Selamat membaca
Maaf banyak typo
-
-
-
Gracio dan Mario baru saja keluar dari dalam gereja, minggu ini mereka sudah membuat janji pada anak-anak panti untuk bermain di taman yang memang berada tidak jauh dari gereja. Kedua pria itupun baru saja selesai melakukan ibadah Minggu seperti biasanya.
Setelah dari gereja mereka berdua berjalan kaki menuju taman, motor mereka juga sudah berada di taman itu. Terlihat Keenan yang sudah berada di sana tengah menunggu mereka berdua.
"Sumpah gak adil banget, masa tiap Minggu gua harus nungguin kalian berdua sih." Jengah Keenan sedikit ketus.
"Yee, gak adil pala lo. Kita juga kan pernah nungguin lo sholat, gak usah playing victim gitu deh lo." Balas Mario tak terima.
"Udah lah kok jadi pada ribut, gini. Nih anak-anak belum dateng?" Tanya Gracio menatap Keenan yang masih menampilkan wajah masamnya.
Pria itu kemudian menoleh ke sana kemari. "Belum sih, mungkin mereka masih di jalan." Balas Keenan.
"Emang lo udah berapa lama nunggu kita di sini?" Tanya Mario heran.
"Baru sepuluh menit sih." Balas Keenan seraya menggaruk lehernya yang tidak gatal.
Memang Gracio dan Mario lebih dulu datang ke taman tersebut karena ingin pergi ke gereja lebih dulu, sementara Keenan lebih memilih untuk menyusul saja. Biar tidak terlalu lama menunggu mereka beribadah pikirnya.
Mario kini menatap tajam wajah Keenan. "Yo tahan gua Yo, tahan Yo." Kesal Mario ingin sekali menghajar sahabatnya itu.
"Ya kan sepuluh menit lama juga mar. Time is money bro." Sahut Keenan tidak mau merasa bersalah.
Gracio hanya terkekeh melihat kedua sahabatnya itu, tampang saja seperti orang yang benar tapi kelakuan seperti orang aneh. Tapi sahabat seperti mereka jarang ditemui di tempat lain.
"Ya udah mending kita siapin aja dulu, bentangin tikernya yang udah dibawa Mario tadi. Lo udah beli cemilannya juga kan nan?" Tanya Gracio menatap Keenan.
"Udah nih, giliran Mario aja tuh suruh bentangin tikernya." Suruh Keenan membuat Mario melirik tajam ke arahnya.
"Tanpa lo suruh juga gua bakal gelar, konan." Ketus Mario mulai membentangkan tikar kecil di atas rumput taman itu.
Keenan terkekeh mendengar jawaban Mario. "Kalau cuma bicara mimpi, kita tak akan bisa melihat kenyataan." Ucap Keenan dengan nada bicara dibuat-buat.
Mario mengambil napas dalam-dalam kemudian menoleh ke belakang. "Kalo cuma ngomong, gak akan kelar nih. Lagian lo bukan detektif Conan, gak usah sok-sok bijak gitu!" Ketus Mario sudah berusaha menahan sabarnya.
Keenan kembali tertawa, membuat Mario kesal itu sangatlah mudah dan menyenangkan baginya. Kini mereka mulai mempersiapkan tempat untuk anak-anak panti nantinya. Hari ini mereka akan berpiknik di taman itu menikmati hari Minggu yang santai.
Setelah selesai menyiapkan tempat untuk mereka, kini para pria itu mulai bersantai dengan menunggu anak-anak tersebut datang. Mario dan Keenan kini saling bersandar satu sama lain sembari membaca buku yang Keenan bawa, sementara Gracio berbaring di atas tikar menatap langit biru di atas sana.
"Lo sama Shani udah baikan Yo?" Tanya Mario tanpa menoleh.
"Emang kita berantem, perasaan baik-baik aja kok." Balas Gracio masih tetap menatap ke atas langit.
Mario manggut-manggut sembari membalik lembaran buku yang ia baca. "Tapi kayanya tadi malem ada yang cemburu liat Shani sama cowok, siapa tuh?" Sindir Mario masih fokus pada bukunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Everything [END]
Teen FictionMencintaimu adalah sebuah keindahan Dan memilikimu adalah suatu keharusan.