Episode 6

149 35 2
                                    

"Pfft! Apa yang kamu kenakan, Watson??"

Tawa Jeremy menyembur melihat mahkota bunga melingkari kepala Watson. Untuk menenangkan Aiden yang hampir mengamuk, dia rela mengenakan benda memalukan itu.

"Diam," desisnya menatap tajam.

Semuanya telah berkumpul kembali ke titik awal. Watson melirik Dextra dan Sadia yang tertawa. Oho? Sepertinya mereka mengakrabkan diri selagi berada di toilet.

Setelah melewati seliweran gang, membaca google map, bertanya pada warga setempat, klub detektif Madoka sampai di Panti Mujigae pukul tujuh malam. Akhirnya.

Seperti namanya, ada banyak furnitur dan papan berbentuk pelangi menghiasi induk serta anak gedung. Tidak ada anak-anak bermain di lapangan karena mereka semua sudah dikumpulkan di dalam aula. Beribadah, makan bersama, atau ngapain lah.

"Baik. Kita langsung bertemu dengan kepala panti, menanyakan informasi Sadia, dan pergi. Jangan mengacau, jangan berinteraksi dengan siapa pun, fokus ke misi-"

Instruksi Watson dipotong oleh teriakan puluhan anak kecil di bangunan utama. Mereka serempak menyerukan kalimat berbunyi seperti ini: PAMAN RAE DATANG!

"Ngapain sih mereka? Heboh banget."

"Mungkin ada pertunjukan sulap?" cetus Dextra sembarangan menebak.

Seorang wanita paruh baya memakai pakaian suster biarawati mendekati klub detektif Madoka yang masih berdiri di depan gerbang panti, ragu hendak masuk.

"Apa ada yang bisa saya bantu, anak-anak muda?" tanyanya, tersenyum ramah pada mereka berlima. Begitu suster itu menatap Sadia, senyumannya semakin merekah.

Aiden membungkuk. "Selamat malam, Nyonya. Kami hendak bertemu kepala panti. Apa anda mau mengantar kami?"

"Buk Kepala sedang bermain dengan anak-anak karena alumni panti datang berkunjung. Kalau kalian keberatan, apa kalian mau menunggu beberapa saat?"

Oh, jadi 'Paman Rae' yang mereka teriakin itu adalah alumni yang bertamu. Watson manggut-manggut, menyikut lengan Aiden, bilang iyain saja. Mereka akan menunggu.

"Kalau begitu ayo ikut saya," ucapnya lembut. Senyuman tidak lepas dari wajahnya.

Tiba-tiba Watson mengangkat tangan.

"Di mana tempat penampungan sampah?" Watson memamerkan botol soda yang dibeli Jeremy tadi. "Saya hendak membuang ini."

Entah kenapa, suster itu menatap Dextra. Padahal cowok itu asyik mengajari Sadia cara bermain PSP. Sesuai dugaan, ada yang sesuatu tidak beres di sini.

Jangan main-main dengan Watson. Dia kalau niat dan serius, akan peka terhadap apa pun yang terasa janggal di sekitarnya.

Suster itu tersenyum. Menunjukkan jalan.

***

Ada tujuan mengapa Watson pergi ke bank sampah. Dia mencari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk tentang kasus Sadia.

Tapi, setengah jam mencari, setengah jam mengusai kantong-kantong plastik, setengah jam berkecimpung di sungai sampah, Watson mendesah kecewa tidak menemukan barang yang sempat terlintas di benaknya.

Bagaimanapun Watson yakin ada konspirasi tersembunyi. Suatu konspirasi yang melibatkan Jeremy. Sherlock Pemurung itu tidak percaya dengan Sadia tak peduli jika tes DNA menunjukkan hasil positif. Ayolah, kita sedang membicarakan Watson.

"Apa benar kecurigaanku ini hanya sebatas rasa curiga yang singgah?" Watson mengelap keringat yang mengalir. Muka dan tangannya cemong oleh kotoran sampah, sekujur tubuhnya mengeluarkan aroma busuk.

Petualangan Watsonحيث تعيش القصص. اكتشف الآن