Episode 9

132 27 0
                                    

"Dan! Kamu ini apa-apaan sih? Kamu tahu yang kamu katakan barusan itu bisa berbalik menyerangmu nanti? Kita belum tahu apa-apa lho. Kenapa kamu langsung menyimpulkan ini kasus pembunuhan?"

"Aku tahu. Itu memang hanya gertakan."

"Lalu kenapa kamu melakukannya? Bagaimana kalau kamu ditangkap dan didakwa atas fitnah tak berdasar."

Coba saja kalau mereka bisa. Lagian Watson mematikan CCTV, saksi mata dibuat pingsan. Tidak ada bukti validitas.

"Aiden, masa-masa remaja membuat kita super sensitif terhadap apa pun, terutama cewek. Tapi cowok pun juga bisa sensitif. Makanya ada yang namanya pergaulan bebas. Mental mereka yang masih dalam proses pematangan tidak tahu apa yang mereka lakukan saat ini bisa menjadi bencana di masa depan. Mereka sekadar melakukannya karena nafsu. Orang-orang dengan mental kerupuk yang lunak ini sangat mudah untuk diruntuhkan."

"Dan, kamu jangan bilang... menggunakan strategi psikologi untuk menggertak?"

Benar. Watson memang tidak tahu apakah ini murni bunuh diri atau pembunuhan, tapi mari mencoba menebak-nebak.

Jika kasus ini benar pembunuhan, maka pelaku saat ini akan panik mendengar gertakan Watson apalagi Watson bilang dia memiliki bukti. Remaja yang belum cukup umur mencoba melakukan tindakan kriminal, sudah jelas dia tertekan. Lalu...

"Dia akan melakukan pergerakan ganjil, bersikap aneh dari dirinya yang biasa."

Aiden bersedekap. "Bersikap aneh?"

"Yeah, seperti bergerak tidak nyaman di kursinya, atau menggigiti kukunya, berkeringat. Gertakanku barusan pasti terngiang-ngiang di benaknya tentang kita punya bukti solid yang membuatnya semakin panik. Coba bayangkan Aiden, apa yang akan kamu lakukan ketika rahasiamu akan dikuak seseorang?"

"Pilihannya menghampiri orang itu dan membungkamnya atau pergi kabur..."

Aiden pun terdiam, paham maksudnya.

"Nah, kamu menangkap kodeku. Kalau dia laki-laki, pasti dia akan mendatangi kita beberapa menit lagi untuk menghajar. Tapi andai kata dia perempuan, Bari dan Stern akan memberi pesan di grup jika mereka menemukan seorang siswa yang berniat pulang dengan alasan klise yaitu sakit—"

Line! Line! Line!

Mereka berdua tersentak mendengar notifikasi line di ponsel masing-masing, buru-buru membuka ruang obrolan.

- Jeremy: Sebaiknya kamu cepat kemari, Watson. Ada yang mencoba pulang. Dia bilang dia sakit perut, tapi dari yang kulihat, dia seperti dikejar seseorang.

- Hellen: Aku mendapatkan apa yang kamu butuhkan, Watson. Btw, barusan aku melihat seseorang meninggalkan bangunan sekolah dengan tergesa-gesa.

Masa sih dugaan kasar Watson tepat sasaran? Kan dia cuman asal menebak.

"Kamu!" Aiden menarik kerah Watson yang mematung syok. "Kamu sebenarnya mantan peramal, kan? Kenapa kamu bisa menerkanya dengan akurat?!"

"Y-ya mana aku tahu! Lagian aku tidak percaya pada peramal." Ada gunanya juga menyuruh Hellen mengawasi dari atap.

Watson berdiri. "P-pokoknya sekarang kita kembali dulu ke Bari dan Stern," ucapnya masih bingung tapi mereka tidak boleh berlama-lama di sana.

Tapi baru selangkah menuju pintu keluar, tubuh Watson membeku mendengar percakapan guru. Sial! Mereka terlambat melarikan diri! Seharusnya mereka langsung kabur setelah selesai siaran.

"Kita harus sembunyi. Kita bisa rempong kalau ketahuan berbuat onar."

Watson membuka jendela, berniat melompat tapi itu lantai tiga! Yang ada dia akan patah tulang kalau nekat melompat.

Petualangan WatsonWhere stories live. Discover now