Part 5

3K 335 11
                                    


Selamat membaca

Maaf banyak typo

-

-

-

Gracio terus melirik Gita dari kaca spionnya. Gadis itu masih terus diam, ntah memang sifatnya yang pendiam atau ia masih takut pada Gracio saat ini.

"Lo masih kuliah?" Tebak Gracio dengan sedikit berteriak.

"Iya." Balas Gita singkat.

Gracio menganggukkan kepalanya paham. "Gua Gracio, Lo bisa panggil gua Cio atau kak Cio juga boleh. Soalnya gua lebih tua dari lo." Ucap Gracio bahkan sebelum ditanya.

"I-iya kak." Balas Gita canggung.

Gracio tersenyum dibalik helmnya. Ternyata begini rasanya mengobrol dengan orang yang pendiam, sedikit menguras emosi karena tidak ada feedback yang menarik. Tapi itu tidak masalah, lagi pula mereka juga baru saja kenal. Ya kali ia berharap Gita bisa langsung akrab begitu saja dengan dirinya yang sama sekali tidak ia kenal walaupun sudah menolongnya. Itu sangat tidak masuk akal, orang yang asing bisa langsung akrab apalagi mereka lawan jenis.

"Masih jauh gak?" Tanya Gracio kembali.

"Lurus aja kak, terus belok kiri." Balas Gita menunjukkan arah rumahnya.

Gracio mengangguk paham lalu memilih untuk diam dan terus menyusuri jalan yang Gita tunjuk. Beberapa saat kemudian motor Gracio sampai di depan gerbang rumah yang cukup besar, bahkan lebih besar dari rumahnya atau lebih tepatnya rumah Keynal karena ia belum memiliki rumah sendiri.

"Makasih ya kak." Ucap Gita yang baru saja turun dari motor Gracio.

Gracio membuka helmnya. "Sama-sama Gita, hm gak di tawarin masuk dulu nih agak haus hehe?" Cengir Gracio seraya menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Eh iya kak, ayo masuk dulu." Balas Gita tidak enak.

"Engga becanda doang kok, gua pulang aja udah malem juga gak enak sama orangtua lo." Ucap Gracio tersenyum.

Mata Gita tertuju pada wajah Gracio yang sedikit membiru akibat pukulan preman tersebut, hal itu semakin membuatnya merasa bersalah.

"Hm kak. Masuk aja dulu ya, kita obatin pipi kakak dulu. Papa sama mama juga pasti gak kenapa-kenapa kok." Ujar Gita

Gracio langsung melihat wajahnya dari kaca spion. Benar saja pipinya yang mulus itu sedikit membiru lebam. Ia memejamkan matanya sejenak, kemudian menoleh kembali menatap Gita yang tengah menunggu jawaban darinya.

"Ya udah deh kalo lo maksa." Ucapnya kemudian turun dari motor.

Gita tersenyum simpul, dalam hatinya ingin ia berkata jika pria di hadapannya ini sangat percaya diri sekali. Padahal tidak ada yang memaksa hanya menawarkan saja.

"Ayo kak." Ucap Gita mulai melangkah masuk ke dalam.

Gracio langsung mengunci motornya untuk berjaga-jaga. Lalu mulai mengikuti langkah Gita masuk ke dalam.

Baru saja Gita akan membuka pintu rumahnya, seorang wanita muncul dari dalam. Ia terlihat menghela napasnya lega ketika melihat Gita sudah sampai di rumah.

"Alhamdulillah sayang kamu udah sampe. Kenapa lama, nak. Mama khawatir dari tadi," Ucap wanita itu.

"Maaf mah, tadi ada insiden kecil." Balas Gita melirik ke arah Gracio.

Mama Gita juga langsung menatap Gracio. Ia sedikit bingung karena ini pertama kalinya Gita membawa seorang pria ke rumah.

"Siapa Git, temen kamu?" Tanya mama Gita pelan.

You Are My Everything [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang