari hidungnya jadi ia menutupi darah tersebut dari orang-orang, sampai Romero menangkup wajahnya juga menyingkirkan tangan tersebut.

"G--gue gapapa... Ini cuman mimisan biasa," gumam Bricia menyerka kasar darah tersebut yang sialnya malah bertambah banyak mengotori daerah bibirnya.

Bricia terhenyak saat Romero mengangkat secepat kilat tubuh nya dan membawanya pergi dengan ucapan kalut.
"Cia maaf... Maafin Rome... Jangan ninggalin Rome... Jangan lagi Cia..."

Ya seperti itulah sedikitnya yang Bricia ingat sekarang, gadis itu terdiam duduk diatas brangkar UKS tak bersuara kala Romero berdiri didepannya sambil terus membersihkan hidungnya dari sisa darah yang terus muncul dengan kapas lembut.

Ditatap nya wajah penuh riak kepanikan Romero bahkan tangan pria itu tampak tremor saat membersihkan darah dari lubang hidungnya.

Romero berhasil nyelametin Aira dari hantaman bola basket dan mengabaikan kesakitan Bricia si figuran, itu artinya alur masih berjalan normal seperti dalam novel, batin Bricia mulai khawatir sampai dirasanya Romero mengusap pipi gadis itu lembut.

"Cia... Maafin Romero... Romero gaakan sok dingin-dingin lagi ke Cia, harusnya aku nyelametin kamu barusan bukan perempuan itu... Ayo marahin Rome jangan diem gini... Pukul Romero, lampiasin semua sakit yang Cia rasa Rome gaakan ngebales apapun," suaranya terdengar serak dan pelan seakan tak bertenaga.

Bricia's world (On going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang